Kementerian Lingkungan Hidup mencatat seluruh Bank Sampah yang ada saat ini secara nasional mampu menghasilkan uang mencapai Rp15,7 miliar per bulan.
"Saat ini ada 1.195 Bank Sampah di 58 kabupaten kota dengan 106.000 tenaga kerja dan menghasilkan Rp15,7 miliar setiap bulan pendapatan dari Bank Sampah," kata Asisten Deputi Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup, Sudirman, di Probolinggo, Minggu.
Ia mengatakan, awalnya kehadiran Bank Sampah hanya untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah.
"Pengelolaan sampah bukan hanya menjadikan kota bersih atau cantik, tapi juga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat," ujarnya.
Ia mengemukakan, Bank Sampah sudah berhasil memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat dan hal itu memang diharapkan Kementerian Lingkungan Hidup.
"Sekarang orang bayar listrik dengan sampah. Sampah ditabung ke Bank Sampah dan menghasilkan uang," katanya.
Bank Sampah merupakan teknik pengelolaan sampah dengan mengadopsi manajemen perbankan, tapi yang menjadi alat transaksi adalah sampah, dan bukan uang layaknya di lembaga perbankan.
Manajemen Bank Sampah memiliki direktur dan petugas teller yang akan menerima dan menimbang sampah. Setiap sampah yang ditabung, dinilai dengan sejumlah uang dan setiap nasabah memiliki buku tabungan.
Bank Sampah selain bermanfaat membantu mengurangi jumlah timbunan sampah juga menciptakan nilai ekonomi dalam pengelolaan lingkungan.
Kehadiran Bank Sampah dimulai masyarakat di Bantul, Daerah Istimewa Yogyajarta (DIY), secara swadaya dan saat ini berkembang sekaligus diterapkan di daerah lain.
Sudirman menambahkan, berbagai kegiatan yang dilakukan terkait pengelolaan sampah di antaranya melatih pemanfaatan sampah melalui kegiatan daur ulang dan Bank Sampah.