Wednesday, February 24, 2016

Mengenal Lebih Dekat Kampung Naga - Garut

Papan selamat datang di Kampung Naga - Garut 
Naga dikenal sebagai mitos di berbagai kebudayaan, lewat sosoknya yang agung, kuat, namun ada juga yang mengenalnya sebagai perusak. Lain halnya dengannya  Kampung Naga, keindahan desa adat di Garut ini bukanlah mitos. Budayanya yang unik dan keasrian alamnya membuat kita betah berlama-lama disini, tanpa khawatir ‘bau naga’ tentunya.

Nama dan asal usul Kampung Naga sendiri jauh dari segala sesuatu yang berbau Naga. Konon asal muasal nama Kampung Naga berasal dari kata Kampung Nagawir yang dalam bahasa Sunda berarti Kampung di tengah Jurang (gawir) atau kampung yang dikelilingi bukit sehingga menyerupai jurang. Jadi jangan harap bisa melihat patung naga, foto dengan naga, atau pegang naga.

Kampung Naga menawarkan kehidupan adat tradisional yang asri dengan keaslian alam di perbukitan dan hulu sungai. Di sebelah selatan kampung ini, mata pengunjung benar-benar dimanjakan oleh pemandangan sawah-sawah yang terhampar luas, sementara di Timur dan Utara berbatasan langsung dengan Sungai Ciwulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari gunung Cikuray Garut. Air di sungai ini yang  jernih dan segar benar-benar menggoda untuk segera menceburkan badan atau cuci muka.

Berita bagus lainnya untuk mencapai tempat ini tidaklah sulit, karena kondisi jalanan cukup layak.Terletak persis di samping jalan raya Tasikmalaya-Garut dari rute Tasikmalaya-Bandung, membuat kampung ini mudah dicapai. Untuk menuju ke sini bisa ditempuh dari 2 arah, dari Garut atau dari Tasikmalaya, karena kampung ini terletak di “tengah-tengah” perbatasan kedua kota, sekitar 30 km dari Tasikmalaya dan 26 km dari Garut.

Pemandangan alam Kampung Garut dilihat dari ketinggian
Selanjutnya untuk mencapai Kampung Naga, pengunjung harus berjalan menuruni 439 anak tangga sejauh kurang lebih 500 meter. Kemudian berjalan melewati jalan setapak menyusuri sawah dan sungai Ciwulan hingga kedalam kompleks perkampungan. Untuk menelusuri perkampungan ini para wisatawan yang datang wajib di dipandu oleh warga asli Kampung Naga, karena ada beberapa tempat yang disakralkan oleh masyarakat dan tidak sembarang orang boleh masuk ketempat tersebut, bahkan untuk mengambil gambar pun tidak diperbolehkan.

“Sebuah versi sejarah mencatat bahwa Kampung ini bermula pada masa Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat yang saat itu masih mayoritas beragama Hindu. Hingga tibalah Ia di daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Suatu hari Singaparana mendapat petunjuk untuk bersemedi, dalam persemediannya tersebut Ia mendapat petunjuk untuk harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga,” ungkap Yudi, pemandu wisata yang membawa kami berkeliling.

Selama perjalanan menuruni tangga yang cukup curam, Yudi sang pemandu kembali bercerita “Tak heran kultur disini pun cukup unik, yakni perpaduan Islam dan budaya Hindu.  Setiap hari besar, hari raya atau setelah melaksanakan ibadah Jumat’an, kita ada upacara adat.”

Upacara adat dilaksanakan di satu rumah khusus yang diberi nama Rumah Ageung, dan dianggap warga sebagai rumah Sakral. Rumah ini tidak boleh dihuni oleh siapapun, bahkan untuk masuk kedalam hanya sang juru kunci Kampung Naga yang diizinkan untuk dapat masuk kedalam dan melaksanakan upacara ritual adat. Pada hari tersebut setiap rumah wajib membuat hidangan dan dikumpulkan di lapangan tengah Kampung Naga, untuk disantap bersama, namun uniknya yang boleh mengikuti kegiatan ini hanya kaum laki-laki saja.

Salah satu aktivitas warga Kampung Naga 
Warga Kampung Naga sangat mengindari konflik antar sesama warga, mereka sangat patuh terhadap aturan yang berlaku. Bagi Warga Kampung Naga, melanggar aturan berarti Pamali, yang berarti tidak boleh dilanggar dan tidak dapat ditawar lagi. Keteraturan tersebut juga terlihat dari rumah-rumah mereka yang relatif seragam.

Salah satu aktivitas warga Kampung Naga 
Kampung tanpa listrik dan minim teknologi
Hampir mirip dengan Baduy, kampung Naga kental akan nuansa alami dan tradisonal. Namun Masyarakat Kampung Naga nampaknya lebih terbiasa dengan para wisatawan, sehingga mereka cenderung beraktivitas seperti biasa meski ada wisatawan yang berlalu-lalang di sekitarnya.  Kehidupan keseharian mereka menyesuaikan dengan alam. Memulai aktivitas saat matahari terbit, berhenti beraktivitas saat hari mulai gelap. perabotan rumah tangga semacam kursi dan meja sangat minim digunakan. Mereka  hidup tanpa listrik, tanpa ponsel apalagi TV

Areal kolam ikan perkampungan Kampung Naga
Meski demikian bukan berarti mereka anti 100 persen terhadap teknologi, Yudi misalnya masih bisa bebas menelpon ditengah-tengah perkampungan untuk berkomunikasi dengan calon tamu-nya. Sebuah indikasi bahwa proses perubahan sosial yang berlangsung di komunitas masyarakat Kampung Naga. Mereka mulai menerima teknologi baru yang memiliki manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.  Dengan SMS, misalnya, warga semakin mudah menjual hasil produk pertanian mereka,hasil bumi, kerajinan tangan, maupun wisatawan seperti yang dilakukan Yudi.

Layanan seluler yang disediakan di kawasan ini, pada dasarnya adalah layanan publik untuk mendukung  pengembangan Kampung Naga sebagai desa adat dan desa wisata. Oleh karena itu layanan seluler berfungsi sebagai sarana pendukung yang disiapkan untuk mendukung komunikasi para pengunjung ke Kampung Naga.

Hal tersebut disadari oleh salah satu operator selular Telkomsel, yang hadir di Kampung Naga dengan semangat mendukung pelayanan publik oleh aparat pemerintah setempat, membantu komunikasi, interaksi dan koordinasi jajaran pemerintahan. Bagi masyarakat setempat, kehadiran seluler diharapkan mampu membuka isolasi, mempermudah komunikasi dan interaksi antar warga masyarakat, sekaligus mendukung aktivitas keseharian mereka. Untuk daerah Kampung Naga, Telkomsel menggelar  5 BTS 2G dan 3 BTS Node – B 3G.

Perubahan sosial umumnya terjadi melalui kontak dan interaksi. Layanan telekomunikasi mampu mewadahi kebutuhan akan kontak dan interaksi ini melalui komunikasi, dengan memanfaatkan teknologi baru seperti ponsel. Bila layanan seluler dimanfaatkan dengan baik dan benar, ia akan menjadi semacam enabler bagi perubahan sosial di lingkungan masyarakat Kampung Naga.

Sejauh ini, masyarakat Kampung Naga telah menerima kehadiran teknologi baru ini. Yudi misalnya, Ia merasakan betul manfaat seluler untuk kehidupan keseharian dirinya dan masyarakat setempat.

Sebuah proses perubahan sosial tengah bergulir di Kampung Naga. 

*special thanks to Bayu Hanggara (Corporate Communications Telkomsel Jabar) for the original script, from http://suryanda.blogspot.co.id
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Mengenal Lebih Dekat Kampung Naga - Garut Rating: 5 Reviewed By: http://awalinfo.blogspot.com/