Sebanyak 20 negara mengonsumsi 80% energi dunia. Mereka -termasuk Indonesia- menjadi pihak yang paling bertanggung jawab
meningkatkan efisiensi energi dan memimpin peralihan ke energi bersih.
Hal ini terungkap dalam laporan Global Tracking Framework Report yang
dirilis di Wina, Austria, Selasa (28/5/2013).
Dalam laporan ini juga terungkap, sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia – setara dengan jumlah penduduk India- masih tidak memiliki akses ke energi listrik. Sebanyak 80% dari mereka yang tidak memiliki akses ke energi modern tinggal di pedesaan.
Walau jumlah penduduk yang mendapatkan akses listrik bertambah 1,7 miliar jiwa dalam periode 1990-2010, jumlah ini hanya sedikit di bawah jumlah pertumbuhan penduduk pada periode yang sama.
Sebanyak 2,8 miliar penduduk dunia juga diketahui masih menggunakan kayu bakar dan biomasa untuk memasak atau memanaskan ruangan. Dua pertiga dari penduduk yang tidak memiliki akses listrik ini tinggal di 20 negara di Asia dan Afrika. Tiga per empat dari mereka masih menggunakan sumber energi kotor seperti kayu, arang, limbah tanaman, limbah hewan serta batu bara.
Laporan ini mencatat, pertumbuhan akses listrik dan bahan bakar yang bersih harus terus ditingkatkan. Untuk memenuhi kebutuhan semua penduduk di bumi, sektor energi harus tumbuh dua kali lipat pada 2030 dari level saat ini.
China memimpin upaya efisiensi energi dan ekspansi peralihan menuju energi bersih dan terbarukan. India setiap tahun menerangi 24 juta penduduknya dengan listrik dan menyediakan energi bersih untuk pemanas dan memasak kepada 20 juta lainnya sejak 1990. Namun energi baru dan terbarukan baru menyumbang 18% bauran energi global pada 2010. Tingkat efisiensi energi malah turun -1,3% dalam periode 1990 hingga 2010.
Menurut laporan ini ada dua puluh negara yang harus bertanggung jawab memimpin peralihan ke energi bersih dan terbarukan. Negara-negara ini mengonsumsi 80% energi dunia. Di pundak mereka tugas melipatgandakan efisiensi dan bauran energi terbarukan – menjadi sebesar 36% – dibebankan.
Kedua puluh negara tersebut (dimulai dari negara dengan permintaan energi terkecil) adalah Australia, Spanyol, Ukraina, Afrika Selatan, Arab Saudi, Italia, Meksiko, Inggris, Indonesia, Iran, Korea Selatan, Kanada, Perancis, Brasil, Jerman, Jepang, India, Rusia, Amerika Serikat, dan China.
Posisi Indonesia sangat unik. Indonesia masuk dalam negara yang masih mengalami defisit pasokan energi, pada saat yang sama memiliki permintaan atas energi yang tinggi. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energinya dengan energi bersih dan terbarukan.
Menurut laporan ini, masih ada 14 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses listrik (rangking ke-19 dari 20 negara). Indonesia menempati rangking ke-4 dari 20 negara (di bawah India, China dan Bangladesh) sebagai negara yang paling banyak menggunakan energi padat (kayu, biomassa dan batu bara). Sementara rangking kebutuhan energi Indonesia berada di posisi 12 dari 20 negara dengan kebutuhan energi primer sebesar 8,7 EJ (Exajoules) atau setara dengan 2416,6 TWh (Terawatt hour).
â€Å“Permintaan listrik terus melampaui pasokan yang ada. Namun harga listrik harus terjangkau. Listrik harus semakin bersih. Penggunaan energi juga harus lebih efisien,†ujar Rachel Kyte, Wakil Presiden Bank Dunia dalam peluncuran laporan ini.
Untuk mencapai ketiga target tersebut diperlukan investasi untuk meningkatkan akses atas energi, efisiensi dan bauran energi bersih dan terbarukan. â€Å“Dalam laporan ini kita bisa mengambil pelajaran dari fast moving countries. Negara tersebut adalah China dan India,†ujar Vivien Foster, Manajer Sektor Energi di Bank Dunia yang memimpin penyusunan laporan ini.
