Tuesday, April 16, 2013

Banjir Melanda, Salah Siapa

To PLH Indonesia ...
Salam dari kami HMI Komisariat Fakultas Ekonomi USU
Kunjungi kami y sob di http://hmiekonomiusu.blogspot.com


Curah hujan yang tinggi sejak hari Senin, 14 Januari 2013 akhirnya berujung banjir pada Kamis 17 Januari 2013. Hingga artikel ini diturunkan (Minggu, 20/1) air masih menggenangi sejumlah daerah di ibukota Jakarta. Sampai 27 Januari 2013 pemerintah DKI Jakarta telah menetapkan status tanggap darurat bagi bencana banjir yang melanda ibukota. Info dari Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat hingga hari ini ada 35 kecamatan yang menjadi lokasi banjir di Jakarta. Adapun jumlah titik tersebut merata di 5 wilayah Jakarta.
Sebenarnya apa yang menyebabkan banjir besar kembali terjadi di ibukota? Menurut pakar air dari Universitas Indonesia (UI), Firdaus Ali,  yg dilansir dari www.kompas.com banjir salah satunya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sejak awal bulan sehingga kondisi tanah menjadi jenuh dan proses penyerapan air tanah menjadi tidak maksimal. Selain itu kondisi drainase Jakarta yang buruk pun memperparah keadaan.
Hingga saat ini korban tewas telah mencapai 19 orang. Ada yang tewas karena kesetrum, tenggelam, terjebak di basement gedung pencakar langit, dan meninggal di rumah sakit lantaran sudah kritis lalu rumah sakit mengalami mati listrik sehingga nyawa pasiennya tidak tertolong lagi.
Sungguh memprihatinkan. Jakarta dengan segala keeksotisannya luluh lantak seketika ketika banjir menyerang. 19 orang meregang nyawa. Puluhan ribu masyarakat meninggalkan rumahnya yang terendam banjir lalu mengungsi di camp camp pengungsian. Seluruh aktivitas terhambat dan menyebabkan kerugian triliyunan.
Greenomics Indonesia memperkirakan bahwa kerugian yang terjadi akibat banjir mencapai Rp 15 Triliyun. Kondisi tersebut didasarkan atas asumsi kedaruratan Jakarta akibat banjir dalam masa tanggap darurat selama 10 hari (17-27 Januari 2013) yang sudah barang tentu akan berdampak negatif pada sektor-sektor ekonomi dan perekonomian berbasis masyarakat.
Siapa yang salah atas peristiwa ini? Saling tuding pun terjadi. Presiden mengatakan bahwa ketidakdisiplinan warga yang membuang sampah ke sungai adalah penyebabnya. Sementara sebagian warga masyarakat menganggap ketidakseriusan pemerintah dalam membangun infrastruktur dan pengerukan sungai lah yang menjadi alasan. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi. Saling tuding seperti ini hanya akan menambah sentimen antar warga masyarakat kepada pemerintah.








Yang menjadi sorotan masyarakat adalah gubernur DKI Jakarta yang baru beberapa bulan yang lalu dilantik, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. Pada banjir kecil yang sempat terjadi pada akhir Desember lalu di ibukota, Jokowi mengatakan bahwa banjir yang telah menjadi momok bagi warga ibukota sejak puluhan tahun yang lalu menjadi prioritas utamanya dalam memperbaiki ibukota. Namun ternyata tidak sampai 3 minggu setelah banjir kecil tersebut, banjir besar terjadi. Lalu salahkan Jokowi? Dinas PU DKI Jakarta sejak awal Januari sudah gencar memperbaiki sistem drainase. Tapi apa mau dikata, curah hujan yang semakin tinggi tak sanggup lagi ditanggulangi oleh sungai, bendungan, kanal, maupun drainase-drainase yang telah diupayakan pemerintah.
