Thursday, January 28, 2016

Jelajahi Gua Boki Moruru - Maluku Utara

Gua Boki Moruru, di Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halteng, Maluku Utara
Boki Moruru, sebuah gua yang terletak di Desa Sagea, Kabupaten Halmahera Tengah. Ia dikenal sebagai gua tak berujung. 

Gua alam ini ditemukan tim ekspedisi Prancis  di tahun 1996. Sayangnya, potensi wisata andalan, kurang dikenal lantaran buruknya infrastruktur jalan.

Hari masih teramat pagi. Berkas sinar matahari belum menyibak dahan- dahan di Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah. Wartawan Malut Post (Grup batampos.co.id) sengaja beranjak dari Weda saat embun pagi belum beranjak.

Jarak dari Weda, ibu kota Halmahera Tengah (Halteng), menuju Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara berkisar 30 kilometer. Namun perjalanan darat menuju Sagea menghabiskan waktu hingga empat jam, saking buruknya kondisi jalanan. Maklum, kondisi jalan masih tanah dengan banyak lubang berdiameter hingga 1 meter.

Setiba di Sagea, perjalanan harus dilanjutkan dengan menyusuri Sungai Sagea sejauh 5 kilometer. Medan menuju gua cukup sulit jika berjalan kaki. Jalannya basah dipenuhi lumpur.

Oleh warga, disarankan menggunakan perahu bermesin tempel yang disebut katinting. Menggunakan katinting lama perjalanan dapat  dipangkas menjadi 30 menit.Ongkos yang diminta  pemilik katinting Rp 100 ribu untuk perjalanan bolak-balik.

Menyusuri sungai selebar 50 meter itu, perjalanan diarahkan ke hulu. Di kiri kanan sungai, pepohonan masih cukup lebat. Rasa penasaran akan Gua Boki Moruru mulai terjawab ketika dinding batu menjulang muncul di hulu sungai.

Di tengah dinding yang ditumbuhi tanaman rambat itu tampak sebuah celah kecil. Warga mengenalnya sebagai gerbang menuju gua. Motoris mengarahkan katintingnya ke celah tersebut. Namun sebelum memasuki gerbang, Malut Post dianjurkan membasuh wajah dengan air sungai.

Warga percaya, gua nan sepi itu dihuni banyak makhluk halus. Membasuh wajah dengan air setempat bagi pendatang menjadi ‘syarat’ untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang tak diinginkan.

Makin ke dalam menuju mulut gua, keadaan makin gelap, lantaran sinar matahari tak bisa tembus. Senter pun dinyalakan. Perjalanan terus dilakukan menyusuri bebatuan hingga sejauh 300 meter.

Dari kejauhan tampak lah sebuah tangga kayu setinggi 30 meter. Tangga yang dibangun Dinas Pariwisata Halteng itu merupakan satu-satunya jalan menuju gua. Begitu mendaki tangga, koran ini pun tiba tepat di mulut gua. Selanjutnya, penyusuran Boki Moruru dilakukan dengan berjalan kaki.

Bagian dalam gua dihiasi stalagmit dan stalaktit serta hamparan batu putih menyerupai marmer. Tetesan-tetesan air yang membentuk stalagmit memiliki bentuk-bentuk yang menakjubkan. Rata-rata berbentuk menyerupai manusia. Ada pula bentuk manusia dengan posisi seakan tengah ruku’.

Panjang gua sendiri hingga kini belum terpetakan. Pada 1996, sebuah tim ekspedisi yang berasal dari Prancis pernah menyusuri Boki Moruru selama tiga hari tiga malam. Penjelajahan ini tak menemukan ujung gua.

Akhirnya muncul lah klaim bahwa Boki Moruru merupakan gua tanpa ujung. ”Sedangkan tim dari Dinas Pariwisata pernah menempuh jarak sejauh 7,8 kilometer. Ini jarak terjauh yang pernah kami tempuh,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Halteng, Achiruddin Hi Gani.

Nama Boki Moruru memiliki legenda sendiri. Konon, nama ini diberikan oleh seorang pemuda Suku Sawai, sebuah suku adat yang kala itu masih nomaden, bernama Mon Takawai.

Penuturan Abdullah, tokoh masyarakat Sagea, kepada Malut Post, Mon Takawai yang hidup di tepian muara sungai Kobe suatu hari meminta izin pada keluarganya mencari tanah subur untuk berkebun.

Dalam perjalanannya, pemuda Suku Sawai itu menemukan satu tempat yang cocok untuk keluarganya pindah yaitu di muara sungai yang kala itu diberi nama Geplun. ”Saat itu juga mereka pindah tempat dan mendiami wilayah Geplun,” tutur Abdullah.

Suatu hari, Mon Takawai menyusuri tepian sungai menuju ke hulu. Setelah menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer, ia beristirahat di bawah sebatang pohon dekat gerbang gua. Ketika tengah menikmati keindahan sungai tersebut, Mon Takawai mendengar suara serupa orang mandi. Penasaran, ia bangkit dan mendatangi asal suara.

”Asal suaranya dari dalam gerbang. Begitu mendekat, Mon Takawai melihat sosok perempuan tengah berendam di bagian sungai tersebut. Ketika didekati, sosok itu lantas berenang menuju dinding batuan cadas dan menghilang,” lanjut Abdullah.

Rasa penasaran menghantui Mon Takawai. Dua hari berikutnya, ia memutuskan tetap berada di situ untuk berjaga-jaga. Upayanya berhasil. Perempuan berparas jelita itu muncul lagi. Mon Takawai pun membawa pulang gadis yang diketahui bernama Sari Madago itu menghadap keluarganya dan meminta restu untuk menikah.

”Setelah menikah, pasangan ini kembali menyusuri sungai dengan sampan. Setibanya di gerbang, Sari Madago meminta izin suaminya untuk mandi di dekat gua tempat mereka bertemu,” kisah Abdullah.

Mendengar permintaan sang istri, Mon Takawai mengiyakan. Sembari berkata ‘Istriku, gerbang ini menjadi saksi cintaku kepadamu yang senang menghanyutkan diri (mandi, red) di sungai. Jadi gua ini kuberi nama Boki Moruru’.

”Boki Moruru dalam bahasa Tidore artinya adalah putri yang menghanyutkan diri. Begitu asal usul nama yang berkembang menjadi cerita di kalangan masyarakat lokal,” kata Abdullah seraya tersenyum.

Gua Boki Moruru hingga kini cukup sering dikunjungi wisatawan asing maupun domestik. Keunikan dan kondisinya yang masih alami menjadi daya tarik tersendiri. Satu-satunya kendala untuk menuju tempat ini hanya linfrastruktur jalan yang amat memprihatinkan.

Kondisi jalan yang teramat buruk membuat kebanyakan orang pikir-pikir dulu sebelum memutuskan mengunjungi Sagea. ”Jalan darat, yang menjadi satu-satunya akses menuju Sagea, masih jelek sekali. Masih berupa jalan tanah dan banyak lubang. Jika hujan, sangat licin. Ini pekerjaan rumah buat Pemda untuk memajukan pariwisata Halteng,” pungkas Achiruddin.(Ridwan Arif, Halmahera Tengah)

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Jelajahi Gua Boki Moruru - Maluku Utara Rating: 5 Reviewed By: http://awalinfo.blogspot.com/