Sekolah Pertama Di Kepulauan Riau Ada Di Jalan Encik Kasim, Kelurahan Daik, Lingga, Umurnya Tahun Ini Sudah 141 Tahun |
Wisata Sejarah - DITILIK sekilas SD Negeri 1 Lingga, di Jalan Encik Kasim, Kelurahan Daik terlihat biasa saja. Padahal bangunan panggung yang masih digunakan untuk belajar itu Benda Cagar Budaya (BCB). Inilah sekolah tertua di Lingga, bahkan di Kepulauan Riau.
Sekolah yang dibangun pada zaman Kesultanan Lingga ini tak banyak berubah. Bentuk bangunan sekolah panggung tersebut tetap dipertahankan.
Lazuardi, pemerhati sejarah Lingga mengatakan dari catatan yang ia dapat dari tetua di Lingga, bangunan sekolah yang kini berstatus sekolah negeri itu dibangun pada tahun 1875. Mari kita cocokkan dengan sejarah. Pada tahun itulah Sultan Sulaiman Badrull Alamsyah II mulai memerintah hingga 1883 Masehi. Jika catatan itu benar, artinya sekolah ini sudah berusia 141 tahun.
Awalnya masih sekolah ini disebut sekolah arab, karena memang dipakai untuk tempat anak-anak belajar agama.
“Pembelajarannya memakai tulisan arab melayu. Ada seorang guru besar, Kuril Sulaiman namanya, ia dari Minangkabau. Dengan huruf-huruf Arab Melayu itulah terjadi tunjuk ajar pada kita dalam ilmu pengetahuan,” ungkap Lazuardi.
Bangunan sekolah tertua di kepulauan Riau ini dikatakan Lazuardi telah banyak melahirkan generasi berpendidikan di Lingga.
Sumur tua dengan cap tanggal pembuatan di dinding betonnya |
Meski Kerajaan Lingga runtuh pada 1911, sekolah ini tetap dimanfaatkan. Menyesuaikan dengan siatuasi di negeri ini, sekolah arab tersebut kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat (SR).
“Pada waktu SR itu, sekolah ini terdiri dari 4 kelas, berbentuk L terputus. Baru kemudian diambil, alih Belanda. Belanda juga sempat memakai sekolah tersebut. Baru kemudian menjadi sekolah SD 044. Kemudian seiring kemerdekaan RI barulah sekolah tersebut menjadi SD 01, kemudian SD 001,” ungkap Lazuardi, yang juga menamatkan SD di sekolah ini.
Pembelajaran menggunakan aksara Arab Melayu ini kata Lazuardi, membuat dunia penulisan di Lingga berkembang.
Jadi tak heran, jika orang-orang Melayu Lingga sudah mengenal tulisan sekalipun tidak berketurunan bangsawan. Berbeda dengan di Jawa, yang mana sekolah-sekolah dibangun hanya untuk kaum bangsawan dan orang-orang istana.
Dikatakan Lazuardi lagi, selain bangunan sekolah SD 001 yang bersejarah, di lokasi yang sama juga terdapat sebuah perigi yang dibangun juga sejak zaman sultan.
Sampai saat ini, kondisi perigi tersebut masih dapat digunakan oleh warga sekitar. Bahkan saat kemarau, perigi tersebut tak pernah kering.
“Perigi juga dibangun, ia menjadi sumber air untuk warga seluruh kawasan Daik. Di perigi juga terdapat tahun pembuatan dengan tulisan Arab Melayu,” ungkapnya.
Sementara itu, Ismail Ahmad salah seorang tokoh masyarakat Lingga yang juga mantan Lurah Daik mengatakan, dia juga bersekolah disana.
“Tahun 1955 saya sekolah disana, waktu itu masih SR. Kalau tidak salah, umur sekolah itu sudah 75 tahun waktu saya sekolah. Bentuk sekolah tak ada yang berubah, cuma dulu dicat berwarna hitam,” tutur Ismail.
Semasa masih merupakan sekolah rakyat, kenang Ismail tak hanya orang-orang Melayu yang bersekolah di sana. Karena hanya satu-satunya sekolah, dikatakannya, baik warga Tionghoa, maupun Keling yang ada di Lingga, semua bersekolah di sana.
“Bukan hanya orang Daik, semua orang di Lingga sekolah disini. Banyak yang jadi pengulu (Lurah) sekolah di sini. Dulu semua mahir menulis arab melayu, masa itu bahkan orang-orang cinapun tulisan arab melayunya bagus-bagus,” jelas Ismail.
Ismail ingin sejarah sekolah tertua di Kepri ini diketahui oleh sebanyak-banyaknya orang Lingga. Terutama anak-anak muda yang peduli pada sejarah. “Sekolah ini adalah bagian dari sejarah dunia pendidikan di Lingga yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja, tutupnya. –
Muhammad Hasbi/http://pulaulingga.com/