Sunday, March 24, 2013

Kearifan Lokal Pelestarian Burung di Indonesia


Kawasan Esensial
Tidak banyak yang mengira bahwa tidak jauh dari keramaian kawasan wisata Ubud bersarang kawanan burung kuntul/bangau, atau dalam nama lokalnya burung Kokokan, yang jumlahnya mencapai angka ribuan. Burung Kokokan merupakan satwa dalam ekosistem perairan, yang biasa ditemukan di danau, pantai, rawa, maupun hutan mangrove. Kawasan ini bukanlah berupa sebuah ekosistem yang kompleks, hanya merupakan bagian kecil dari sebuah megaekosistem Pulau Bali, dimana ditempat ini dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya menjadi ‘tempat pulang’ bagi burung migran yang daya jelajahnya cukup luas tersebut. Kokokan merupakan burung yang telah mengalami kelangkaan, beberapa spesies famili burung ini sudah termasuk ke dalam daftar satwa liar yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990, tertuang dalam PP No.7 tahun 1999. Ada bulan-bulan dimana kawanan burung ini melakukan pengembaraan, namun akan kembali ke Desa Petulu pada bulan-bulan berbiaknya, membuatkan sarang, bertelur, dan membersarkan anaknya hingga sanggup terbang.
Habitat burung tersebut dijumpai di Desa Petulu (tepatnya Banjar Petulu Gunung), Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar yang berjarak sekitar 5 Kilometer dari pusat kota Ubud. Belum diketahui faktor yang menjadikan kawanan burung Kokokan ini akhirnya memilih sekumpulan Pohon di desa petulu ini sebagai tempat bersarangnya. Padahal Desa Petulu ini merupakan kawasan yang cukup padat penduduk. Luas wilayah Desa Petulu adalah 384 Ha dengan Penduduk yang bermukim sebanyak 4.352 jiwa (Profil Pembangunan Desa Petulu Tahun 2003), jadi kepadatan penduduknya rata-rata 450 org/Km2. Unsur-unsur penyusun habitat di desa petulu terdiri dari pepohonan sebagai tempat tinggal (bersarang), juga areal persawahan untuk pencarian pakan anak-anak burung kokokan, sesuatu yang sebenarnya juga banyak ditemukan di wilayah propinsi Bali yang lain.
Oleh karena kekhasannya tersebut yaitu kondisi ekosistemnya yang didominasi oleh spesies burung Kokokan, maka habitat di Desa Petulu merupakan kawasan esensial yang harus dipertahankan untuk pelestarian satwa burung tersebut. Kawasan esensial adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun diperairan diluar kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai pelestarian spesies tertentu serta ekosistemnya yang juga sebagai wilayah penyangga kehidupan.
Struktur populasi dan habitat
Jumlah total individu dalam populasi Burung Kokokan yang ada di Desa Petulu saat ini mencapai 20.944 ekor (hasil pendataan tahun 2008), angka ini didekati dari jumlah sarang yang ditemukan pada saat pengamatan yaitu 5.236 buah. Burung Kokokan dalam sebuah literatur disebutkan mempunyai telur 4-5 butir, dengan pengamatan secara umum bahwa burung yang menetas dan dapat bertahan hidup rata-rata 2 ekor, maka diperolehlah angka jumlah individu dalam populasi tersebut. Sarang tersebut ditemukan pada 224 batang pohon dan tanaman yang berada di kiri-kanan jalan Desa sepanjang ± 2 km, beberapa di antaranya berada di pekarangan rumah warga. Jenis pohon yang menjadi tempat bersarang tersebut antara lain Bunut (Ficus indica), Cempaka (Mitchelia tjampaka), Kamboja (Plumeria sp.), Nangka (Arthocarpus integra), dll.
Populasi burung kokokan tersebut terdiri dari 6 Spesies yaitu : 1) Kuntul Kerbau (Bulbucus ibis), 2) Kuntul Karang (Egretta sacra), 3) Kuntul Perak (Egretta intermedia), 4) Kuntul Putih Besar (Egretta alba), 5) Kuntul Perak kecil (Egretta garzetta), dan 6) Blekok Sawah (Ardeola speciosa). Kondisi aktual menunjukkan Jenis Kuntul Kerbau mendominasi populasi. Dominasi ini terjadi pada hampir semua pohon tempat bersarangnya. Semua jenis yang disebutkan di atas, kecuali jenis terakhir yang disebutkan, merupakan jenis-jenis yang telah masuk dalam jenis satwa yang dilindungi undang-undang.
