Wisata Alam - Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya Papua berada pada 1650 MDPL. Untuk menuju Lembah Baliem hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang dari Sentani, Jayapura.
Di Lembah Baliem, masih dijumpai perkampungan tradisional Suku Dani dengan rumah honai mereka. Rumah-rumah ini berbentuk bulat beratap rumput ilalang kering serta ada kebun ubi jalar di lereng-lereng bukit yang terjal.
Lembah Baliem menjadi destinasi favorit bagi turis asing yang menyukai trekking atau wisata berjalan kaki. Dengan trekking, wisatawan dapat lebih menikmati Lembah Baliem.
Salah satu pesona keindahan alam Papua yang sudah mendunia adalah Pegunungan Jayawijaya. Pegunungan Jayawijaya ini merupakan rangkaian pegunungan tertinggi di Indonesia, dengan puncak tertingginya yang bernama Puncak Jayawijaya. Ternyata, Pegunungan Jayawijaya juga menyimpan tempat menakjubkan yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, salah satunya adalah Lembah Baliem. Meskipun dinamakan sebagai “Lembah”, namun wisata alam ini berada di ketinggian 1600 mdpl yang dikelilingi oleh pegunungan dengan suhu 10 hingga 15 derajat Celcius pada malam hari. Lembah dengan 80 kilometer dan lebar sekitar 20 kilometer ini akan menyambut para pengunjung dengan hamparan keindahan rerumputan dan suasana pegunungan yang asri.
Kamu juga bisa merasakan suasana peradaban manusia bak zaman batu. Karena, Lembah Baliem ini merupakan tempat tinggal bagi Suku Dani, Suku Yani, dan Suku Lani yang masih sangat kental dan menjaga tradisi dan budayanya.
Jika berkunjung pada bulan Agustus, kamu bisa menikmati Festival Budaya Lembah Baliem yang mempertontonkan atraksi kolosal perang antar suku. Selain itu, terdapat pula pertunjukkan seni lainnya, seperti pertunjukkan alat musik (Pikon dan Watawa), atraksi memasak tradisional (Bakar Batu), atraksi permainan anak (Puradan dan Sikoko), dan masih banyak lagi yang lainnya. Kamu juga bisa mengunjungi Kampung Wogi yang memiliki objek wisata Mumi Agat Mamete Mabel yang menyimpan 4 mumi, diantaranya mumi Araboda, Aikima, Pumo, dan Yiwika.
1. Pusat pendidikan agama islam terbesar di Papua
Babi dan anjing menjadi mayoritas hewan peliharaan bagi masyarakat Papua. Hal ini memberi kesan bahwa agama yang mereka peluk adalah non-muslim. Namun kenyataannya, di distrik Walesi Papua, masyarakatnya menjadi pemeluk agama islam terbesar di Tanah Papua. Walesi menjadi pusat pendidikan agama islam bagi masyarakat Suku Dani. Di sini terdapat sebuah madrasah dan presantren yang sudah berumur tua.
2. Festival Lembah Baliem, atraksi drama perang antar suku
Acara Festival Lembah Baliem, merupakan acara perang antar Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali. Perang antar suku ini tentunya aman untuk disaksikan. Bahkan acara festival ini menyedot perhatian para wistawan lokal maupun dunia. Acara berlangsung selama 3 hari dan dilaksanakan setiap bulan Agustus menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia.
3. Tradisi potong jari dan mandi lumpur sebagai bentuk ungkapan kesedihan
Ungkapan rasa sedih atas kehilangan sanak keluarga bagi Suku Dani di Lembah Baliem yaitu dengan potong jari (ikipalin). Inilah simbol dari rasa sakit dan pedih yang mereka rasakan. Karena bagi masyarakat Suku Dani, jari tangan melambangkan kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan dalam diri manusia.
Pemotongan jari ini bisa dilakukan dengan benda tajam, digigit hingga putus atau mengikatnya dengan seutas tali hingga jari mati dan setelahnya baru dipotong. Terdengar sangat mengerikan memang. Namun, seiring perkembangan zaman, aksi potong jari makin ditinggalkan.
Selain potong jari, ada juga aksi mandi lumpur yang memberi makna bahwa setiap manusia yang meninggal akan kembali ke tanah.
4. Pasir putih tanpa pantai di Lembah Baliem
Lembah Baliem berbentuk perbukitan hijau yang memiliki pemandangan sangat indah dan alami. Namun, di atas sini justru terlihat pemandangan seperti pantai dengan adanya pasir putih. Tekstur pasir putih di Lembah Baliem sama persis dengan pasir yang ada di pantai dan bahkan terasa asin.
Tak hanya pasir putih yang menguatkan pendapat bahwa Lembah Baliem dulunya adalah danau. Lembah Baliem juga juga memiliki batu-batu granit yang menyembul dari tanah. Konon, kawasan ini dulunya memang sebuah danau. Namun akibat gempa, terjadilah perubahan alam akibat lempeng-lempeng bumi yang bergeser.
5. Pesta bakar batu menjadi bukti kerukunan warga di Lembah Baliem
Ini merupakan perayaan atau pesta yang dilakukan oleh Suku Dani di Lembah Baliem ketika mendapati kelahiran, pernikahan, upacara kematian, syukuran, atau euforia setelah perang. Uniknya api yang dibuat tidak menggunakan korek api, melainkan dengan menggesek-gesekkan 2 kayu hingga menimbulkan api, yang lantas kemudian digunakan untuk membakar batu. Batu disusun di atas tumpukan daun yang kemudian akan dimasuki ubi atau babi untuk dimasak. Kegiatan bakar batu membutuhkan gotong royong yang solid. Di sinilah bentuk kerukunan yang paling terlihat.