Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan merupakan
wilayah yang terkenal dengan gugusan pulau-pulau eksotik serta keindahan
panorama lautnya yang telah memukau mata dunia internasional. Salah satu
pulaunya yakni Pulau Kakabia kini mulai dilirik oleh Pemda setempat. Pulau
Kakabia merupakan salah satu gugusan pulau tanpa penghuni di wilayah perairan
kabupaten ini. Pulau Kakabia secara administratif terletak di Kecamatan
Pasilambena.
Gugusan pulau terluar di Kabupaten Kepulauan Selayar ini
berupa perbukitan yang didominasi material bebatuan hitam dan tak ada
sedikitpun tanda-tanda pernah dihuni oleh manusia. Kendati terkesan misterius
namun pulau Kakabia ini menyimpan potensi fauna dimana kawasannya didiami oleh
populasi ribuan ekor jenis burung yang termasuk langka di dunia.
Pulau Kakabia sebelumnya seringkali didatangi oleh
masyarakat dari bagian tenggara pulau Sulawesi Bahkan saking seringnya mereka
berkunjung sehingga pulau ini sempat diklaim oleh pemerintah provinsi Sulawesi
Tenggara sebagai wilayah teritorialnya. Klaim ini berdasarkan pertimbangan
karena posisi pulau Kakabia lebih dekat ke wilayah pemerintahan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Selain pertimbangan jarak, keberadaan ribuan ekor jenis
burung langka yang bersarang dan tinggal mendiami pulau Kakabia menjadi daya
tarik potensi yang menggiurkan.
Setelah melewati serangkaian perjuangan panjang melalui
lembaga Departemen Dalam Negeri dan disertai dukungan bukti-bukti berupa keabsahan dokumen kepemilikan wilayah, maka Pulau
Kakabia berhasil dimenangkan dan
dikembalikan kepemilikannya ke tangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Selayar.
Untuk dapat mengakses pulau ini, dibutuhkan waktu sedikitnya
dua puluh delapan jam perjalanan dari pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba
dengan menumpangi perahu kayu tradisional menuju pusat ibukota kecamatan
Pasilambena.
Dari Kecamatan Pasilambena, dibutuhkan waktu paling tidak
tujuh jam perjalanan menuju Pulau Kakabia.
Hal yang ironis di kawasan perairan pulau Kakabia adalah
lingkungan bawah lautnya telah rusak karena potensi kima dan terumbu karang
bawah lautnya telah luluh lantak akibat penggunaan bom ikan yang diduga sejak
lama marak dilakukan oleh masyarakat Pomana di bagian tenggara. Bupati Kepulauan
Selayar, Drs. H. Syahrir Wahab, MM tidak
dapat memungkiri fakta yang terjadi terkait dengan rusaknya kawasan terumbu
karang dan biodiversitas bawah laut Pulau Kakabia tersebut.
Sejak diketahui keberadaannya, pulau terluar dan terjauh
dari kabupaten ujung selatan jazirah Provinsi Sulawesi Selatan ini, diakui
Syahrir wahab merupakan kawasan yang menjadi kepentingan masyarakat dari
Provinsi Sulawesi Tenggara. Ia mengaku bahwa selama ini ia angkat tangan untuk
melakukan upaya pengawasan dan pengamanan Pulau Kakabia lantaran kemampuan
operasional lapangan belum cukup memadai. Pertimbangan utama adalah jarak
tempuh Pulau Kakabia dengan pusat ibukota kabupaten membutuhkan waktu
setidaknya dua puluh delapan jam perjalanan. Sejauh ini, Syahrir mengakui,
belum melakukan langkah apapun, untuk mengupayakan penempatan petugas keamanan
ke wilayah Pulau Kakabia. Langkah pengawasan terhadap seluruh daerah pesisir
kepulauan berpenghuni saja sudah cukup membuat pemerintah kabupaten Selayar
kewalahan. Tindakan pembiaran tersebut secara perlahan akan membenamkan potensi
alam pulau Kakabia jika sampai saat ini belum mendapat respon dari pihak
pemprov Sulsel. Keberadaan populasi burung langka di pulau tersebut lambat laun
hanya menjadi cerita masyarakat setempat dan menuju pada kondisi terancam
kelestariannya. tulisan oleh Fadly Syarif
foto oleh immank rmm |