Struktur populasi burung Kokokan mengalami pergeseran dari waktu ke waktu sejak awal kedatangannya di Desa Petulu. Pada tahun 2004 ditemukan 3.117 buah sarang, dengan perkiraan populasi mencapai 12.468 ekor, dari angka ini (disandingkan dengan data tahun 2008) dapat diperkirakan pertumbuhan populasi Kokokan di Desa Petulu mencapai 2.119 ekor/tahun. Tidak hanya dari segi kuantita, komposisi penyusun populasi ini pun mengalami pergeseran. Jenis yang disebutkan terakhir di atas merupakan jenis pendatang baru, yang pada pendataan pada tahun 2004 spesies ini belum ditemukan. Selain itu, hasil inventarisasi tahun 2004 juga memberikan informasi bahwa populasi tidak mutlak didominasi oleh jenis Kuntul Kerbau, namun oleh jenis Kuntul Karang disusul Kuntul Kerbau.

Kearifan Masyarakat Desa Petulu
Populasi di burung Kokokan di desa Petulu yang saat ini telah mencapai angka ribuan ini ada sejak tahun 1965. Jumlah yang ratusan bahkan saat ini ribuan tentunya memberikan dampak adanya bau amis dari kotoran burung tersebut. Namun Masyarakat Desa Petulu tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang mengganggu. Bahkan ketika burung-burung Kokokan tersebut mulai memasuki pekarangan rumah mereka dan membuat sarang di atas pepohonanannya. Masyarakat telah merelakannya ditempati oleh burung tersebut sebagai sarang dari tahun ketahun. Sebagai hasilnya populasi burung Kokokan ini terus meningkat, bahkan dalam hal keragaman penyusunnya. Masyarakat Desa Petulu pun telah kuat mempercayai bahwa burung Kokokan yang ada di sekitar mereka ini akan membawa berkah di berbagai sumber kehidupan. Burung Kokokan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan keseharian mereka.
Pada awal kedatangan kawanan burung Kokokan ini di tahun 1965 masyarakat dikagetkan oleh suara gaduh burung dalam jumlah banyak, suasana menjadi mencekam. Kedatangan satwa tersebut oleh para pemuka desa setelah dimohonkan petunjuk kepada Yang Maha Kuasa perlu dipelihara. Bertolak dari petunjuk tersebutlah masyarakat sepakat untuk tidak mengganggu kehidupan Kokokan bahkan dibuatkan bangunan suci tempat pemujaan kepada sang pencipta, disalah satu sudut Pura Desa setempat. Pemuka masyakat setempat bersama-sama masyarakat juga telah menghijaukan lahan pelaba pura dengan tanaman yang disukai burung kuntul dengan maksud agar pada saatnya nanti burung Kokokan memperluas lokasi sarang dan meningkatkan daya tampung untuk satwa tersebut.
Namun kekhasan karakteristik burung kokokan di Desa Petulu dalam memilih ruang tinggalnya, yaitu hanya di pepohonan dan tanaman di kanan-kiri jalan serta dekat dengan rumah penduduk menjadikan upaya penghijauan tersebut belum memberikan manfaat bagi kehidupan Kokokan. Kepadatan oleh burung Kokokan pada pohon-pohon tempat bersarang semakin tinggi. Kondisi di lapangan telah menunjukkan bahwa kepadatan tersebut telah memberikan dampak negatif bagi kehidupan satwa. Banyak ditemukan bayi-bayi kokokan yang umumnya belum mampu terbang terjatuh dari pohon dan tidak dapat kembali ke sarangnya. Sebagian besar diantaranya pada akhirnya mati, disebabkan asupan makanan yang tidak diperolehnya, maupun karena terlindas kendaraan yang melintas di jalan. Masyarakat sering membantu menyelamatkan anak burung yang jatuh dari sarangnya agar selamat namun hal ini bersifat sederhana sehingga hasilnyapun belum maksimal.