Sumber: hijauku.com
Dalam laporan ini juga terungkap, sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia – setara dengan jumlah penduduk India- masih tidak memiliki akses ke energi listrik. Sebanyak 80% dari mereka yang tidak memiliki akses ke energi modern tinggal di pedesaan.
Walau jumlah penduduk yang mendapatkan akses listrik bertambah 1,7 miliar jiwa dalam periode 1990-2010, jumlah ini hanya sedikit di bawah jumlah pertumbuhan penduduk pada periode yang sama.
Sebanyak 2,8 miliar penduduk dunia juga diketahui masih menggunakan kayu bakar dan biomasa untuk memasak atau memanaskan ruangan. Dua pertiga dari penduduk yang tidak memiliki akses listrik ini tinggal di 20 negara di Asia dan Afrika. Tiga per empat dari mereka masih menggunakan sumber energi kotor seperti kayu, arang, limbah tanaman, limbah hewan serta batu bara.
Laporan ini mencatat, pertumbuhan akses listrik dan bahan bakar yang bersih harus terus ditingkatkan. Untuk memenuhi kebutuhan semua penduduk di bumi, sektor energi harus tumbuh dua kali lipat pada 2030 dari level saat ini.
China memimpin upaya efisiensi energi dan ekspansi peralihan menuju energi bersih dan terbarukan. India setiap tahun menerangi 24 juta penduduknya dengan listrik dan menyediakan energi bersih untuk pemanas dan memasak kepada 20 juta lainnya sejak 1990. Namun energi baru dan terbarukan baru menyumbang 18% bauran energi global pada 2010. Tingkat efisiensi energi malah turun -1,3% dalam periode 1990 hingga 2010.
Menurut laporan ini ada dua puluh negara yang harus bertanggung jawab memimpin peralihan ke energi bersih dan terbarukan. Negara-negara ini mengonsumsi 80% energi dunia. Di pundak mereka tugas melipatgandakan efisiensi dan bauran energi terbarukan – menjadi sebesar 36% – dibebankan.
Kedua puluh negara tersebut (dimulai dari negara dengan permintaan energi terkecil) adalah Australia, Spanyol, Ukraina, Afrika Selatan, Arab Saudi, Italia, Meksiko, Inggris, Indonesia, Iran, Korea Selatan, Kanada, Perancis, Brasil, Jerman, Jepang, India, Rusia, Amerika Serikat, dan China.
Posisi Indonesia sangat unik. Indonesia masuk dalam negara yang masih mengalami defisit pasokan energi, pada saat yang sama memiliki permintaan atas energi yang tinggi. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energinya dengan energi bersih dan terbarukan.
Menurut laporan ini, masih ada 14 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses listrik (rangking ke-19 dari 20 negara). Indonesia menempati rangking ke-4 dari 20 negara (di bawah India, China dan Bangladesh) sebagai negara yang paling banyak menggunakan energi padat (kayu, biomassa dan batu bara). Sementara rangking kebutuhan energi Indonesia berada di posisi 12 dari 20 negara dengan kebutuhan energi primer sebesar 8,7 EJ (Exajoules) atau setara dengan 2416,6 TWh (Terawatt hour).
â€Å“Permintaan listrik terus melampaui pasokan yang ada. Namun harga listrik harus terjangkau. Listrik harus semakin bersih. Penggunaan energi juga harus lebih efisien,†ujar Rachel Kyte, Wakil Presiden Bank Dunia dalam peluncuran laporan ini.
Untuk mencapai ketiga target tersebut diperlukan investasi untuk meningkatkan akses atas energi, efisiensi dan bauran energi bersih dan terbarukan. â€Å“Dalam laporan ini kita bisa mengambil pelajaran dari fast moving countries. Negara tersebut adalah China dan India,†ujar Vivien Foster, Manajer Sektor Energi di Bank Dunia yang memimpin penyusunan laporan ini.
Sumber: hijauku.com