Gunung Lawu yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak zaman dahulu dipercaya sebagai sumber dari semua kebudayaan yang ada. Termasuk diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai sumber atau pusat kekuatan gaib yang melindungi peradaban manusia.
www.belantaraindonesia.org
Batu unik di Lereng Gunung Lawu |
Terkait peradaban manusia di seputar Gunung Lawu, banyak ditemukan fosil ataupun peninggalan dari zaman purba. Baik itu fosil manusia purba, fosil binatang purba, bahkan tempat pemujaan zaman megalithikum atau zaman batu purba di Sangiran. Kesemuanya berada di sekitar Gunung Lawu, baik itu lembah, lereng, maupun puncaknya.
Salah satu di antaranya ada Situs Watu Kandang. Situs Watu Kandang merupakan situs peninggalan pada zaman megalithikum. Situs Watu Kandang terletak di sekitar area persawahan di Desa Ngasinan, Karangbangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.
Ada banyak bentuk batuan di lokasi tersebut. Berbentuk batu yang disusun berdiri membentuk lingkaran dan kotak yang mirip dengan kandang. Untuk itu, situs ini dinamakan Situs Watu Kandang.
Menurut catatan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP3 ) Jawa Tengah di papan informasi di lokasi situs Watu Kandang, batu yang berada di lokasi tersebut berorentasi pada puncak bukit dan gunung yang berada di sebelah timur. Yakni bukit Bangun, bukit Malang dan Gunung Lawu. Pada masa perundagian, terdapat kepercayaan bahwa di puncak gunung merupakan dunia arwah.
Batu Unik Di Lereng Gunung Lawu |
Di Situs Watu kandang terdapat peninggalan purbakala, antara lain Menhir ( Tugu Batu ) yang besar dan berdiri tegak seperti tugu. Lokasi tersebut konon dulunya merupakan tempat suci dan tempat pemujaan roh - roh nenek moyang.
Kemudian Dolmen ( Meja Batu ), batu bentuknya seperti meja dan letaknya persis di tengah batu - batu yang disusun memutar. Diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesaji kepada roh nenek moyang.
Lumpang batu ( tempat menumbuk padi ). Bentuknya besar dan melebar di bagian tengahnya cekung dan dalam. Mungkin dulu digunakan sebagai tempat menumbuk padi.
Watu Dakon ( lambang kesuburan ), di tengahnya ada lubang seperti dakon ( mainan anak - anak khas Jawa ). Bahkan, ada cap kaki ( tapak batu ) yaitu tapak Bima ( Werkudoro ).
Punden Berundak di mana Watu Kandang ini berdiri condong, sehingga seperti punden berundak yang biasanya disembah sebagai nenek moyang mereka. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP 3 ) Jawa Tengah pernah mengadakan penelitian dan menyatakan tempat tersebut sebagai cagar budaya di mana masyarakat sering mengambil batu di lokasi yang merupakan area persawahan. Mereka beranggapan itu adalah batu gunung biasa.
Karena belum ada pemberitahuan dari pemerintah, warga banyak yang menggunakan batu di lokasi tersebut sebagai sebagai bahan bangunan rumah. Terlebih lagi batuan tersebut menyebar di area persawahan milik warga.
Namun setelah ada penjelasan dari pihak terkait, warga jadi tahu itu berupa batu kuno. Mereka tidak berani lagi mengambil atau memindahkannya, meski batuan tersebut terletak di tanah pribadi milik warga.
Biasanya pengunjung yang datang ke situs ini kebanyakan warga negara asing. Kalau orang lokal justru sedikit.