Lampung tak hanya identik dengan kopi serta pisang cokelatnya, namun sebagian besar orang juga mengkaitkan dengan keberadaan Gunung Krakatau yang sangat terkenal itu. Namun, ada yang terlupakan, yaitu Menara Siger, di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.
Menara Siger bukan monumen masa lalu, akan tetapi simbol bangunan masa depan representasi fenomena masyarakat Lampung. Tak hanya itu, Menara Siger bukan hanya menjadi ikon pariwisata Lampung, tetapi simbol keagamaan, seni dan budaya, serta pendidikan.
Menaranya dapat dilihat dari jauh ketika kapal akan berlabuh di Pelabuhan Bakauheni. Bahkan, Anda dapat melihatnya pada pagi hari maupun gelap malam karena ada lampu sorot yang sekaligus dijadikan menara lampu oleh kapal - kapal yang akan merapat diBakauheni.
Menara Siger terus dikenali para pecinta pelancong domestik maupun mancanegara. Tempat ini juga rutin menampilkan berbagai jenis kegiatan dan pertunjukan kesenian, bahkan di malam Minggu menampikan seni budaya dari Jawa, Batak, Lampung, Sunda, dan Banten.
Menara Siger diresmikan pada 1 Mei 2008 oleh Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., dirancang oleh arsitek terkenal Ir Ansori Djausal pada 2005 di atas bukit di Bakauheni. Bentuk bangunannya terinspirasi oleh ciri khas Lampung, yaitu mahkota siger yang biasa digunakan pengantin perempuan adat Lampung. Mahkota Siger biasanya dikenakan perempuan Lampung pada upacara - upacara adat dan merupakan suatu simbol kehormatan. Bentuk menara ini sangat kompleks dan tidak mudah saat pendirikan awalnya.
Arsitektur bangunan Menara Siger juga memasukan bentuk asli tradisional Lampung lainnya, yaitu paguk di bagian kiri - kanan menara sebagai perlambang perahu. Di puncak menara terdapat payung tiga warna, yaitu putih, kuning, dan merah sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung sekaliguslandmark kawasan Bakauheni, dimensinya memiliki tinggi 32 meter, panjang 50 meter, lebar 10 meter, serta lantai 5 tingkat.
Pendirian Menara Siger mengawali pembangunan Jembatan Selat Sunda ( JSS ) —penghubung Bakauheni—Merak. Menara Siger terbangun di atas bukit sebelah barat Pelabuhan Bakauheni. Bangunan tersebut dilengkapi dengan sarana informasi mengenai peta wisata seluruh kabupaten / kota se-Lampung.
Posisi strategis Pelabuhan Bakauheni sebagai pintu gerbang Sumatera diibaratkan sebagai mulut naga yang memuntahkan kurang lebih 80 ribu ton hasil-hasil pertanian per hari. Dengan penggunaan teknik ferrocement, Menara Siger dijamin mampu menahan terpaan angin kencang.
Teknik ferrocement merupakan pengembangan tim arsitek Menara Siger, dengan menggunakan jaring kawat menyerupai jaring laba - laba. Pengerjaan lambang siger dan beberapa ornamen tidak menggunakan cor - coran, namun bagian per bagian dengan tangan. Dengan metode ini, setiap inci bangunan tahan guncangan dan terpaan angin laut.
Menara Siger kebanggaan masyarakat Lampung tersebut berada di atas bukit dengan ketinggian 110 meter di atas permukaan laut. Pembangunan menara sejak 2005 menghabiskan biaya Rp15 miliar.
Secara fisik, Menara Siger dibangun dengan memperhatikan ciri khas Lampung. Di sekitar tugu dibangun ruang-ruang yang menampilkan budaya Lampung serta sarana - prasarana pariwisata. Sebagai tugu di ujung Pulau Sumatera, Menara Siger dilengkapi dengan tulisan penanda Titik Nol Pulau Sumatera. Menara Siger dengan warna emas itu dilengkapi ruangan tempat wisatawan melihat Pelabuhan Bakauheni serta keindahan panorama laut dan alam sekitarnya.
Bagi masyarakat Lampung, tentu saja keberadaan Menara Siger menjadi sangat layak dan mutlak dibanggakan. Menara Siger sangat berpotensi menjadi aset wisata kelas satu di wilayah Lampung untuk menuju Visit Lampung ke depan, kebudayaan Lampung dan agar dikenal oleh tamu mancanegara.