Monday, May 27, 2013

Hari Bumi 2013 di Kepulauan Selayar

Dalam rangka Hari Bumi tanggal 22 April 2013 lalu, saya bersama beberapa teman dari Jalan-Jalan Seru Makassar bergabung bersama teman-teman di Selayar untuk melaksanakan beberapa kegiatan, sekaligus melakukan penjelajahan di beberapa destinasi di sekitar kota Benteng ibukota kabupaten kepulauan selayar. Perjalanan kami terlaksana berkat bantuan dari beberapa sponsor, antara lain @Browcyl_MKS @MksWedding999 @KawaliAdvTours @RiaMirandaMKSR @le_jameela @patrick_icc @donatmamaci @MksPromo @tempegila_mks @MksrJeansHouse @BengkelKaos dan @sushibizkid. Inilah beberapa kegiatan Hari Bumi di Selayar:


Bersih-bersih pantai di Plaza Marina
Hari pertama
Bertempat di Plaza Pantai Marina, yang merupakan jantung kota Benteng, berdampingan denga alun-alun kota, dilaksanakan “Bersih-bersih Pantai” yang melibatkan beberapa SKPD di lingkup pemerintahan kabupaten kepulauan Selayar serta beberapa instansi swasta, komunitas dan juga anggota TNI/POLRI. Kegiatan Bersih Pantai dilaksanakan dari pukul 06.30 sampai pukul 09.00 kemudian dilanjutkan dengan penanda tanganan petisi “JAGA DAN LESTARIKAN WISATA ALAM DAN BAWAH LAUT SELAYAR” oleh Bapak wakil Bupati Selayar, Kapolres Selayar, Wakapolres Selayar dan beberapa tokoh masyarakat Selayar.

Bapak Wakil Bupati Selayar ikut menanda tangani petisi
Setelah Bersih Pantai, kegiatan kami lanjutkan di dusun Tulang desa Barugaia kecamatan Bontosunggu. Di dusun Tulang ini teman-teman yang tergabung dalam Sileya Scuba Divers (SSD) Selayar sedang merintis proyek percontohan “Kampung Penyu”, karena pantai dusun Tulang merupakan salah satu pantai favorit bagi penyu untuk bertelur di musim bertelur di bulan April sampai Juli. Warga di dusun Tulang menjadikan kegiatan mencari telur penyu sebagai mata pencaharian sampingan saat musim bertelur penyu. Ada pun usaha dari teman-teman SSD Selayar adalah merangkul warga dusun Tulang untuk sama-sama menetaskan telur penyu sekaligus merawatnya sebelum nantinya di rilis ke laut lepas, melestarikan keberadaan penyu, menyadarkan warga agar tidak lagi menangkap, menjual atau mengkomsumsi penyu. Dari proyek “Kampung Penyu” tersebut diharapakan akan menjadi contoh untuk warga-warga di kampung lain yang masih menjadikan penyu sebagai jualan. Di dusun Tulang, kami menanam beberapa pohon cemara laut, dimana untuk mendapatkan 1 pohon cemara laut kami harus mendonasikan beberapa uang yang nantinya akan digunakan untuk operasional warga yang menjaga proses penetasan telur penyu. Setelah menanam pohon cemara laut, selanjutnya kami diberi kesempatan untuk ikut menanam 100 butir telur penyu di dalam demplot, sesuai perkiraan bahwa telur tersebut akan menetas selama 60 hari atau pada tanggal 9 Juni 2013.
Bersama warga “Kampung Penyu” dusun Tulang dan SSD Selayar
Perjalanan kami lanjutkan untuk mengeskplore beberapa potensi wisata Selayar, ditemani oleh bapak Sharben, beliau adalah salah satu putra asli Selayar yang tau banyak tentang seluk beluk daerah ini. Dimulai dengan mengunjungi bekas istana Putabangun yaitu kerajaan pertama di Selayar, di bekas istana ini juga ada makam dari Rilajudie’ Tanridie (anak kedua Sawerigading, adik dari Lagaligo) serta makam suaminya Lalaki Sigayya. Makam Rilajudie” Tanridie persis berdampingan dengan makam Lalaki Sigayya, meski makam Lalaki Sigayya terlihat lebih panjang dari makam Rilajudie” Tanridie, panjang makamnya sekitar 3 meter sampai 3,5 meter. Makam ini terletak di dusun Bonto-Bonto, sekitar 7 KM arah timur dari kota Benteng dengan kondisi jalan yang 80% trekking. Setelah berziarah di makam tersebut perjalanan kami lanjutkan menuju kampung Huluk, di sini terdapat sebuah bangunan mencolok yang tampak berbeda dengan bangunan-bangunan lain di kampung Huluk. Tepat di sebuah puncak bukit berdiri kokoh sebuah villa milik sang “manajer satu miliyar” yang juga mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara bapak Tanri Abeng, di kampung Huluk inilah beliau di lahirkan. Villa keluarga beliau tampak kurang terawat, beberapa lembar atap seng berjatuhan, mungkin akibat tiupan angin dari musim barat dan musim timur. Dari villa tersebut kita bisa menyaksikan bentangan laut Flores di sebelah barat dan pantai timur Selayar serta laut Banda di timur. Dari villa ini kita bisa menyaksikan sunrise dan sunset hanya dari satu tempat tanpa harus beranjak ke tempat lain. Sayang, saat kami dating cuaca sedang tidak bersahabat, dari pesisir timur tampak awan hitam yang terus menebal dan mendekati villa, sampai akhirnya semua pemandangan indah tertutup oleh kabut dan angin kencang.
Makam Rilajudie’ Tanridie dan suaminya Lalaki Sigayya
Kami menghabiskan sekitar 3 jam di villa, setelah tidur siang sambil menikmati sejuknya hawa kampungk Huluk kami pun bergegas kembali ke kota untuk menyaksikan sunset di pantai palaza Marina.
Di halaman villa Bapak Tanri Abeng di kampung Huluk
Hari kedua
Berkunjung ke Selayar rasanya tak lengkap bila tidak mencicipi nasi santan. Yaa itulah “ritual wajib” yang diajarkan oleh Om Sharben saat pagi di Selayar. Salah satu tempat yang pas untuk menikmati nasi santan adalah di kawasan pusat pertokoan jalan Soekarno Hatta, sebuah warung tenda kecil yang konon hanya buka sampai pukul 9 pagi, kenapa? Karena laris manis. Selain karena harganya yang terjangkau, lauk ikan yang disajikan beraneka ragam serta yang paling maknyus adalah sambel belimbing khas Selayar.
Pukul 10 pagi, petualangan hari kedua kami mulai, tujuan kami adalah snorkeling di Leang Kareta. Untuk menuju ke Leang Kareta sebenarnya bisa lewat pantai Plaza Marina, tapi agar lebih cepat dan lebih murah maka kami diarahkan untuk menyeberang lewat kampung Padang di selatan kota Benteng. Di dermaga Padang kami bertemu dengan salah seorang penyedia jasa “ojek perahu” bernama Daeng Silolo atau biasa dipanggil DenSi. Setelah tawar menawar harga kami pun memulai pelayaran dengan perahu kecil milik Densi. Sekitar 30 menit perjalanan, kami pun tiba di pantai Leang Kareta, pantai yang eksotik, dengan tebing batu kokoh seakan membentengi pantai yang hanya membentang sekitar 100 meter. Pantainya yang landai serta pasirnya yang halus dan putih, ditambah airnya yang jernih membuat pantai Leang Kareta semakin eksotik. Saat musim barat atau di penghujung musim barat seperti ini, pantai Leang Kareta sedikit tercemari oleh sampah-sampah yang dibawa oleh gelombang dari laut Flores.
Pantai Leang Kareta
Sekitar 500 meter dari bibir pantai Leang Kareta terdapat spot untuk snorkeling, visibility-nya yang bagus, karang-karangnya yang masih terjaga serta ratusan spesies ikan yang hilir mudik tanpa ragu di sekitar kita. Spot ini sangat cocok bagi diver pemula, kedalamannya bisa “request” ke Densi, mau yang 3 meter? 5 meter? Densi dengan senang hati menunjukkan spotnya.
Pantai Leang Kareta dan Leang Tarrusu
Puas ber-snorkling di Leang Kareta, Densi membawa kami menuju ke pantai Leang Tarrusu, yang unik dari pantai ini adalah adanya sebuah lubang besar (dalam bahasa Selayar disebut Tarrusu) yang menembus dinding batu tepat diatas air, saat senja tiba sangat tepat mengambil view sunset melalui lubang tersebut. Tak jauh dari pantai Leang Tarrusu juga ada spot snorkeling yang dangkal, kedalamannya tak lebih dari 3 meter, namun koleksi ikan dan karangnya tak kalah dengan dengan spot Leang kareta.
Matahari mulai condong ke barat, penjelajahan kami di Leang Kareta dan Leang Tarrusu harus kami akhiri, Densi pun mengarahkan perahu kecilnya menuju ke timur ke kampung Padang.
Malam hari, kegiatan kami lanjutkan di Kafe Tempat Biasa, kafe tempat berkumpulnya teman-teman SSD Selayar, kebetulan hari itu merayakan ulang tahunnya yang kedua. Suasana penuh keakraban terasa di kafe ini. Semua terasa seperti keluarga meski kami baru berkenalanan di tempat tersebut. Pukul 10 malam, kemeriahan pesta kecil di Kafe Tempat Biasa terpaksa kami tinggalkan. Kami menuju ke dusun Tulang untuk menunggu kesempatan melihat sang penyu bertelur di pantai, ini adalah kesempatan yang sangat mahal bagi kami, seumur hidup saya belum pernah menyaksikan secara langsung penyu bertelur.
Tapi apa boleh buat, kami harus menelan kekecewaan, setelah menunggu sekian lama sang penyu tak kunjung naik ke pantai untuk bertelur. Dengan penuh kecewa perjalanan kami lanjutkan ke dermaga fery Pamatata untuk menunggu penyeberangan ke Bira jam 8 pagi.
Sungguh pengalaman yang sangat berharga bisa merayakan Hari Bumi dengan kegiatan-kegiatan positif bersama sahabat-sahabat di Selayar. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh sponsor yang sudah membantu Ekpedisi Hari Bumi Selayar, terima kasih kepada @Browcyl_MKS @MksWedding999 @KawaliAdvTours @RiaMirandaMKSR @le_jameela @patrick_icc @donatmamaci @MksPromo @tempegila_mks @MksrJeansHouse @BengkelKaos dan @sushibizkid

 Author: @rerealfareezy   
trim's plh Indonesia
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Hari Bumi 2013 di Kepulauan Selayar Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad