8.00 Hektar Hutan Mangrove Rusak Parah |
Hutan bakau atau mangrove yang selama ini berfungsi untuk menahan abrasi pantai kondisinya banyak yang sudah rusak parah. Luas hutan bakau yang mengalami kerusakan mencapai 8.00 hektar.
" Kerusakannya mencapai 8.00 hektar, baik akibat reklamasi pantai maupun karena ulah manusia," kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Kota Batam, Ir Dendi Purnomo, Minggu (14/6).
Untuk merehabilitasi hutan bakau yang sudah terlanjur rusak tersebut, Dendi bersama sejumlah perusahaan dan komunitas pencinta lingkungan hidup melakukan rehabilitasi hutan mangrove pada Sabtu (13/6) lalu.
Rehabilitasi yang mereka lakukan adalah dengan menanam kembali 6.000 batang pohon bakau di kawasan pesisir Tanjung Piayu, Sei Beduk. Dipilihnya pesisir Tanjungpiayu untuk rehabiltasi mangrove karena kawasan ini dianggap yang terparah kerusakannya.
" Penanaman pohon mangrove ini akan kita lakukan selama tiga hari dan bekerjasama dengan Bright PLN Batam, PT Infinion, Panbil dan RS Awal Bros," kata Dendi.
Dendi juga menyebutkan, pada periode 1970 saat kawasan Batam akan dikembangkan menjadi kawasan industri dan perdagangan hutan mangrove masih tinggal 24 persen dari total luas wilayah.
Namun, seiring perkembangan zaman dan terus dilakukannya pembangunan, termasuk di pinggir-pinggir daratan, maka hutan mangrove makin habis dan kini hanya tersisa 4,2 persen saja.
" Menurut perhitungan, seharusnya luas mangrove minimal 6,1 persen. Namun nyatanya tinggal 4,2 persen saja, sehingga harus benar-benar dijaga agar tidak terus ditebang dengan alasan pembangunan," kata dia.
Dendi juga mengajak perusahaan, masyarakat dan semua elemen yang ada di Batam untuk turut menjaga kelestarian hutan mangrove yang manfaatnya sangat besar bagi kehidupan.
"Di Batam juga masih banyak masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Jumlahnya sekitar 6 persen dari populasi yang ada. Sehingga kelestarian mangrove juga membantu mereka agar tetap bisa mendapatkan hasil saat melaut," kata Dendi.
Pantauan Haluan Kepri di lokasi rehabiltasi terlihat para aktivis pencinta lingkungan menahan pohon bakau saat air laut mulai pasang, sehingga membuat mereka terendam air laut. Kondisi itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk kembali menghijaukan pantai dari terjangan ombak.