Salam dari kami, PLH INDONESIA, Trim's ya
Sobat-sobat semua, INI BERITA KAMI
Sobat-sobat semua, INI BERITA KAMI
Mendaki gunung merupakan olah
raga juga minat aktivitas di alam bebas bahkan liar. Sobat, kita menyadari
kalau gunung adalah bukan habitat manusia karena berbagai satwa liar dan flora
beraneka ragam telah berkembang biak di sini sebelum kita mendakinya. Mendaki
gunung tidak sekedar melangkahkan kaki naik sampai puncak dan turun kembali.
Sobat, boleh dikata mendaki gunung adalah olah raga seperti olag raga yang
lainnya, saat kita menjadi pemain untuk berlomba dan bertanding banyak penonton
mendukung meneriaki kita dengan suara keras bahkan dengan berbagai alat tabuh.
Namun beda dengan olah raga mendaki gunung, di sini kita di tonton di teriaki
di soraki oleh pepohonan liar, binatang buas, udara dingin, jalan menanjak
bahkan hujan dan badai. Tidak bisa di tawar kalau mendaki gunung adalah
aktivitas yang berat karena membutuhkan fisik dan mental yang tinggi. Ada juga
yang beranggapan kalau mendaki gunung hanyalah sebuah kegiatan rekreasi biasa
hingga tak pelak lagi banyak terjadi kecelakaan di gunung hingga meninggal dunia
karena menganggap remeh persiapan fisik dan mental juga perbekalan yang
seharusnya untuk ber-survive di abaikan.
Beradaptasi di gunung tidak
seperti kita mendapat pelayanan seperti biasanya, bahkan media di alam bebas
jauh lebih mendidik mental dan jiwa untuk bisa mandiri dan tidak menggantungkan
terhadap orang lain, karena harus ada penyadaran kalau beraktivitas di alam
bebas semuanya pasti mengandung resiko karena kita beriteraksi langsung dengan
alam yang sudah barang tentu kita pasti menghadapi perubahan dari kondisi hidup
normal ke kondisi tidak normal. Sobat, coba kita ingat saat kita berada di
lingkungan kita sehari hari bahkan di rumah. Kita mau mandi, sarapan pagi,
tidur dengan selimut hangat, kebutuhan itu sudah disediakan oleh orang tua kita
dan yang berkeluarga disediakan oleh istri atau suami tercinta. Namun di alam
bebas siapa yang menyediakan fasilitas itu semua kalau bukan diri kita sendiri.
Mendaki gunung adalah
berpetualangan di alam bebas sebagai wujud jiwa, mental, fikiran yang di awali
dengan perasaan tanda tanya oleh hasil perjalanan pendakian dan berakhir dengan
rasa syukur karena sukses dalam pendakian tersebut. Perasaan yang timbul adalah
rasa was was dan takut akan bahaya yang di hadapi fisik dan psiologis, tetapi
sobat tidak adanya rasa takut itu, berarti tidak di katakana tantangan karena
berpetualangan berani menghadai tantangan. Dan keberhasilan menghadapi
tantangan di butuhkan ketahanan fisik, mental serta psiologis yang stabil,
namun semua itu juga memerlukan keterampilan khusus. Sobat, selain itu juga
membutuhkan biaya, yang di mana biaya juga berperan penting dalam mementukan
kelangsungan perjalanan pendakian. Tanpa biaya yang mencukupi pendakian akan
terhambat bahkan bisa gagal, nah… hal ini sobat manajemen perjalanan yang tidak
lepas dari uang sudah tentu menilik dari isi dompet kantong kita, namun hal ini
hanya tercermin mewah dan tidaknya perjalanan kita, mulai dari bentuk
transpotasi sampai fasilitas dalam pendakiannya. Sobat kalau semuanya sudah
terencana dengan matang dan segala sesuatunya yang benar benar kita butuhkan
sudah terkemas rapi maka kita berpetualangan akan mendapatkan hal hal yang
baru.
Berolah raga dengan mendaki
gunung seperti berwisata yang tidak semua orang bisa menikmatinya karena di
sini kita disuguhi pemandangan panorama alam yang asli. Selain itu ada bebrapa
manfaat yang berupa non materai (profit) yang kadang tidak kita sadari :
Mendidik fisik dan mental lebih
positif. Karena berjalan di gunung membutuhkan tenaga yang tidak sedikit dengan
jalan menanjak bahkan menyusuri tebing tebing curam dan berakibat fisik menjadi
lemah maka mental akan menurun. Dengan keadaan seperti ini kita di hadapkan
oleh pembelajaran fisik atau jasmani agar sehat dan power untuk cepat tanggap
dalam bereaksi. Mempertahankan mental walau dalam keadaan menurun karena di
sini kita berhadapan dengan alam sejauh mana kemandirian kita mempertahankan
hidup di alam bebas hingga terwujud jiwa patriotisme dan profesinal. Kemudian
dapat mengaplikasikan kepada hidup ini bahwasannya ada susah, senang, berhasil
bahkan tersandung dan jatuh.
