Patung replika pejuang asal Jeneponto, Makkasau di perbatasan Kota Jeneponto, di Kelurahan Balang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Rabu (17/2/2016). |
Patung berwarna tembaga mengepalkan tangan ke atas, berdiri di atas bukit Paceko, seakan menyambut setiap pengunjung Kota Jeneponto.
Patung yang di kelilingi kebun jagung itu akan tampak di perbatasan Kota Jeneponto dari arah Kota Makassar.
Patung itu adalah replika pejuang asal Jeneponto, Makkasau yang juga dikenal dengan julukan Gerilya Anti Pelor Turatea (Gaptur).
Julukan Gaptur tersebut melekat pada diri Makkasau setelah dia berhasil lolos dari kejaran kolonial Belanda di waktu itu.
Nama Makkasau dikenal masyarakat Sulsel, khususnya masyarakat Jeneponto sebagai tokoh pejuang kemerdekaan.
Tak banyak yang mengetahui sepak terjang Makkasau di masa penjajahan kolonial Belanda dan mengapa patungnya diletakkan di batas kota.
Berdasarkan petunjuk warga Kelurahan Balang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Rabu (17/2/2016). Muh Haris Tanggu (77) dikenal di daerahnya sebagai salah satu saksi perjuangan pamannya itu. Ia pun bercerita banyak tentang sosok Makkasau di zaman penjajahan.
"Dulu itu dia (Makkasau) pernah melempari granat rombongan kendaraan penjajah KNIL Belanda yang melintas di jalan itu (Batas Kota Jeneponto sekarang), namun granat itu tidak meledak karena beliau tak tahu cara menggunakannya,” jelas Haris Rabu
Makkasau yang dilihat oleh penjajah dikejar hingga ke atas bukit Paceko, namun di berhasil lolos.
“Makkasau berhasil lolos dengan menyentuh salah satu pohon dan menghilang," jelas Haris dengan wajah serius.
Ia menyebut Makkasau dikenal dapat menghilang dan kebal terhadap peluru.
“Makkasau meninggal dalam penyergapan gerombolan saat sedang lepas dinas, peluru menembus tubuhnya karena tidak mengenakan jimat yang ada pada seragam kebesarannya,” papar Haris.
Inilah sekelumit cerita singkat di balik Patung Makkasau yang menyambut Anda ketika memasuki kota Jeneponto di Kecamatan Binamu, sekitar 50 meter setelah memasuki batas kota Jeneponto.(*)