Friday, November 14, 2014

Mengenal Gua Khas Merabu Kalimantan

Karst Sangkulirang kala dilihat dari atas puncak Bukit Ketepu. Karst Sangkulirang termasuk ke dalam tipe bentukan tower karst karena bentuk menyerupai tower-tower yang menjulang tinggi.
Masyarakat luas mungkin belum banyak mengenal kampung Merabu. Salah satu kampung di pedalaman Kecamatan Kelay ini memendam berbagai sejarah bukti kehidupan manusia purba ribuan pada tahun silam. Bukti kehidupan purba itu bisa dilihat di Gua Bloyat, yaitu adanya telapak tangan manusia purba dan berbagai lukisan dinding lainnya yang berupa lukisan daun dan hewan. Untuk mencapai Gua Bloyat tersebut memang masih relatif sulit, memerlukan waktu dan tenaga yang ekstra. Agar bisa sampai ke gua ini, kita harus berjalan kaki dengan menempuh perjalanan sekitar 2 – 3  jam dari kampung Merabu, menyusuri jalan setapak yang becek, penuh dengan ilalang yang tajam dan berduri, menembus rapatnya pohon-pohon, serta harus mendaki gunung yang terjal untuk mendapatkan pemandangan yang memesona di atas gua. Namun perjalanan yang penuh rintangan itu akan lunas dengan keindahan alam setempat, tidak saja karena alasan dari sisi petualangannya tetapi memang sebanding dengan kesempatan berharga melihat dari dekat bukti sejarah adanya peradaban manusia purba yang pernah ada di Merabu. Menariknya, ternyata kawasan hutan di Gua Bloyat dan Gua Abu ini menjadi habitat orangutan juga. Tepat di mulut Gua Bloyat ditemukan 3 buah sarang orangutan yang tampak belum lama ditinggalkan penghuninya.

Dari keterangan warga setempat, Gua Bloyat ini pernah diteliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin serta 4 orang peneliti Prancis yang dilakukan selama selama 12 hari.
Para peneliti berupaya membersihkan berbagai fosil-fosil yang rata-ratanya berukuran 50 cm x 100  cm. Berbagai batu-batuan, tulang hewan buruan, tengkorak manusia, dan berbagai sisa  makanan mereka temukan yang nantinya akan dianalisa guna memberikan informasi usia manusia purba, pola kehidupan dalam mempertahankan hidup yang dapat dilihat dari peralatan meramu makanan dan pola konsumsi, dan juga dapat memberikan informasi gambaran kehidupan manusia purba di masa silam dan hubungannya dengan manusia purba di Kutai Timur, Sangkulirang serta berapa lokasi lain di pulau Kalimantan pada umumnya.

Goa Bloyat dan gua-gua sekitarnya, tidak saja layak untuk dikembangkan menjadi salah satu tempat penelitian arkeologi potensial, tetapi juga menjadi salah satu warisan budaya yang potensial, aset warisan budaya yang dapat menarik minat wisatawan dan masyarakat untuk berwisata alam dan budaya purbakala. Walaupun pernah diliput oleh salah satu media dari Prancis, namun keberadaan Gua Bloyat, Gua Abu dan lain-lain dengan potensinya yang luar biasa ini perlu lebih diperkenalkan tidak saja bagi masyarakat di Kabupaten Berau, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya. Oleh sebab itu, kerjasama semua pihak menjadi kunci Gua Bloyat dan gua-gua sekitarnya di Merabu menjadi rangkaian perlindungan bentang alam warisan budaya potensial di Kabupaten Berau. 

Viedela, dari Departemen Manajemen Lawalata IPB mengatakan, memiliki karst Sangkulirang karena akan diajukan menjadi warisan dunia. “Jadi, dari ekspedisi ini diharapkan menjadi masukan,” katanya kepada Mongabay via surat elektronik.

Mereka mulai ekspedisi ke Kampung Merabu, awal Juli 2014. Tim terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, tim endokarst, yakni, menelusuri, pemetaan, dan inventarisasi biota goa. Kedua, tim biodiversitas eksokarst, yang menganalisis vegetasi di sekitar mulut gua. Ketiga, tim sosial budaya, yang melakukan kajian pemanfaatan sumber daya hutan dan sejarah masyarakat adat.

Menurut dia, mereka mengkaji beberapa gua, yakni, Bloyot, Sedepan Bu, dan Lubang Tembus. “Setiap goa di sana memiliki keunikan masing-masing, seperti cap tangan dan beberapa lukisan gua purba di Bloyot, aliran air sungai di dalam Gua Sedepan Bu dan pancaran sinar unik dari jendela-jendela gua di Lubang Tembus,” ujar dia.

Tak hanya itu. Mereka menemukan beberapa keunikan biota gua, seperti jenis famili Scuttigeridae dengan warna ungu dan ukuran kecil. Biota ini, katanya sangat langka dan belum pernah ditemukan di goa-goa di Jawa. “Ini menunjukkan ada perbedaan morfologi unik.”

Salah satu lukisan tangan purba ditemukan di Goa Bloyot. Salah satu pertanda gua ini pernah menjadi hunian tempat tinggal ratusan bahkan ribuan tahun silam .
Dia mengatakan, pepohonan di hutan Kampung Merabu masih sangat lebat dan beragam. Air sungai jernih mengalir dari hutan. Masyarakatpun mendapatkan air dengan mudah. “Air jernih dan menyimpan kekayaan biota sungai seperti ikan, kepiting, dan labi-labi. Bisa makan ikan segar hasil memarang (menangkap ala Suku Dayak) sungguh sangat mengesankan,” ucap Viedela.

Selain itu, Kampung Merabu juga memiliki kearifan lokal dan adat istiadat cukup kuat. Masyarakat sana percaya, mereka dari sosok bidadari cantik, bernama Bunga Inu. “Cap dan lukisan purba dipercaya miliki Bunga Inu.”

Hal lain yang menarik di kampung ini adalah Telaga Nyadeng dan Puncak Ketepu. Air di Telaga Nyadeng berwarna biru segar dan meiliki beragam ikan yang terlihat dari permukaan. Dari Puncak Ketepu, keindahan karst bisa terlihat. Ada juga Danau Tebo, konon memiliki air sangat jernih dan hamparan lahan luas dengan flora dan fauna masih liar. “November ini kita fokus pembuatan buku agar pengalaman dan pelajaran ini bisa dinikmati banyak orang.”
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Mengenal Gua Khas Merabu Kalimantan Rating: 5 Reviewed By: http://awalinfo.blogspot.com/