Sunday, January 18, 2015

Manajemen Pendakian

Mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan yang banyak peminatnya, baik dari para pecinta alam maupun masyarakat umum. Alam bersifat netral, tidak memusuhi dan tidak membantu kita dalam perjalanan. Kegiatan pendakian gunung merupakan kegiatan yang mempunyai resiko yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, dalam melakukan perjalanan kita harus mempunyai atau memiliki perlengkapan yang menunjang keselamatan dalam perjalanan.
Sebagai pecinta alam hendaknya kita harus lebih tahu dan lebih memperhatikan dalam hal persiapan baik kelengkapan alat, fisik, maupun mental. Berikut akan dijabarkan mengenai persiapan, teknik pokok pendakian, perlengkapan, manajemen packing serta keadaan lingkungan dan penyakit gunung.
I. PERSIAPAN.
Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam hal pendakian gunung yaitu :
1. Faktor interen.
Faktor yang datang dari pendaki gunung itu sendiri. Apabila faktor kita lalaikan maka pendakian akan terancam bahaya subjek (subjektiv danger) yaitu bahaya yang disebabkan oleh pendaki itu sendiri.
2. Faktor eksteren.
Faktor yang datang dari luar. Bahaya kita kenal dengan istilah Objektif Danger.
Pada umumnya kecelakaan yang terjadi digunung-gunung di Indonesia disebabkan oleh kelalaian pendaki itu sendiri. Untuk menanggulangi hal maka perlu adanya persiapan intern bagi para pendaki itu sendiri. Persiapan meliputi.
• Persiapan mental.
Seorang pendaki gunung haruslah tabah, sabar dan memiliki kepercayaang diri yang besar dalam dalam menghadapi segala kesulitan yang mungkin akan ditemui dalam pendakian. Yang berarti sanggup sanggup menghadapi serta mengatasi kesulitan yang datang baik dari diri pribadi maupun orang lain.
• Persiapan fisik.
Setiap manusia pasti memiliki kelemahan dan kelebihan dalam segi fisik. Berhasil atau tidaknya sebuah pendakian tergantung dari persiapan fisik dari si pendaki . Karena pendaki gunung merupakan olahraga yang berat berat, maka untuk menanggulangi hal , hendaknya kita harus mempersiapkan serta melatih fisik kita terlebih dahulu.
• Persiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Meliputi pengetahuan serta ketrampilan mengenai medan, cuaca, teknik pendakian, alat pendakian, paham dalam pembacaan peta dan dapat menggunakan kompas dengan benar, serta paham mengenai flora dan fauna yang ada disekitar yang dapat mendukung dari pendakian tersebut.
• Etika atau tata bicara.
Harus kita akui bahwa dalam suatu pendakian kita tidak dapat lepas dari kaidah–kaidah yang dimiliki oleh masyarakat setempat dan hukum adat yang berlaku. Mendaki gunung tentu memikirkan keselamatan diri sendiri maupun pendaki lain. Hal ini tentu bukan suatu perbuatan yang terpuji bila kita tidak menghargai sikap dan pendapat masyarakat setempat dalam melakukan pendakian.
A. Persiapan Sebelum Berangkat.
Sebelum melakukan pendakian diharapkan para pendaki memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
@ Kenalilah diri dan kemampuan pendaki sebelum pendaki menghadapi medan yang akan ditempuh.
@ Pelajarilah bentuk medan yang akan ditempuh.
@ Perkirakan waktu yang akan ditempuh hingga tujuan.
@ Periksa dan persiapkan peralatan yang akan kita gunakan dalam pendakian.
@ Hendaknya menggunakan surat izin pendakian serta melapor pada instansi yang berwenang.
@ Berdoalah menurut agama dan kepercayaan masing-masing sebelum melakukan pendakian.
@ Apabila berkelompok, bekerjasamalah dengan kelompok sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menimbulkan perpecahan kelompok pendakian .
B. Tindakan Pencegahan Kecelakaan.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
@ Melakukan persiapan secara baik, mulai dari personil sampai perlengkapanya.
@ Persiapan fisik dengan cara melakukan TC.
@ Mematuhi peraturan dan larangan yang ada.
@ Hindari sedapat mungkin pendakian pada malam hari, mendaki gunung yang baik adalah pada pagi hari, kemungkinan tersesat bisa diminimalkan.
II. TEKNIK POKOK PENDAKIAN.
Setelah mempersiapkan dengan cermat segala sesuatunya maka yang diperlukan dalam pendakian adalah :
1) Usahakan pendakian dilakukan secara beregu, minimal tiga orang.
2) Atur manajemen pendakian secara maksimal.
3) Kenali medan yang akan dilalui secara seksama.
4) Beristirahatlah secukupnya, jangan terlalu memaksakan diri.
5) Lakukanlah pendakian secara cepat,tepat, aman, dan sedapat mungkin mematuhi target waktu yang kita tentukan.
III. PERLENGKAPAN.
1. Sepatu.
Ada beberapa sepatu yang sengaja dibuat khusus untuk digunakan dalam pendakian gunung. Sepatu yang baik adalah yang dapat memberi perlindungan bagi kaki dan cocok untuk jenis peralatan serta medan yang ditempuh, dalam hal ini yang diperlukan adalah sepatu yang bersol karet.
2. Pakaian.
Pakaian adalah yang dapat melindungi si pemakai dari gangguan medan dan cuaca. Meliputi kepala, badan, tangan dan kaki. Dalam hal pendakian hindari memakai pakaian dari bahan jeans, karena bahan ini tidak dapat menahan dingin dan apabila terkena air sulit kering.
3. Perlengkapan tidur atau baju penghangat.
Tidur di alam terbuka khususnya digunung diperlukan peralatan khususnya untuk menjaga agar badan tetap hangat, sebaiknya kita membawa kantong tidur (sleeping bag). Bisa juga kita membawa selimut yang bisa menahan hawa dingin. Alas tidur yang baik adalah matras dan jas hujan.
4. Jas hujan.
Untuk melindungi badan kita dari hujan hendaknya para pendaki membawa alat perlindungan atau jas hujan agar terhindar dari basah akibat terkena air hujan.
Selain itu jas hujan juga dapat digunakan untuk membuat bivouck saat beristirahat.
5. Perlengkapan masak.
Dikarnakan sering terjadinya kebakaran hutan akibat para pendaki sering menggunakan kayu sebagai bahan bakar dan lupa memadamkannya, maka dianjurkan para pendaki menggunakan bahan bakar yang cepat habis dan tidak meninggalkan sisa api.
Sebagai contoh :
a) Kompor parafin dan parafin : banyak tersedia di counter-counter sport atau dikoperasi yang dikelola oleh ABRI.
b) Panci dan nesting.
c) Perlengkapan makan : piring, gelas, sendok terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah dan tidak berat serta mudah dibersihkan.
d) Tisu digunakan untuk membersihkan perlengkapan masak dan makan, serta dapat digunakan sebagai kain lap jika tidak ada air.
6. Obat-obatan.
Untuk menghindari segala kemungkinan alangkah baiknya jika kita membawa obat-obatan yang bersifat umum dan ringan, serta obat-obatan pribadi bagi diri kita sendiri.
7. Lain-lain.
Perlengkapan yang kita bawa antara lain.
@ Senter ( sebagai penerangan).
@ Pisau atau golok (sebagai perlindungan dari binatang buas).
@ Botol air/verples
@ Tas karier/ransel (diusahakan dapat menampung semua perlengkapan yang kita bawa) minimal 60-80 liter.
@ Kantong plastik (sebagai pembungkus alat-alat perlengkapan).
IV. MANAJEMEN PACKING.
Disamping kita mengetahui manajemen perjalanan, dibutuhkan pula pengetahuan mengenai teknik menata barang dalam satu tempat. Teknik semacam ini bisa disebut manajemen packing. Pengetahuan ini sangat penting agar kenyamanan dalam perjalanan semakin terjamin.
Langkah awal setelah semua barang dikumpulkan adalah;
@ Memisahkan barang-barang tersebut sesuai dengan jenis barang dan perlu diketahui apa yang harus dipacking, sehingga perlengkapan yang tidak perlu dapat ditinggalkan dirumah, serta tidak menambah berat beban ransel yang kita bawa.
@ Jika semua perlengkapan sudah dipacking anda masih dapat mengambil apapun dengan sedikit usaha. Masukkan barang-barang yang mudah pecah kedalam tempat khusus yang dapat melindunginya dari benturan.
@ Kalau ransel yang kita bawa tidak tahan air, maka masukkan semua jenis barang kedalam kantong plastik. Seperti; pakaian penghangat, sliping bag dan lain sebagainya. Kemudian sendirikan barang-barang .
V. KEADAAN LINGKUNGAN DAN PENYAKIT GUNUNG.
Setelah kita mendaki maka persoalan yang kita hadapi adalah semakin menipisnya kadar oksigen dan menurunnya suhu sekitar kita. Kedua hal merupakan hal pokok. Yang harus kita pikirkan:
1) Kadar oksigen yang semakin menipis.
Semakin tinggi kita mendaki maka semakin tipis kadar oksigen dan hal ini dapat menimbulkan MOUNTAIN SICKNEES (PENYAKIT KETINGGIAN). Keadaan ini dapat kita lihat tanda-tandanya sebagai berikut;
@ Sakit kepala.
@ Sesak napas.
@ Ngantuk tetapi tidak dapat tidur.
@ Rasa mual.
Apabila tanda-tanda diatas menyerang pada diri pendaki maka disarankan supaya pendaki untuk menahan diri dan jangan dipaksakan untuk mendaki.
2) Suhu udara yang rendah.
Suhu udara yang sejuk agak dingin memang nyaman tetapi suhu yang terlalu rendah atau dingin akan sering menimbulkan masalah. Apabila kondisi kurang baik dan suhu terlalu dingin dapat menimbulkan COLLAPS dan yang lebih fatal korban akan meninggal dunia.
Beberapa faktor yang menyebabkan keadaan dapat terjadi antara lain :
@ Terbatasnya produksi panas tubuh.
@ kurangnya pakaian penahan hawa dingin.
@ Hilangnya panas tubuh yang berlebih karena pakaian yang basah oleh keringat, embun, dan air hujan.
@ Pembuluh darah pada kulit melebar karena alkohol.
Karena kedinginan dan kelelahan dapat mengganggu fungsi otak. Gejala-gejala yang nampak :
@ Langkah mulai pelan dan tidak stabil.
@ Otot dapat kejang.
@ Mudah tersandung.
Apabila gejala ini diabaikan maka akan dapat kesulitan mengatur keseimbangan panas badan. Gejala-gejala mental yang nampak adalah :
@ Rasa takut akan timbul.
@ Mudah tersinggung.
Dalam keadaan demikian, maka korban jangan kita tinggalkan sendirian. Karena dapat kehilangan arah, dan yang lebih berbahaya lagi korban dapat menanggalkan pakaianya karena terjadi kekacauan pada pikiranya. Dan terjadi apa yang disebut PARADOXCICAL FEELING OF WARM yaitu badan terasa lemas. Oleh karena itu sering ditemukan korban pendakian tanpa memakai baju atau telanjang bulat.
KESIMPULAN.
Mendaki gunung adalah kegiatan olah raga yang cukup berat dan penuh resiko apabila kita melalaikan faktor-faktor keamanan dan keselamatan, tetapi kegiatan ini menyenangkan, karena rekreatif, murah dan tidak membosankan. Karena olah raga ini tergolong cukup berat, maka sebelum kita melakukan pendakian harus mempersiapkan diri sehingga hal-hal yang tidak kita inginkan dapat kita hindari.