Makam Ki Ageng Makukuhan Di Puncak Gunung Sumbing |
Pemandangan dari puncak Gunung Sumbing sungguh mengesankan. Selayaknya gunung tinggi, indahnya sulit di ungkap dalam kata. Tetapi dibalik segala indah itu, di puncak Gunung Sumbing juga terdapat sebuah situs makam yang dikeramatkan oleh warga sekitar gunung. Yakni makam yang dipercaya sebagai makam Ki Ageng Makukuhan yang sering di ziarahi setiap malam Selikuran ( 21 Ramadhan ).
Meski terletak di puncak gunung setinggi 3.339 meter di atas permukaan laut, jumlah peziarah di makam itu selalu banyak. Di kalangan warga lereng gunung itu, ada kepercayaan semakin sering berziarah ke maka akan semakin tenang dalam menempuh kehidupan.
Perjalanan para pendaki akan melewati Watu Malang dan bisa beristirahat sejenak. Setelah itu pendaki memasuki kawasan Segara Wedhi, yaitu kawasan luas bekas kubah magma yang menyerupai gurun pasir. Dilanjutkan pendakian ke Bledug Kawah Hijau dan tidak jauh dari itu sampailah ke Makam Ki Ageng Makukuhan.
Terapi tidak semua pendaki puncak Sumbing bisa menemukan Makam Ki Ageng Makukuhan yang asli. Selama ini, pendaki banyak yang mendatangi lokasi makam di utara. Padahal, lokasi itu hanya petilasan yang konon tempat istirahat Ki Ageng.
Makam Ki Ageng yang sebenarnya di ujung timur di bawah tebing bebatuan. Di lokasi makam terdapat sebatang pohon Endong Wulung dan sebatang lagi pohon Kecubung Wulung. Pohon itu sudah tumbuh bertahun - tahun dan menjadi tetenger ( tanda ) lokasi makam.
Tanda lain, lubang gua di lereng bebatuan di atasnya. Dahulu, di gua yang ruangannya tak terlalu dalam itu Ki Ageng mengasingkan diri hingga wafat dan dimakamkan di bawahnya.
Mengenai kesalahan tempat dalam berziarah menurut Mbah Marmo ( 80 ), warga Dusun Grubug, Desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Temanggung, tidak perlu dipersoalkan. Toh tujuan ziarah ke sana intinya untuk mengirim doa bagi arwah para leluhur, khususnya Ki Ageng Makukuhan. Tambahan lagi jarak kedua tempat itu ( makam asli dan petilasan ) tidak terlalu jauh tapi medannya sulit ditempuh.
Dahulu waktu Mbah Marmo muda, setiap malem selikuran jumlah peziarah yang naik ke puncak sangat banyak. Umumnya mereka dari desa - desa di lereng Sumbing, seperti Wonotirto, Pagergunung, Pagersari, Gondosuli dan sekitar. Seusai ziarah, mereka membawa pulang air belerang yang dipercayai bisa untuk menambah kekuatan badan.
Sejauh ini memang tidak ada catatan baku tentang Ki Ageng Makukuhan. Namun para sesepuh di Lereng Sumbing menceritakan, dia bangsawan Majapahit yang mengasingkan diri ke puncak gunung itu dan merupakan orang pertama yang membuka lahan pertanian di sana. Konon Ki Ageng meninggal tepat pada malam Selikuran.