Tidak
bisa dipungkiri bahwa film 5 cm telah menyedot perhatian banyak
kalangan. Bukan karena cerita cinta yang disuguhkan melainkan kegiatan
mendaki gunungnya, yakni mendaki puncak gunung semeru yang merupakan
tertinggi di pulau Jawa. 3676 mdpl. Bagi masyarakat awam, film ini telah
memberikan sedikit informasi tentang bagaimana mendaki gunung. Tak
sedikit dari mereka yang kemudian berencana untuk mendaki gunung.
Mendaki gunung tidaklah semudah
membalikan telapak tangan. Butuh ilmu dan ketahanan fisik serta mental
yang kuat. Tidak dilakukan secara sembarangan. Bagi para pendaki gunung
(penggiat alam terbuka), menaiki sebuah gunung adalah kegiatan yang
menantang dan menyalurkan hobi. Namun bagi segilintir orang, mendaki
gunung merupakan sebuah kegiatan atau pekerjaan yang sia-sia dan
membuang-buang waktu, adapula yang memaknai nya untuk mencari pasangan
atau jodoh (semoga saya tidak termasuk :p). Lantas apa jadi nya jika
mendaki gunung untuk sekedar hanya sekedar “gaya-gayaan”, apa jadi nya
jika mendaki gunung untuk berbuat “centil” kepada lawan jenis? Lalu apa
dan bagaimana esensi dan filosofi mendaki gunung?
Ada sebuah kutipan yang sangat menarik dari Lord Robert Boden Powell
yang dikenal sebagai Bapak Pandu Dunia. “Suatu negara tak akan
kehabisan pemimpin jika di dalamnya masih terdapat anak muda yang penuh
keberanian mendaki gunung tinggi dan menjelajah lautan”.
Dalam
kutipan ini dapat kita lihat bahwa mendaki gunung perlu sebuah
keberanian dan nyali yang besar. Ketika melihat bentangan jurang, hujan
badai, maupun cuaca buruk, maka mental lah yang bermain. Semakin banyak
diterpa, maka semakin kuatlah mental dan keberanian yang terbentuk.
Logikanya orang yang sering mendaki gunung maka keberaniannya telah
teruji dan semakin kuat.
Keberanian dibutuhkan dalam kehidupan
nyata. Apalagi di jaman yang serba modern ini. jika kita tidak berani
menghadapi tantangan maka tergilaslah kita olehnya. Menurut kebanyakan
orang ” orang yang sukses adalah orang yang bermental kuat dan berani
melawan rintangan”. Hal ini berarti keberanian mutlak dimiliki oleh
seorang yang ingin menaklukan dunia (namun akhirat tetap yang paling
utama).
Efek yang tak kalah hebat dari mendaki
gunung adalah melatih jiwa kepemimpinan. Repotnya mendaki gunung bisa
menjadi sarana belajar untuk melatih diri dalam memanage kondisi dalam
perjalanan. Maka polanya linear. Semakin terlatih maka semakin matang
kita dalam memimpin. Soe Hok Gie,
adalah salah satu contoh manusia yang memiliki jiwa kepemimpinan yang
hebat. Semua ide dan gagasannya sangat membangun dan mempengaruhi
pemikiran-pemikiran kritis. Bagaimana ia terbentuk seperti itu?
Jawabannya ada pada hobinya mendaki gunung. Alam telah membuat
pemikiran-pemikirannya mengalir dengan deras. Alam telah membuatnya
memiliki keberanian yang luar biasa untuk melawan tirani-tirani.
Maka dapat disimpulkan bahwa mendaki
gunung adalah pekerjaan jati diri. Pekerjaan yang tak mendapatkan untuk
secara ekonomi, namun mendapatkan keuntungan secara rohani dan jasmani.
Imbasnya adalah kita dibentuk secara total jika kita benar-benar
mencintai alam. Dan menjadi manusia yang memiliki kekuatan yang luar
biasa.
Salam Lestari,
Tetap mencintai bumi,
trim's plh Indonesia