Wednesday, November 4, 2015

Mendaki Gunung Singgalang

Gunung Singgalang
Mendaki gunung singgalang adalah pengalaman pertama saya mendaki gunung. Dulu sih pernah mendaki kawah gunung bromo dari pura luhur poten, tapi itu lebih tepat disebut jalan-jalan daripada mendaki gunung. Pernah juga mendaki gunung bintan tiga tahun lalu. Sayangnya gunung bintan terlalu pendek untuk disebut gunung. Gak sampai 500 meter. Aku malu..

Nah gunung singgalang di Sumatra Barat ini beneran gunung. Tingginya 2877 meter dari permukaan laut. Wujudnya pun stratovolcano sempurna, meski sekarang sudah tidak aktif lagi.

Googling-googling: sudah banyak yang mendaki gunung ini. Saya baca, rata-rata pendakian memakan waktu di atas 6 jam. Tapi Pak Herry, bos kantor yang pernah mendaki gunung ini 19 tahun lalu, bilang cuma butuh 4-6 jam untuk mencapai puncak. Saya mengangguk-angguk. Rencana pun kami(saya, pak herry & chandra) susun sejak di batam: mendaki malam hari, sampai di puncak saat sunrise, dan langsung turun lagi pagi itu juga.

Maka, pada suatu malam minggu pertengahan september lalu, sekitar pukul 21.00 WIB, kami bertiga memulai pendakian. Titik awal pendakian adalah dari sebuah sebuah rumah warga di ketinggian 1500an meter. Harusnya menurut info di google, titik awal pendakian bisa dari ketinggian 1600an meter, di sekitar tower-tower pemancar tv. Namun karena jalan ke sana rusak dan tak bisa dilewati mobil, jadilah kami berjalan kaki selama satu jam untuk mencapai tower itu.

Di tower kami istirahat, makan malam dan baring-baring sebentar menanti waktu yang pas untuk mulai mendaki. Kata pak herry, kalau sampai di puncak terlalu cepat, kami beresiko kedinginan di sana. Saya dan chandra manut.

Jam 23.00 teng, di malam minggu yang gerimis itu, kami pun mulai mendaki gunung singgalang. Jalur pendakiannya kecil. Pintu masuknya nyaris tak terlihat saat malam, terletak menyempil di antara tumbuhan pimpiang, persis di sebelah pos warna jingga. Kami sampai bolak-balik mencari pintu masuk pendakian itu, persis Siti Hajar bolak-balik mencari sumber air buat Ismail.

Pendakian dimulai. Vegetasi di awal pendakian berupa hutan pimpiang. Pimpiang adalah sejenis rumput-rumputan besar. Bentuknya antara tanaman tebu dan bambu. Karena batangnya tidak besar, pimpiang tumbuh melengkung. Dan kami terus merunduk-runduk selama melewati hutan pimpiang, melewati lengkungan-lengkungannya. Di bagian tertentu bahkan sampai harus ngesot ala abdi dalem keraton, saking rendahnya lengkungan. Selama di sini waspadailah batang pimpiang yang banyak melintang di depan mata. Bahaya kalau sampai keculek.

Selepas hutan pimpiang, kami memasuki kawasan hutan tropis. Tidak ada kendala berarti di sini. Kami mendaki dengan woles. Ketika capek, kami berhenti. Begitu nafas kembali teratur, lanjut mendaki lagi. Capek? Berhenti lagi.

Begituu terus sampai tiba-tiba waktu sudah menjelang subuh. Sudah mau enam jam mendaki tapi kok belum sampai puncak? Jangankan puncak, sampai di cadas juga belum! Maka kami pun mulai mendaki dengan terbirit-birit terburu-buru. Akhirnya.. Ketika langit sudah terang, tepatnya pukul 05.45, kami mencapai cadas.. :’)

Gunung Singgalang
Di cadas, saya mendaki dengan penuh semangat. Seolah energi te-recharge kembali. Selain karena sumber air puncak su dekat, pendakian pun jadi tak berasa karena bisa sambil menikmati pemandangan yang saaaangat indah.

Jadi gini.
Ketika saya membalikkan badan, gunung merapi langsung terpampang nyata di hadapan saya. Tubuh bongsor merapi menghalangi keindahan matahari terbit pagi itu. Tapi gapapa, sunrise bukan satu-satunya hal yang bisa dinikmati di gunung bukan?

Sementara itu, jauh di bawah, saya bisa melihat kota bukittinggi dan kota padang panjang. Sebagian wilayahnya tertutup awan putih. Hening. Tenang. Bukittinggi berada di utara, padang panjang di selatan. Bersama merapi dan singgalang, keempatnya seolah menjaga empat arah mata angin.

Nun agak jauh di selatan, danau singkarak juga tampak. Danau terluas kedua di pulau sumatra setelah danau toba itu rupanya bisa terlihat begitu kecil dari ketinggian 2700 meter. Indaaah bukan buatan. :’)

Saya terus mendaki, melewati hutan berlumut yang eksotis. Akhirnya, saat waktu tepat menunjukkan pukul 07.00 pagi, saya sampai di Telaga Dewi. Telaga ini berada di puncak singgalang, dan di sinilah pendakian gunung singgalang saya berakhir.

Lega bro, bisa sampai puncak dengan selamat tanpa kekurangan suatu apa pun kecuali kekurangan uang. Dan total waktu untuk sampai ke puncak singgalang adalah delapan jam pendakian. Catet.

Di telaga dewi kami sarapan nasi dengan lauk rendang yang membeku. Setelah itu foto-foto. Kemudian foto-foto. Dan foto-foto lagi. Setelah itu barulah kami turun gunung dengan kecepatan cahaya, lantaran kepala cabang sudah menunggu di bawah. Hahaha. Hari itu juga kami mau menghadiri akad nikah seorang rekan kantor di kota pariaman. Selesai.

Dan di kesempatan yang mulia ini izinkanlah saya membagi beberapa tips untuk anda yang akan mendaki gunung singgalang dengan style yang sama dengan kami.

1. Kenakanlah sepatu dan celana panjang tebal agar terhindar dari gigitan pacet/lintah. Di gunung singgalang banyaaaaak sekali lintah. Jangan mau donor darah gratis di sini tanpa mendapat goodie bag atau kacang ijo/telor rebus. eh.

2. Bawalah jas hujan atau jaket parasut anti air, jaga-jaga kalau hujan saat mendaki.

3. Bila mendaki malam, bawalah senter/headlamp dengan baterai yang kuat dan tahan lama. Bawa juga plastik bening atau apapun yang bisa melindung senter/headlamp dari hujan.

4. Jangan meninggalkan sampah non organik apapun ya selama di gunung. Plastik, botol, kaleng, atau apapun yang tak bisa diurai alam. Please bawa turun lagi, minimal sampai ke tower. Kalau bukan kita yang menjaga alam kita, siapa lagi? Sepotong sampah, kalau 1000 orang yang buang, jadi 1000 potong. Dan kalau ngeliat sudah banyak sampah di gunung ini, jangan ikut-ikutan. Mereka yang buang sembarangan itu adalah domba-domba tersesat.
salam kenal dari kami, kunjungi website kami di sini
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Mendaki Gunung Singgalang Rating: 5 Reviewed By: http://awalinfo.blogspot.com/