Selain itu, peran serta masyarakat Desa Petulu dalam kegiatan –kegiatan pembinaan habitat yang dilaksanakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali, dalam hal ini Seksi Konservasi Wilayah II, juga cukup besar. Hal ini tidak lepas dari kepemimpinan pemuka adat banjar Petulu Gunung, yang karena hal ini pulalah salah satu tokoh masyrakat Desa Petulu tersebut mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden RI.
Tergambar dari uraian di atas bahwa kepedulian dan rasa memiliki akan keberadaan amanah berupa populasi burung Kokokan pada masyarakat desa petulu ini cukup besar. Hal tersebut adalah salah satu kunci untuk tercapainya tujuan konservasi.

Inisiatif Pembinaan
Famili Kokokan adalah burung air (water bird) yang merupakan burung migran, namun eksistensinya di Desa petulu ini harus diperhatikan untuk pencapaian tujuan pelestarian spesies satwa dilindungi undang-undang ini. Memperhatikan pergerseran struktur habitat yang telah terjadi selama selang waktu ini, sangatlah mungkin populasi burung dalam habitat ini akan terus berkembang, dan mencapai kompleksitas yang tinggi dari segi kuantita maupun komposisi penyusunnya. Kearifan masyarakat Desa Petulu dalam menempatkan burung Kokokan sebagai bagian tak terpisah dari kehidupannya merupakan modal untuk terpenuhinya status perlindungan bagi satwa tersebut. Kepedulian masyarakat ini perlu dikelola dengan kegiatan pembinaan habitat yang merupakan domain pelaksana teknis konservasi, dalam hal ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Kondisi habitat yang terjaga tetap kondusif untuk bersarang dan berkembang biak adalah tujuan yang harus dicapai.
Hal yang saat ini menjadi perhatian adalah kepadatan populasi dalam menempati tempat bersarangnya yang telah menunjukkan dampak negatif yaitu pada kehidupan anak burung Kokokan. Disamping pengkayaan pohon untuk meningkatkan daya tampung, kegiatan penyelamatan juga harus diusahakan. Upaya masyarakat untuk menyelamatkan anak burung dengan cara sederhana perlu ditingkatkan ke arah penyelamatan yang berstandar lebih tinggi, untuk keberhasilan yang lebih besar tentunya. Salah satu yang diharapkan dapat direalisasikan adalah untuk melengkapi sarana dan prasarana penyelamatan anak burung yang berupa klinik satwa sederhana, yang pada taraf permulaan tentunya perlu dibina dengan kerjasama bersama lembaga Konservasi yang menangani satwa jenis burung. Harapan muncul pula bahwa dengan adanya fasilitas ini daya tarik wisata Desa Petulu dapat ditingkatkan lebih khusus pada wisata yang bernilai edukasi tentang konservasi. Klinik sederhana ini di kemudian waktu dapat dikembangkan sebagai pusat studi untuk merumuskan tindakan pembinaan habitat dari waktu ke waktu. Untuk tujuan ini pelengkap lain juga diperlukan misalnya dengan dibangunnya menara pengawas.
Berbicara tentang daya tarik wisata, sementara ini Desa Petulu hanyalah berupa pemukiman yang cukup padat penduduknya. Keunikannya yang merupakan daya tarik wisata berupa eksistensi burung Kokokan ini belum cukup dikelola dan terpublikasikan hingga menarik wisatawan, jika ditimbang letaknya yang sangat dekat dengan salah satu pusat hilir mudiknya wisatawan asing di Bali yaitu Ubud. Jika daya tarik wisata ini dapat ditingkatkan, adalah sebuah keniscayaan kesejahteraan masyarakat Desa Petulu akan meningkat. Peningkatan kesejahteraan ini akan menjadi buah manis kepedulian mereka terhadap burung Kokokan yang hidup di dekat mereka
kunjungi kami di http://www.ksda-bali.go.id
Kalau kategori ini masuk pada kategori Kelestarian alam Indonesia, silahkan di posting
terima kasih untuk PLH Indonesia
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Kearifan Lokal Pelestarian Burung di Indonesia Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad