Wednesday, September 4, 2013

Menyaksikan Sisa Kejayaan Majapahit di Trowulan

Waktu jalan-jalan ke Jawa Timur akhir tahun lalu, saya sempat mengunjungi situs arkeologi Trowulan di Kabupaten Mojokerto. Di Trowulan ini terdapat banyak situs bersejarah peninggalan kerajaan Majapahit. Kebanyakan berupa candi-candi kuno. Saya sempat mampir di dua candi: Candi Brahu & Gapura Wringin Lawang. Berikut liputannya.
Candi Brahu
Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Trowulan. Lokasinya 700 meter dari jalan raya Mojokerto-Jombang. Kalau anda dari arah Jombang, beloklah ke kiri di perempatan setelah SMPN 2 trowulan.
Candi brahu berukuran 22,5 x 18 meter, dengan tinggi mencapai 20 meter. Dari penelahaan struktur dan artefak, ditarik kesimpulan bahwa candi brahu merupakan candi agama budha. Nah, berbeda dari umumnya candi-candi kuno yang dibangun dari batu andesit, candi brahu (dan candi-candi lain di trowulan) dibangun dari bata merah. Agak disayangkan, karena menghilangkan kesan kuno dan purba. Apalagi candi dari bata merah begini tak memiliki relief-relief cerita di badan candi.
Tapi meski begitu, umur candi brahu sudah lumayan tua loh. Diperkirakan dibangun pada abad 15 Masehi. Sebagian pakar sejarah malah menduga candi brahu berusia jauh lebih tua. Sebab prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 939 masehi, sudah menyebut-nyebut candi brahu yang fungsinya sebagai tempat pembakaran(krematorium) jenazah raja-raja Brawijaya.
Terdapat sebuah pintu atau lubang di tengah-tengah badan candi brahu. Tapi jangan harap bisa mencapai pintu tersebut, karena naik ke badan candi saja kita sudah dilarang. Mungkin agar kita nggak kejatuhan batuan candi yang memang tampak rapuh. Candi brahu pernah dipugar antara tahun 1990 sampai 1995.
Gapura Wringin Lawang
Dari candi brahu, saya lanjut ke Gapura Wringin Lawang. Sisa kerajaan majapahit yang satu ini terletak di Dukuh Wringinlawang, Desa Jati Pasar, Trowulan. Sekitar 3 km dari candi brahu.
Bentuk wringin lawang persis gapura candi bentar pura-pura di bali. Hanya, wringin lawang berukuran lebih besar, dan tentu saja berumur lebih tua. Belum diketahui pasti kapan wringin lawang dibangun, tapi diperkirakan pada abad ke-14 masehi. Sebagaimana candi brahu, gapura wringin lawang dibuat dari bata merah. Berukuran 13 x 11 meter dengan tinggi 15,5 meter.
Mengenai fungsi wringin lawang, ada beragam pendapat mengemuka. Salah satunya mengatakan wringin lawang berfungsi sebagai pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada. Yup, ksatria yang mengikrarkan sumpah palapa itu. Tapi kebanyakan sejarawan beranggapan gapura ini adalah pintu masuk menuju komplek bangunan penting di ibu kota Majapahit, tanpa bisa memastikan secara spesifik bangunan apa itu.
Saat ini lokasi wringin lawang dikepung oleh sawah dan ladang di tiga sisi; utara, timur dan selatan. Waktu mampir ke sini, saya ‘dihibur’ oleh pemandangan petani membajak ladangnya dengan sapi. Sungguh pemandangan langka. Secara hari gini rata-rata petani udah mbajak pake quick. *eh
Selain candi brahu dan wringin lawang sebenarnya masih buanyak lagi situs bersejarah di trowulan yang bisa kita explore. Beberapa yang menarik di antaranya candi tikus, candi bajang ratu, dan kolam segaran.
Karena kekayaan situs arkeologinya, sejak 2009 pemerintah telah mengajukan agar Trowulan dijadikan Situs Warisan Dunia UNESCO. Semoga segera terwujud deh. Amien. http://jalankemanagitu.wordpress.com



  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Menyaksikan Sisa Kejayaan Majapahit di Trowulan Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad