Monday, December 14, 2015

Festival Erau, Pesta Rakyat Nusantara Tertua

Suguhan tari-tarian tradisional Kutai 
Perhelatan gempita berusia lebih dari 100 tahun. Acara ini dikenal sebagai Festival Erau. Festival ini merupakan salah satu festival budaya tertua di nusantara, yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Rasanya tak akan lengkap jika Turismania menjelajahi Kabupaten Kutai Kertanegara, tanpa mengikuti festival ini. Dulu, Festival Erau dilangsungkan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong, yaitu setiap tanggal 29 September. Namun sejak tahun 2010, perayaan festival ini dimajukan menjadi Bulan Juli, untuk disesuaikan dengan musim liburan, sehingga lebih banyak wisatawan yang datang. Awalnya perayaan festival ini berlangsung selama 40 hari 40 malam, tetapi kini hanya dirayakan selama seminggu saja.

Istilah “erau” berasal dari kata “eroh”, yang dalam bahasa Melayu Kutai Tenggarong bermakna keramaian pesta, atau secara umum dapat dimaknai sebagai pesta rakyat. Menurut cerita secara turun temurun, Festival Erau bermula sejak abad ke-12 Masehi, ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia belia. Sebagai tanda bahwa si anak tadi diperbolehkan bermain-main keluar rumah, maka diadakan upacara "tijak tanah" dan "mendi ke tepian". Seluruh masyarakat negeri pun bergembira, karena kelak anak kecil itu akan menjadi Raja Kutai Kartanegara selanjutnya. Sejak saat itulah ritual tersebut selalu digelar saat upacara pengukuhan raja-raja baru.

Pada sore hari, halaman depan Kedaton Kasultanan Kutai Kartanegara ramai dikunjungi warga yang menantikan Upacara Beluluh. Tujuan upacara ini agar Sultan bersih dari unsur-unsur jahat. Prosesi ini dilakukan oleh Dewa dan Belian. Para Dewa merupakan perempuan-perempuan berbusana serba kuning, sementara para Belian merupakan lelaki dengan hiasan membentuk segitiga di kepalanya, hiasan rambut hingga sepinggang, dan bertelanjang dada. Mereka meluluhkan unsur jahat dengan menggunakan buluh bambu. 

Pada malam harinya, para Belian dan Dewa menari bergantian mengelilingi rumbai-rumbai daun kelapa kering, yang digantung pada sebuah bangunan kayu tak berdinding di halaman Kedaton. Upacara ini akan dilaksanakan selama tiga malam berturut-turut, untuk memohon dan meminta izin kepada roh leluhur, agar selama pelaksanaan Erau masyarakat  mendapatkan berkah dan selamat.

Masih di saat yang bersamaan, dilaksanakan pula Upacara Bapelas. Di depan pintu masuk ruangan utama kedaton, telah duduk berjajar para perempuan sebagai Pangkon. Masing-masing membawa tanaman dapur, seperti: melati, jahe, kunyit, kencur, jahe, lengkuas, dan sereh. Umumnya mereka masih ada hubungan darah dengan Sultan.

Beragam tarian-tarian pun dipentaskan oleh keluarga besar kasultanan, dan para perwakilan dari berbagai negara. Selain itu, para Dewa dan Belian pun melakukan tarian sakral. Mereka menari agar Sultan selalu diberi kekuatan dalam memimpin. Mantra-mantra pun dibacakan ke seisi ruangan utama kedaton.

Puncak upacara ditandai dengan luncuran kembang api aneka warna di halaman kedaton. Lalu para Dewa dan Belian menuruni tangga keluar menuju ke Sungai Mahakam mengambil air suci.

Selain rangkaian upacara adat, sebenarnya ada pula rangkaian acara lainnya yang sangat menarik, seperti kirab budaya, berbagai perlombaan, dan suguhan aneka kuliner.  Menarik bukan? Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak datang kan, Turismania?
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Festival Erau, Pesta Rakyat Nusantara Tertua Rating: 5 Reviewed By: http://awalinfo.blogspot.com/