Mewujudkan solidaritas bersama
team. Pada umumnya mendaki gunung dengan melibatkan beberapa teman dan di sini
sobat di tuntut untuk bisa saling berkerja sama dengan kompak. Dengan adanya
kerja sama team yang kompak bisa meminimalis kejadian yang berbahaya
(kecelakaan) sesama anggota team.
Mencetak jati diri yang tangguh.
Intelligence (kecerdasan) akan terbentuk karena kegiatan di alam bebas
membutuhkan pengetahuan dan ketreampilan tertentu, dengan ini sobat akan
terlatih dengan teori teori yang secara lansung praktek dengan tidak setengah
hati. Dalam pendakian karakter asli pribadi sobat akan terlihat jelas mana yang
manja, pemalas, ceroboh, mementingkan diri sendiri, yang mandiri, tangguh dan
lembut. Semua karakter asli sobat akan terlihat dengan sendirinya karena di
gunung kita di hadapkan dengan tekan yang besar dan jelas nyata jauh dari
peradaban tidak ada sang penolong selain diri kita sendiri dan teman sesama
team. Untuk itulah dalam pendakian sobat di tuntut untuk kerja sama team yang
tangguh agar sukses dalam pendakian bersama.
Aspek Exact (dengan seksama). Dalam setiap
langkah pendakian sebelumnya di perhitungkan jadwal dan pembagian waktu, karena
sobat harus benar benar bisa memperhitungkan waktu lamanya pendakian setelah
kita membaca dan mempelajari dari peta bentuk kontur gunung yang berupa lembah,
sungai, tebing curam dan puncak. Perhitungan waktu ini akan menyesuaikan
kebutuhan logistic Dalam pengambilan keputusan yang tepat seperti saat cuaca
tidak menentu atau bersurvival yang di mana sobat atau team dalam keadaan
kritis karena tidak mendapatkan
fasilitas yang semestinya. Nah, sobat di tuntut mengambil keputusan yang
tentunya cerdas, seksama dan tepat untuk mempertahankan hidup dan mengukur
kemampuan diri. Usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan
ini akan membentuk karakter dewasa dan pengenalan diri baik berupa kelemahan
ataupun kewaspadaan pada diri kita untuk memecahkan masalah.
Mensyukuri keagungan Tuhan.
Segala yang ada di alam ini Tuhanmenciptakan untuk kepentingan hambaNYA. Berada
di puncak gunung terlihat hamparan pemandangan yang luas dan indah bisa
mendorong kita untuk menjaga dan melestarikan ala mini untuk generasi mendatang.
Mensyukuri kebesaran Tuhan mendidik kita untuk tidak sombong dan intropeksi
diri, maka dengan sendirinya kita akan bisa menjaga kebersihan gunung dengan
membawa kembali sampah yang kita bawa turun. Meskipun prilaku ini kelihatan
kecil namun upaya untuk menjaga dan melestarikan alam supaya tetap lestari.
Berpetualangan di gunung hutan
lebat, gua, jurang terjal, tebing tebing tinggi, deras arus air tidak semuanya
berpengaruh (memberi pengaruh) terhadap karakter dan pribadi sesorang. Namun
menghadapi rintangan yang penuh resiko besar dan kecil di alam bebas akan
mencetak orang menjadi mandiri, tabah dan tidak mudah putus asa. Sobat, nah…
kebutuhn akan pengalaman baru dengan sendirinya akan kita dapat dan tentunya
dengan pengalaman bisa menjadikan kita untuk bisa lebih berprestasi dan menjadi
manusia yang produktif, bersikap mental positif serta dalam bertindak selalu di
awali dengan niat baik. Di gunung,rimba yang buas dengan segala tantangan
mengajari kita untuk berusaha menghargai kehidupan. Karena tidak ada kehidupan
di dunia yang hakiki dan yang pasti berbuatlah “HIDUP ITU HARUS LEBIH DARI
SEKEDARNYA”
Sobat sobat alam, mendaki gunung
dan berkegiatan di alam bebas ternyata ada manfaat yang tidak bisa di nilai
dengan uang, namun sobat… dengan berkegiatan di alam bebas tentunya sobat telah
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, masihkah ada sobat yang beranggapan
bahwa kegiatan mendaki gunung dan di alam bebas hanya bermanfaat sebatas
kegiatan olah raga saja. Dan sudahkan sepadan pengeluaran dengan manfaat yang
selama ini sobat lakukan berpetualangan di alam bebas.
“ Tidak ada kesuksesan tanpa
jerih payah, bahkan harus dengan keringat, air mata dan darah” dan “ Hidup
adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya tanpa kita menawar {terima
dan hadapilah}