Sunday, August 18, 2013

Lukisan Purba di Tengah Hutan Batu

To PLH Indonesia
Kamu pernah melihat gambar telapak tangan di dinding goa dalam sebuah buku pelajaran sejarah?! Ternyata goa tersebut berada di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Goa yang kini menjadi salah satu tujuan wisata populer ini terletak tidak jauh dari Air Terjun Bantimurung. Jadi, jika kamu berencana ke Bantimurung, sempatkanlah untuk mengunjungi goa purba ini.

Leang-Leang sendiri merupakan bagian dari gugusan Karst Maros. Hutan batu yang luasnya mencapai 4.500 hektar (menurut wikipedia). Dengan luas tersebut, menjadikan salah satu wilayah karst di Indonesia ini menjadi yang terluas kedua di dunia, setelah South China Karst. Tidak salah memang karena di sepanjang perjalanan menuju Goa Leang-Leang, selain hamparan sawah yang sedang menguning, sering saya jumpai batuan karst besar berwarna hitam teronggok di tengah sawah. Bukan hanya satu atau dua saja, tapi banyaaaakkk... Sungguh pemandangan yang lain daripada yang lain. Perpaduan antara sawah luas yang sedang menguning, birunya langit dan bebatuan karst membuat jalan poros ini begitu unik.

Dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit berkendara dari jalan besar menuju Goa Leang-Leang ini. Setibanya disana, kamu cukup membayar tiket masuk seharga IDR 10 ribu / orang. Murah kan ya?! Itupun sudah termasuk guide dari penduduk lokal, yang siap mengantar kita masuk ke dalam goa untuk melihat lukisan purba itu. Hanya pengunjung yang berkeliling bersama guide saja yang bisa masuk ke goa. Karena di pintu masuk goa terdapat pagar yang terkunci, dengan tujuan menjauhkan lukisan dari tangan-tangan usil.

Berdasarkan informasi dari guide lokal, Leang-Leang sendiri berarti “goa” dalam bahasa Bugis. Disini terdapat beberapa goa yang konon dulunya menjadi tempat tinggal manusia purba. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan peninggalan jaman dulu, seperti perlengkapan makan, peralatan rumah tangga dan lainnya di sekitar goa. Pemandangan yang saya temui juga indah. Hamparan rerumputan hijau, sungai yang mengalir dan lagi-lagi batuan karst yang beberapa mempunyai bentuk unit teronggok dengan gagahnya.

Goa pertama yang saya kunjungi adalah Leang Pettakere. Untuk menuju ke goa ini, kita harus tracking sekitar 15 menit. Menyeberangi lapangan rumput, jembatan yang di bawahnya dialiri aliran sungai dan memanjat tebing. Tapi tenang saja, hanya di beberapa bagian dan tidak begitu curam kok. Bahkan pemerintah setempat sudah membuatkan tangga besi untuk memudahkan pengunjung yang penasaran akan lukisan telapak tangan itu. Konon, daerah ini merupakan tepian lautan, oleh karena itu batuan karst yang hitam itu dulunya adalah batuan karang di pinggir pantai. Dan kamu tahu?! Sekarang jarak laut terdekat adalah sejauh 15 km dari lokasi dimana saya berdiri saat itu.

Nama Leang Pettakere sendiri juga mempunyai arti. “Leang” berarti goa, “petta” berarti bangsawan dan “kere” berarti kepala yang dipenggal! Widih, berbau horor yak?! Memang... Bapak guide bercerita kepada saya bahwa dulunya ada seorang bangsawan yang menyimpan harta kekayaannya di sekitar goa ini. Dengan alasan kerahasiaan agar hartanya tidak diketahui orang, maka setiap budak yang membawa harta si bangsawan kesini, dipenggal setelahnya. Wuzz... Menghilangkan nyawa berapa orang untuk sekedar menghilangkan jejak ya?!

Nah, setelah berada di dalam goa, kita dapat melihat lukisan berpuluh telapak tangan berwarna merah dan satu lukisan babi yang tertusuk di bagian jantungnya. Warna merah sendiri (lagi-lagi) kata si guide berasal dari semacam tanah liat. Jadi mereka menyemburkan larutan tanah liat ke telapak tangan yang ditempelkan di dinding. Dan walaaa, jadilah lukisan seperti yang saya lihat! Namun ada yang janggal, tidak semua telapak tangan itu berjari 5! Beberapa hanya terlihat memiliki jari 4! Ternyata, hal itu disebabkan oleh tradisi jaman dulu. Jadi, ketika itu, setiap ada anggota keluarga terdekat mereka yang meninggal, mereka memotong satu ruas jari mereka sebagai tanda berduka. Gilaaaakkk!! Untungnya saya hidup di jaman modern ini yak, hehehe...

Puas mengamati lukisan itu, saya diajak untuk mengunjungi goa yang lain. Jalan lagi sekitar 10 menit. Di goa kedua ini, selain masih ada lukisan telapak tangan dan babi, juga terdapat kerang yang telah menjadi batu. Di dasar goa juga banyak dijumpai cangkang kerang. Inilah yang membuktikan bahwa goa ini dulunya dijadikan tempat tinggal dan kerang-kerang itu adalah sisa makanan mereka. Kok tahu?! Jadi kalau diamati, semua kerang yang ada di situ, ujung bagian belakangnya telah tumpul. Tanda bahwa manusia jaman dulu memakan kerang tersebut. Katanya si guide lagi sih, hehehe...


Setelah beberapa menit di goa kedua, di akhir perjalanan kita diajak mengunjungi museum mini yang ada di sana. Ada apa saja?! Tidak banyak benda koleksi yang ada. Hanya beberapa foto beserta keterangan, benda-benda purba seperti perhiasan dari batu, peralatan rumah tangga dan sejenisnya.

Jadi, jika kamu datang ke Makassar dengan pesawat terbang, sempatkanlah untuk berkunjung ke daerah ini. Kamu bakal menemukan landscape yang begitu indah, yang jarang dijumpai di daerah lain. 
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Lukisan Purba di Tengah Hutan Batu Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad