Gunung Bromo di Jawa Timur, meski sama - sama gunung yang berstatus aktif seperti Gunung Merapi di Yogyakarta, tetapi memiliki beberapa perbedaan. Salah satunya yakni Gunung Bromo tidak memiliki juru kunci seperti Sang Legendaris Mbah Maridjan di Gunung Merapi.
Tidak ada juru kunci di Gunung Bromo, tapi di setiap desa di sekitar pegunungan ada dukunnya. Para dukun tersebut, tak hanya berfungsi mendeteksi akan datangnya letusan. Tapi juga memimpin upacara keagamaan. Seperti memberikan sesajen ke Gunung Bromo dan lain - lain.
Gunung Bromo terkenal dengan panoramanya yang begitu indah. Namun, di balik keindahannya, gunung ini menyimpan energi mematikan karena tergolong sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Karena dianggap gunung suci, Suku Tengger setahun sekali mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo ( kesepuluh ) menurut penanggalan Jawa.
Gunung Bromo yang dalam bahasa Sansekerta atau Jawa kuno sama dengan Brahma, yakni dewa utama Hindu, memiliki ketinggian 2.392 Mdpl. Gunung ini menjulang di atas empat wilayah yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaen Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekira 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter ( utara - selatan ) dan ± 600 meter ( timur - barat ). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari - jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Gunung ini juga tercatat beberapa kali meletus. Letusan pertama terdeteksi pada 1767. Ada pun letusan paling dahsyat terjadi pada 1974 dan letusan terakhir terjadi pada 2004 silam