Pada hakikatnya banjir merupakan masalah umum. Tanggung jawab atas terjadinya banjir tidak hanya terdapat di pundak pemerintah provinsi DKI Jakarta maupun pemerintah pusat. Saling tuding hanya akan membuat banjir terjadi lagi di masa-masa yang akan datang. Usulan Jokowi untuk membangun normalisasi sungai ciliwung dan waduk Ciawi dan Cimanggis yang disampaikan dihadapan Presiden dan juga Menteri pada pertemuan di camp pengungsi di Jakarta Timur pada hari ini juga tidak akan ada artinya jika setelah pembangunan selesai masyarakat kembali memadati sungai dengan sampah dan pembangunan pemukiman di DAS. Jadi seyogyanya memang masyarakat dengan pemerintah harus terus saling support jika ingin persoalan banjir ini tidak terulang lagi dikemudian hari.
Bagi kita yang tidak tinggal di wilayah DKI Jakarta, ada baiknya kita selalu bersyukur kepada Tuhan bahwa Medan kota yang kita cintai tidak perlu menghadapi masalah sepelik ibukota Jakarta. Namun demikian, pengalaman merupakan guru terbaik. Pengalaman warga Jakarta dalam menghadapi banjir hendaknya kita jadikan momentum untuk semakin disiplin sebagai warga masyarakat. Budaya membuang sampah di sungai harus kita hapus serta mari kita galakkan penanaman pohon sehingga tanah tempat kita berpijak saat ini akan semakin baik menyerap air di kemudian hari.








                Indonesia sudah teridentifkasi sebagai negara rawan bencana. Tidak bisa dipungkiri karena beberapa tahun terakhir ini, bencana memang sering terjadi mulai dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun bencana karena kesalahan manusia (human error). Kesalahan manusia yang menyebabkan bencana seringkali tidak disadari, hal ini karena kultur pembangunan di Indonesia yang hanya business oriented tanpa memperhatikan aspek lingkungan (sustainable development). Bencana akibat kesalahan manusia yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir. Setiap musim penghujan tiba banyak daerah yang terkena banjir seperti Kota Semarang dihadapkan dengan masalah adanya banjir. Selain di Kota semarang banjir juga terus melanda Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia, banjir di Kota Jakarta dan Kota Semarang datang setiap tahunnya. Keadaan yang seperti ini akan sangat mengganggu perkembangan Kota Jakarta dan Kota Semarang. Selain akan mengakibatkan kerugian secara materiil, banjir menimbulkan kesan ketidaknyamanan dan mengganggn aktivitas sehingga akan mengganggu pertumbuhan kota.
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kerugian akibat banjir adalah perhitungan kerusakan bangunan, kehilangan barang berharga, hingga opportunity cost saat semua orang tidak bisa masuk kerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, namun hanya dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Berhubung datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat dan tepat.
 Pada umumnya, pembangunan lingkungan pemukiman akan menghindari kawasan yang rentan terhadap banjir. Sejalan dengan pertumbuhan kota dan permasalahan lahan, daerah perumahan baru dan pusat–pusat kegiatan komersial berkembang dan meluas ke arah daerah yang rentan banjir yang sebelumnya dihindari. Selain itu, kebutuhan lahan yang meningkat tajam, tentunya mempengaruhi harga lahan di perkotaan. Bagi masyarakat yang mampu, hal ini bukanlah sebuah permasalahan pelik, namun masyarakat kota tidak hanya terdiri dengan masyarakat berpenghasilan menengah keatas (the have) saja, melainkan juga terdapat kaum-kaum miskin (the have not) yang juga butuh tempat tinggal. Pemenuhuan kebutuhan kaum miskin/ berpenghasilan rendah untuk bertempat tinggal mempunyai area tersendiri, dimana area tersebut mempunyai nilai lahan yang terjangkau namun tentunya dengan fasilitas dan kondisi yang seadanya bahkan cenderung ‘buruk’ yang sering disebut sebagai kawasan kumuh. Kawasan kumuh ini mempunyai permasalahan terhadap kondisi sosial ekonomi yang rendah dan degradasi lingkungan. Keadaan lingkungan yang buruk mengakibatkan suatu kawasan rawan akan bahaya dan bencana, yaitu bencana banjir, resiko kebakaran dan penyakit endemik. Persoalan bencana banjir ini perlu penanganan khusus dan harus lebih diperhatikan dengan mencari solusi dan penanganan yang tepat agar dapat terciptkan kehisupan yang lebih baik.
2.1.   Macam-Macam Jenis Banjir
Bencana banjir yang terjadi terbagi menjadi berbagai jenis yaitu sebagai berikut :               
Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau got, sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus hingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
Banjir “Cileuncang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun, banjir cileuncang ini disebabkan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau got-got di sekitar rumah warga.
Jika banjir air bisa terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileuncang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
Banjir bandang
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir bandang. Tak hanya banjir dengan materi air, tapi banjir yang satu ini juga mengangkut material lain berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air, karena seseorang tidak akan mampu berenang di tengah-tengah banjir jenis ini untuk menyelamatkan diri.
Tak hanya itu, banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasanya terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah.
Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu bisa merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungai yang seharusnya mengalir ke laut. Karena jumlah air sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika terjadi erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya.
Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan bisa meluber ke pemukiman warga.
 Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan lumpur biasa, tapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya.
Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
Itulah beberapa contoh macam-macam banjir yang terjadi di permukaan bumi. Semua banjir memiliki efek yang sama. Dampak buruk banjir tentu saja bisa merusak pemukiman warga, terutama banjir bandang dan juga banjir lumpur.


Penyebab Terjadinya Bencana Banjir
Bencana banjir dapat diakibatkan oleh faktor alam dan juga disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat seperti permalahan bencana banjir akibat luapan Sungai Citarum di wilayah Kabupaten Bandung yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari sehingga membuat air dalam sungai meluap. Selain itu hal ini juga tidak lepas dari terjadinya penyempitan kali yang disebabkan bangunan di bantaran kali memberi kontribusi penyebab banjir.
Banjir terjadi juga dapat terjadi karena air limpasan “macet”. Macetnya air limpasan terjadi karena kapasitas air limpasan melebihi saluran yang dapat menampungnya dan kecepatan mengalirnya air di saluran tidak lebih cepat dari curah hujan. Dalam istilah teknik ini yang disebut Debit Air. Debit air adalah volume air yang mengalir per satuan waktu, dengan satuannya m3/detik. Macetnya air limpasan bisa terjadi karena debit air hujan > debit air di saluran. Volume air hujan per detik lebih banyak daripada volume air per detik yang dapat dialirkan lewat saluran. Oleh karena itu air meluap dari saluran ke jalan, bahkan bila luapannya terlalu tinggi air akan masuk ke pemukiman. Dan air limpasan ini pada akhirnya mengalir ke sungai. Luapan sungai Ciliwung (untuk kasus Jakarta) sudah pasti mengakibatkan banjir di daerah aliran sungai.
Selain itu penyebab air adalah semakin minim resapan air, karena semakin hari semakin banyak pembangunan terutama di Kota-kota besar. Pembangunanpembangunan seperti Gedung, mall, pemukiman, bahkan jalan-jalan di kampung yang diubah menjadi beton akan mengurangi resapan air. Daerah rawa yang tadinya berfungsi sebagai daerah resapan air diubah menjadi pemukiman beton. Karena itu tidak heran banjir di Kota Besar semakin tahun akan makin parah, karena resapan air makin tahun makin berkurang, yang menjadikan ini sebagai dampak negatif dari pembangunan. Oleh karena itu penting untuk memahami hal ini sebelum menyusun solusi untuk mengatasi banjir.
Banjir bandang seperti di Daerah Wasior Propinsi Papua dapat terjadi sebagai akibat dari rusaknya ekologis, yang didalamnya akibat pembabatan hutan, legal maupun illegal. Banjir memang dipicu oleh hujan. Sekalipun tanpa hujan, banjir bandang ini bisa saja terjadi akibat jebolnya DAM atau bendungan yang menahan genangan air. Hal yang kadang kurang luput dari pengamatan kita berkaitan dengan hak perlindungan dan keselamatan adalah early warning atau peringatan dini. Sebagai upaya kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Selain juga, pengetahuan tentang ancaman bencana yang ada, kemampuan meminimalisasi risiko dan kesiapan menghadapi kondisi kritis (emergency).
Banjir yang kerap melanda berbagai wilayah di Indonesia juga dapat disebabkan karena sistem drainasi di wilayah tersebut yang buruk. Serta perkembangan pemukiman yang tidak terkendali di daerah sekitar aliran sungan yang menyebabkan meningkatnya volume sampah yang dibuang ke badan sungai.
Penyebab dari bencana banjir baik yang disebabkan alam dan ulah manusia sebenarnya memperlihatkan bahwa kurangnya kesadaran manusia itu sendiri akan pentingnya menjaga lingkungan.
Solusi Persoalan Banjir
Persoalan banjir merupakan persoalan bersama yang harus dilakukan secara tepat dan baik demi kehidupan yang lebih baik dan nyaman. Solusi persoalan banjir dapat dilakukan dengan mewujudkan sistem drainase kota yang dapat memberikan alternatif penyelesaian masalah banjir. Melalui penerapan lubang resapan dengan teknik Biopori ini, dapat dilakukan konservasi air, sehingga air dapat disimpan di dalam tanah. Diharapkan pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan dan sebaliknya di musim hujan tidak banjir. Lebih jauh lagi, sampah rumah tangga yang selama ini disia-siakan pengelolaannya dan seringkali menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir besar di kota Jakarta, dapat dikendalikan, bahkan bisa menjadi kompos sehingga lingkungan akan menjadi lebih hijau, bersih, indah, nyaman dan aman.
Minimnya ruang terbuka hijau, membuat limpahan air hujan langsung terbuang. Masalah ini dapat diatasi jika setiap bangunan memiliki sumur resapan, sehingga air tidak melimpah ke sungai dan saluran air, sekaligus juga menjadi cadangan air tanah.
Penghijauan Lingkungan sebagai area resapan air dan paru-paru kota. Selain itu, ada juga Sewer System yang dilengkapi tanki raksasa. Tanki raksasa itu digunakan sebagai penampung cadangan guna mengantisipasi debit air yang berlebih. Solusi banjir juga dapat dilakukan dengan pembangunan waduk dank anal. Serta yang tidak kalah penting adalah menghargai lingkungan sekitar kita dan juga daerah aliran sungai seperti jangan membuang dampah di daerah alisarn sungai. Karena itu penting memiliki rencana strategis dalam menangani masalah banjir demi mengurangi dan menghindari daerah dari bencana benjir.
Bencana banjir merupakan bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia ini. Permasalahan banjir ini akan mengakibatkan kerugian secara materiil, banjir menimbulkan kesan ketidak nyamanan dan mengganggn aktivitas sehingga akan mengganggu pertumbuhan kota.
Banjir terdiri dari berbagai jenis banjir seperti banjir air, banjir cileuncang, banjir bandang, banjir rob, banjir lahar dingin dan banjir lumpur. Bencana banjir dapat diakibatkan oleh faktor alam dan juga disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. Bencana banjir dapat juga disebabkan faktor faktor akibat luapan Sungai, sistem drainasi yang buruk, dari rusaknya ekologis, yang didalamnya akibat pembabatan hutan, legal maupun illegal dan lain-lain.
Solusi permasalahan bencana banjir dapat dilakukan dengan membuat drainase yang baik, sewr system, pembangunan waduk dan kanal, membuat sumur resapan,membuat lubang biopori dan lain-lain.
Bencana banjir merupakan persoalan bersama sebaiknya dilakukan kebijakan strategis untuk menyelesaikan persoalan banjir ini, serta diperlukan koordinasi yang baik antar pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah dalam menyatukan persepsi dan mencari solusi tentang persoalan banjir. Sehingga diharapkan akan tercipta solusi yang baik dalam penanganan masalah banjir tersebut.
Selanjutnya diperlukan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan darah aliran sungai sehingga masyarakat tidak akan membuang sampah dan limbah rumah tangga ke badan sungai yang menyebabkan penyempitan badan aliran sungai tersebut. Selanjutnya di perlukan tata ruang dalam pembangunan kota yang baik dan terus mempertahankan penghijauan lingkungan yang ada karena sangat penting bagi perespan air.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Banjir Melanda, Salah Siapa Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad