Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Wilayah Kerja Gili Matra memanfaatkan event tahunan Mandi Safar pada 1 Januari 2014 untuk mendorong nelayan dan masyarakat mematuhi aturan zonasi di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra. Berbagai media seperti spanduk, umbul-umbul, poster dan mascot digunakan untuk mengajak nelayan hanya menangkap ikan di zona perikanan berkelanjutan. Kegiatan ini merupakan bagian dari Kampanye Pride yang sudah dilakukan oleh BKKPN bersama Rare di Gili Matra sejak tahun lalu.
Kampanye Pride di Gili Matra bertujuan untuk mempromosikan rencana zonasi kawasan dan mendorong agar nelayan hanya menangkap ikan di zona perikanan berkelanjutan. "Saat ini dokumen Rencana Pengelolaan dan Rencana Zonasi TWP Gili Matra sudah selesai. Sebelumnya sudah dilakukan beberapa kali revisi. jadi kita tinggal menunggu penetapan dari Menteri Kelautan dan Perikanan. Mudah-mudahn keluar awal 2014 ini. Melalui kampanye Pride ini, Balai KKPN mencoba menyebarluaskan informasi mengenai zonasi yang akan ditetapkan nantinya, sehingga ketika Surat Keputusan dikeluarkan, masyarakat di Gili Air, Meno dan Trawangan sudah siap", demikian dijelaskan oleh Ade Zulkarnain Lubis S.St.Pi, Koordinator BKKPN Wilayah Kerja Gili Matra.
TWP Gili Matra seluas 2954 hektar, berada di Lombok Utara dan merupakan salah satu tujuan wisata bahari yang diminati di Pulau Lombok. Menurut data dari Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Informatika Kabupaten Lombok Utara, kunjungan wisatawan ke Gili Matra terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2008 total kunjungan wisatawan ke Gili sebesar 42.119 orang dan pada 2011 meningkat menjadi 268.657 orang. Gili Matra juga menjadi lokasi penangkapan ikan bagi nelayan yang berasal dari dalam maupun luar Gili. Aktivitas wisata dan perikanan telah memberikan manfaat baik kepada masyarakat setempat maupun pemerintah. Aturan zonasi perlu diterapkan agar kedua kegiatan ini tidak mengganggu keseimbangan kawasan perairan Gili Matra. Zonasi akan menjaga keberlanjutan perikanan dan pariwisata di Gili Matra.
Guna mendorong kepatuhan nelayan terhadap zonasi, BKKPN juga memfasilitasi sekelompok masyarakat di Gili Air untuk mendirikan koperasi simpan pinjam (KSP) pada Agustus 2013 lalu. KSP Pada Mele, demikian nama koperasi tersebut, terbilang unik karena mewajibkan anggotanya menaati aturan zonasi TWP Gili Matra. Aturan mengenai zonasi secara tegas tertulis dalam pola kebijakan koperasi yang kini beranggotakan 41 orang tersebut. “Koperasi ini didirikan agar nelayan mempunyai wadah untuk mengumpulkan dan meminjam modal usaha. Supaya kelak nelayan juga bisa mengembangkan usaha baru atau mungkin ikut menjadi pelaku wisata, dan tidak hanya tergantung dari hasil menangkap ikan”, terang Abdus Sabil, Manajer Kampanye BKKPN Wilayah Kerja Gili Matra.
Suburuddin S.Ag, Sekretaris Desa Gili Indah yang juga menjadi pionir KSP Pada Mele berharap semua Nelayan di Gili Matra dapat bergabung menjadi anggota KSP. “Tim KSP Pada Mele bersama BKKPN akan terus mengajak Nelayan dan semua masyarakat di Gili Indah untuk menjadi anggota KSP Pada Mele dalam berbagai kesempatan”.
“Target kita sampai Mei 2014 akan terus menyebarluaskan mengenai aturan zonasi di Gili Matra termasuk mengenai koperasi ini melalui berbagai media. Ikut serta dalam Mandi Safar ini hanya salah satunya”, tambah Sabil.
Mandi Safar adalah kegiatan tahunan yang dirayakan secara bergantian di Gili Air, Meno dan Trawangan. Kegiatan ini bertujuan untuk mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa atas nikmat dari alam yang diberikan. Mandi Safar biasa dilakukan tiap Rabu pada minggu terakhir di bulan Safar. Masyarakat di Matra menyebut hari Rabu yang ditentukan untuk Mandi Safar ini dengan nama Rabu Bontong. Dalam ritual yang merupakan campuran dari budaya Sasak dan Bugis ini, semua masyarakat yang ikut akan menceburkan diri ke laut. Tak terkecuali Wakil Bupati dan pejabat daerah Lombok Utara hadir dalam acara ini. ***