Wednesday, July 17, 2013

Mengintip Keindahan Selayar Saat Perjalanan ke Dusun Lalemang

Mataku akhirnya terbuka setelah lama kututupkan selama perjalanan. Padatnya penumpang di atas tumpukan karung beras yang menyelip di bawah kursi membuat tenggorokanku terasa terjepit. Rasa mual yang kurasakan selama perjalanan membuatku terkulai di kursi penumpang. Sesekali ketika terbangun kuambil beberapa foto di sekitarku untuk mengalihkan rasa mual. Bus yang kukendarai melaju santai di jalan Jeneponto yang panjang dan akhirnya berhenti di depan sebuah rumah makan memasuki Bulukumba.
Copy of a Copy of b
Perjalanan yang panjang selama 9 jam menuju pelabuhan Bira dari Makassar belum terhenti sampai di situ. Tujuan akhir perjalanan ini adalah menuju Selayar si kampong tercinta. Bila dihitung-hitung sejak dimasukkannya rohku ke dalam janin, ini adalah kali ketiga aku akan menginjakkan kaki ke daerah asal Bapakku itu. Dapat terbayang betapa ‘exciting’-nya aku untuk perjalanan ini. Namun, lihatlah aku sekarang yang berkali-kali memaksa menutup mata untuk tidur. Tak ayal 7 jam perjalanan kuhabiskan hanya untuk tidur.
Sesampainya di Pelabuhan Bira, bus mengantri rapi di depan pintu masuk Ferri putih KMP Sangke Palangga. Tampaknya air yang surut membuat perjalanan terpaksa dihentikan hari ini. ‘Tunggu! Apa itu berarti kami akan bermalam di sini?!’ Itu yang kupikirkan. Dan tidak meleset. Air akan pasang penuh pada pagi hari dan berarti malam ini kami dari sekian banyak penumpang dari 6 bus dan para supir truk serta pengendara motor akan ‘tidur bareng’ di pelabuhan Bira. Astaga..
Copy of d02072012547 
KMP. Sangke Palangga si Ferri
Copy of e 
Bapak dan Pantai Bira berpasir putih
Copy of fCopy of g02072012557 
Masyarakat Bira yang turun ke laut buat mm..entahlah antara ngambil rumput laut, nyari kepiting, atau nyari kerang. Wallahu alam
Copy of h Copy of i 
Kondisi yang terlihat ketika air sedang surut di pelabuhan Bira. Penampakan inilah yang terlihat selama perjalanan kaki menuju pesisir untuk istirahat malam ini. Luar biasa kan..
02072012559 
Satu kapal layar asing. Tampaknya baru selesai dibuat. Whatever-lah..
02072012529 02072012536 
Di sela-sela menunggu kejelasan jadwal keberangkatan, menikmati hembusan angin laut. Jadi ingat lagunya Ikimonogakari – kaze ga fuite iru.
Malam itu bukan lagi semilir angin sepoi-sepoi, melainkan terpaan angin laut yang super dingin (korban tidur di bale-bale pantai semalaman). Kalau tahu begini, lain kali diperjalanan selanjutnya sarung Cap Ga**h Dud*k yang tebal plus panjang itu mesti siap ditas jinjangan. Bahkan beberapa gelas susu hangat tidak mampu ngangetin perut. Jadilah, ‘mattigoro’ gara-gara masuk angin.
Copy of j 
Pukul 6.00 pagi, air laut mulai merangkak bersama matahari menyapa kami. Good Morniiiing!! Itu artinya berangkaattt!!
02072012548 
Mulut pintu Ferri bakal calon yang dinaiki. Mobil sebanyak ini muat gak, ya?
03072012564 
Kondisi lantai dua ferri.
Sepanjang perjalanan, ombak benar-benar tidak ramah. Dayu ke kiri, dayu ke kanan..terus begitu selama 3,5 jam. Air laut dari dasar ferri sampai terlihat ketika KMP ini bergerak. Kemiringan yang kuprediksi adalah 45 derajat. Bunuhma! Sempat mikir, jangan-jangan waktu batita dulu aku gak diayun (kata orang dulu, anak kecil diayun biar nanti gak mabok laut). Guh, sahabatku sepanjang laut adalah kamar mandi 1 x 1 meter. Oh, no!
Tapi tenang, itu hanya akan Anda rasakan bila angin sedang lebay. Bila sama sekali tidak ada angin, maka perjalanan hanya 2-2,5 jam mulus dan ferri Anda akan dikelilingi ikan lumba-lumba dari berbagai sisi loncat-loncat pamer. Anda dapat memilih berfoto dari puncak ferri bersama indahnya Selat Selayar atau bersantai di dalam kapal menyaksikan berbagai acara Indovision Channel sampai berkaraoke ria. Aku saja yang apes, jadi jangan dihiraukan.
Mendekati Pulau Selayar kita tercinta, Anda akan melewati tiga pulau yakni Pulau Pasinatene; Pulau batu tak berpenghuni yang menjadi ‘rebutan’ Selayar dengan Bulukumba. Katanya salah satu dive spot bagus yang penuh hiu ‘black tip’ atau ‘white tip’, yang banyak mendatangkan penyelam domestik maupun mancanegara, dengan catatan; only for advanced diver karena konon arusnya cukup kuat; dan Pulau Kambing, yang katanya Bapakku (entah benar atau godaan akan fobiaku) memang pulau yang dipenuhi kambing dan untuk mengantar kambingnya ke pulau lain, kambing-kambing itu diceburkan di laut dan dinaikkan ke kapal. Hm, berdasarkan searching-searching selama ini, Pulau satu ini termasuk pulau yang terlupakan oleh eksekutif Bulukumba. Aduh…pejabat kita..
Copy of k Copy of l 
Pelabuhan Pamatata, Selayar. Akhirnya mendarat..eh, berlabuh. Aku cinta tanah!
m 
Subhanallah! Asri pisan nih, pelabuhan…Bira sudah cantik, ini lebih cantik! Serasa pengen terjun mandi.. hahaha!
Copy of n03072012606 03072012599 03072012589 
Ala! Inilah panorama yang akan ditawarkan sepanjang 2 jam perjalanan dari Pelabuhan Pamatata, Bontomatene. Kali ini Anda tidak akan bosan. Pantai yang bersih, pasir putih di sepanjang jalan, katinting, pohon kelapa tiap 2 meter, udara yang sejuk, dan penangkaran rumput laut benar-benar menyenangkan hati. Rasanya tidak sabar apa yang akan ada selanjutnya. Terakhir menginjakkan kaki di pulau ini adalah sejak kelas 6 sd 9 tahun lalu (well, sebenarnya belum injak tanah dari bus sejak ferri). Aku ingat betul panorama selama perjalanan menuju Benteng memang agak kering dan lebih bernuansa pesisir. Sedangkan, menuju kampongku dari Benteng lebih terasa nuansa rimbun dan sejuk panorama pegunungannya.
03072012608 
Satu setengah jam duduk akhirnya bus tiba di terminal, Bontomanai. Perjalanan selanjutnya, atur masing-masing. Untungnya keluarga udah menjemput aku dan bapak dengan dua motor tanpa nomor kendaraan. Tampaknya di sini tidak ada istilah tilang-tilangan. Tentu saja!

Copy of p03072012612 
Kurang lebih setengah jam perjalanan, kami akhirnya tiba di Kota Benteng! Yippie.. akhirnya sampai..70% perjalanan menuju rumah nenek.
03072012620
Suguhan kopi hasil request-an ma tante dan beberapa kue cukup menyangga perut pagi itu.

Copy of o 
Ngambil foto diri di sela perjalanan. I’m coming nenek!!

03072012670Copy of q

Kecamatan Bontoharu. Sedikit lagi menuju rumah nenek. Di atas menunjukkan tanda jalan menuju Bandara Aroeppala (kantor di Jl. Poros Bandara Sultan Hasanuddin Mandai, telp (0411) 550664). Berdasarkan hasil googling lagi, harga tiket untuk naik SMAC (Sabang Merauke Air Charter), adalah Rp. 230.000 (termasuk airport tax). Dan tidak ada angkutan umum dari bandara, Situ harus berjalan kaki sekitar 150 meter keluar Bandara untuk mendapat angkot ke Benteng. Paling baik anda menghubungi teman/ contact person untuk menjemput. (copas)

03072012678Copy of r 

Melalui Bontoharu motor kami berbelok ke kanan tegas menuju Bontosikuyu (kampong gue) tepatnya di desa pertama, Desa Pattilereng.

Copy of s 03072012680
Di Desa Pattilereng sendiri akan dilalui beberapa desa kecil. Okey, kurang tahu nama kampong satu ini, yang jelas dari awal bertemu dengan rumah yang ada PENANJAKAN TERUUUS… ‘Kapan berakhirnya..??’ Jangan lupa tangan harus kuat menancap gas. Salut buat Om yang memboncengku. Haha!

03072012692 03072012694

Melewati kampong ‘penanjakan’ tadi, akhirnya penurunan…well, ini agak ekstrim terutama bila berkendara di malam hari. Jalanan hanya muat untuk satu mobil atau dua motor untuk lewat. Pembelokan cukup menikung tanpa palang jalan di arah jurang. Wow! Sumpah cukup memacu adrenalin. (Beberapa yang lebih ekstrim sudah tidak tertangkap kamera karena mesti pegangan)

Penurunan tadi menandakan kami telah tiba di Dusun LALEMANG, Desa PATTILERENG, KECAMATAN BONTOSIKUYU, KAB. KEPULAUAN SELAYAR (dipanjangin biar muncul di google, hahaha!)

03072012702 03072012703
Dan, this is it! Kampong gue! Dusun Lalemang! 

ARGH, sialnya charge kamera sudah habis selama foto-foto diperjalanan. Yah, mau diapa lagi, di sini belum sampai listrik dan belum mendapatkan sinyal Telkomsel. Sejak memasuki perbatasan Bontosiharu menuju Bontosikuyu memang yang kudapati adalah tiang-tiang beton menjulang tinggi. Awalnya bingung, namun ternyata itu adalah tiang listrik yang telah ada sejak dua tahun yang lalu. Kabarnya jumlah tiang yang terbengkalai ada sekitar ribuan. 

Copy of w  
Suasana masak-masak di rumah nenek. 

SINYAL. Satu hal yang menarik dari Lalemang adalah sinyal. Aku rasa isu listrik, sinyal dan air bukanlah hal baru untuk kampong-kampung kecil lainnya. Sinyal tidak ada di sini. Kecuali, sinyal indosat. Itu pun terbatas untuk ponsel segenerasi dengan Nokia Layar Kuning (lupa tipenya). Pengalaman pribadi, khusus di Lalemang, untuk menghubungi mama di Makassar, aku harus sedikit manjat di jendela dengan mengeluarkan kepala sambil menelpon atau naik ke gunung (kebetulan di depan rumah ada gunung). Hehe! 

Copy of u 
LISTRIK. Nah, terakhir aku main di kampong ini, malam-malam kami masih disinari oleh cahaya PELITA dengan ciri khas asap yang menghitamkan dinding rumah. Tidak kubayangkan betapa sederhana dan setengah matinya Bapak ketika sekolah dulu. Bahkan dulunya beliau masih menulis di atas batu atau daun pisang kering di saat mamaku yang bersekolah di Barru telah menggunakan pensil dan kertas. Haha! Keadaan Lalemang yang tidak dilengkapi sarana pendidikan seperti sekolah mengharuskan anak muda di sini (dulunya) berjalanan berpuluh kilometer untuk sampai ke sekolah atau memberi pilihan untuk tinggal di rumah kerabat yang dekat dengan sekolah (sekarang). Kini, untuk menikmati listrik selama pukul 6 sore hingga pukul 11 malam, kami harus membeli SOLAR, cuih… mau tambahan jam? Silahkan menuju pangkalan solar terdekat. Haha!
KUBURAN. Maklumlah topologi Selayar yang berbatu dan bergunung, maka seperti di daerah lainnya di Sulawesi, Kuburan itu udah biasa letaknya di gunung. 

AIR. Ini yang sangat kusuka dari Lalemang. Airnya berlimpah! Daerah kami tidak mendapatkan bantuan air dari pemerintah, melainkan memperoleh air dari mata air gunung. Poko’e fresh from the nature, deh! Jaman sd dulu kalau mau mandi atau urusan kakus (buang air besar) biasanya ya, ke sungai. Mau pilih sungai yang arusnya rendah sampai yang ada air terjunnya itu kayak membalikkan telapak tangan. Ganti baju silahkan di belakang batu, toh orang obese pun tidak bakalan kelihatan, wong batunya besar-besar. Sekarang, 9 tahun berlalu, akhirnya ada kamar mandi. Hahah! Air dari mata air telah dialiri menggunakan selang plastik dan bambu-bambu. Air jalan 24 jam dan rasanya dingin. Untuk menghentikan airnya tinggal sumbat saja dengan karet gabus.

Copy of v

Foto Nenekku yang sejak tadi disebut-sebut. Nenekku ini udah mulai bungkuk.
Hobi : 1. naik turun gunung bawa sepikulan besar biji kenari yang beratnya luar biasa, 2. Mecahin buah kenari yang kerasnya minta ampun, 3. Bikin minyak kelapa. Tidak ada sehebat nenek satu ini. Bahkan, di usia yang kalo nggak salah (dia juga nggak tau) sekitar 90an, giginya masih ada karena rajin makan sirih. Heheh!

Language : bahasa selayar. Ini dia masalah besarku dengannya. Komunikasi. Hampir semua oma dan opa di kampong selayar tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia. Ojan….

Copy of x 
WARGA SELAYAR terkenal akan tubuhnya yang kuat-kuat! (aku rasa) 

Mungkin alasan topologi yang cukup ekstrim (lebay) membuat masyarakatnya terutama di pedesaan terbiasa bekerja keras, kreatif menggunakan otak dan tidak segan menggunakan otot. Seperti membangun rumah, jembatan, naik gunung, dsb. Contoh paling kuat adalah bapakku yang diusianya yang hampir 60an masih suka membangun rumah, bisa bikin furniture sendiri, pokoknya pekerjaan semen, batu, kayu, sudah jadi makanan Sabtu-Minggunya.
Kegiatan para lelaki yang kulihat selama tinggal di desa ini cukup hidup. Pemulanganku ke Selayar sebenarnya adalah untuk menghadiri malam pengajian meninggalnya kakak ipar Bapak. Pagi hari sebelum malam pengajian, para lelaki bahu membahu memasang tenda. Di Makassar sih, sudah biasa, tapi yang ini cukup unik. Tenda biru dipasang cukup tinggi. Diikatkan di atap rumah warga yang memang sudah tinggi, tidak dengan tali rafiah, melainkan dengan serat pohon. Yang sigap malah para lelaki yang berusia lanjut. Dalam waktu beberapa menit saja, dua tenda yang cukup menutupi seluruh jalan terpasang kokoh. Takjub juga! Tanpa tangga pula, yang ada hanya manjat manual (lebih tepatnya bergelantungan)
Malam pengajian di sana tidak seperti di Makassar. Di sana tamu masih dihidangkan makanan sampai kenyang kemudian dilaksanakan hanya satu malam berbeda dengan di Makassar yang biasanya minimal 3 hari berturut-turut dan tamu hanya disuguhi air dan kue (syariat). 

Malam ini khusus dibeli beberapa liter SOLAR.

Copy of t

Pagi harinya (tepatnya subuh), aku dan Bapak bertolak ke pelabuhan siap untuk kembali ke Makassar. Perjalanan yang sangat menyenangkan, namun singkat. Begitu banyak tempat yang belum didatangi. Bahkan pantai di belakang rumah dan sungai depan rumah tidak sempat kuhampiri. Kuharap selalu ada kesempatanku untuk ‘berlibur’ ke sana lagi.

Love Selayar Island, kau benar-benar si itik buruk rupa yang masih menyembunyikan keindahanmu.. Kalau orang asing yang menyadarinya potensimu duluan, bisa jadi kau direbut orang!
Ini ada copasan bagus tentang
HAL UMUM YANG PERLU DIKETAHUI DARI SELAYAR

Waktu: Selayar & Taka Bonerate adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA), sama dengan Makassar, atau satu jam lebih cepat dibanding Jakarta.
Waktu terbaik mengunjungi Selayar adalah Oktober-November dan Maret-April. Bila anda mabuk laut hindari berlayar pada musim Barat (Akhir Desember-Februari) dan musim Timur (Agustus-September). Bila terpaksa, bawalah obat-obat yang cukup. It’s suppose to be fun, guys!
Fasilitas : ATM tersedia di Benteng, berupa ATM BRI dan BPD, yang dapat melayani transaksi ATM Bersama dan Prima. Bawalah uang tunai secukupnya, dapat dipakai untuk membeli souvenir sambil menyumbang upaya konservasi di Benteng atau Taman Nasional.
Sinyal handphone Telkomsel (termasuk flexi) dan Indosat tersedia di Benteng. Dermaga Pamatata hingga pantai selatan Selayar dapat dijangkau sinyal Indosat (beberapa tempat masih blank spot). Tidak ada signal di kawasan Taka Bonerate. Fasilitas telpon satelit terdapat di pulau Rajuni, kira-kira 20 menit dari guest house dengan speedboat.
Harga BBM (bensin) Rp. 6000/liter, bila anda berniat menyewa sepeda motor/mobil.
Menuju Selayar:
SMAC (Sabang Merauke Air Charter), kantor di Jl. Poros Bandara Sultan Hasanuddin Mandai, telp (0411) 550664. Harga Tiket : Rp. 230.000 (termasuk aiport tax) Dari Bandara Aroepalla Selayar, tidak ada angkutan umum dari Bandara, Anda harus berjalan kaki sekitar 150 meter keluar Bandara untuk mendapat angkot ke Benteng. Paling baik anda menghubungi teman/ contact person untuk menjemput.
Perwakilan Bus Aneka (AC), Telp. 0411-5048232 (Makassar) atau 0414-22489 (Selayar).
Perwakilan bus Sumber Mas Murni (AC), Telp. 0411- (Makassar) dan 0414-21154 (Selayar). Harga Tiket Rp. 100.000/orang. Dari Terminal ke penginapan, anda dapat memakai jasa ojek (Rp. 10-15 ribu)
Taman Nasional Taka Bonerate (Free Hot Spot / Wi-fi), Jl. S. Parman No. 40 Benteng, Selayar. Contact person: Nadzrun Jamil (081210011007) Asri (08114205360) Hendra Mustajab (081241948948)
Penginapan di Selayar : Hotel Shafira (melati) tarif 250.000/kamar Telp. 0414-22766-8. Hotel Selayar Beach (melati) harga sewa Rp. 200.000 – 250.000/ kamar. Telp. 0414-21617. Wisma PKK Tanadoang, 250.000/kamar. Semuanya termasuk sarapan.
Tinabo Guest House : Fasilitas spring bed, kamar mandi luar, kipas angin. Harga sewa hubungi kantor Balai TN TBR (sedang dalam penyusunan tarif baru).
Tips Menyelam : Stay within the rule. Rencanakan dive anda dan diskusikan dengan buddy sejelas mungkin. Terutama bila setelah trip anda berencana pulang naik pesawat. Pastikan kita menyelam dengan taat pada no deco time (bila anda memiliki dive computer), atau batasi penyelaman di hari terakhir dengan memilih spot dangkal atau hanya bersnorkeling. Keamanan tetap yang utama, agar liburan betul-betul memberi kesan tak terlupakan.
From : http://kyonsroom.wordpress.com/
Itulah Ceritaku untuk plh Silajara Indonesia
Terus Mana Ceritamu?
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Mengintip Keindahan Selayar Saat Perjalanan ke Dusun Lalemang Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad