Bisakah kita membayangkan jika Indonesia tanpa hutan? Wah membayangkannya saja takutnya minta ampun, apalagi jika betul-betul terjadi, mudah-mudahan tidak akan terjadi amin ya robbal alamin. Kerusakan hutan dapat berdampak buruk bagi seluruh kehidupan, tidak hanya bagi kita Indonesia, namun dampaknya dapat menyebar ke seluruh dunia.
Akibat alih fungsi hutan seperti pembalakan liar, pembukaan perkebunan, pemukiman, dan kegiatan deforestasi lainnya membuat luas hutan Indonesia terus berkurang secara drastis dari waktu ke waktu. Tidak ada angka yang pasti tentang data kerusakan hutan di Indonesia, yang pasti luas hutan Indonesia semaking berkurang dari hari ke hari, konon katanya dalam satu jam terjadi kerusakan hutan seluas enam kali luas lapangan bola di Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi hutan dalam kehidupan, mau tak mau semua orang di muka bumi tanpa terkecuali harus berpikir keras dan melakukan action nyata bagaimana supaya hutan kita tetap hijau dan lestari. Prinsip utama yang harus benar-benar disadari oleh kita manusia adalah hutan tidak butuh kita manusia, tetapi kita manusia lah yang butuh hutan.
Fungsi Hutan,
Hutan Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia. Bersama hutan Amazon di Brazil Amerika, hutan Indonesia adalah pusat pengendali iklim global. Hutan bagaikan paru-paru dalam tubuh manusia. Seperti kita ketahui paru-paru merupakan organ penting di dalam tubuh, di mana ketika terjadi disfungsi organ dapat menyebabkan kejadian fatal yang dapat berujung pada kematian. Salah satu fungsi hutan paling vital ialah memproduksi oksigen (O2). Hutan (dalam hal ini adalah pohon) menyerap karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) untuk berfotosintesis dengan bantuan cahaya matahari yang pada akhirnya akan menghasilkan oksigen (O2) dan gula (C6H12O6). Karena proses inilah hutan dianologikan sebagai paru-paru dunia. Sama seperti paru-paru, hutan menjadi tempat di mana terjadi sirkulasi pergantian karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2).
Semua mahkluk hidup di dunia ini tanpa terkecuali butuh oksigen untuk bertahan hidup. Manusia butuh oksigen untuk tetap hidup, tumbuhan dapat tumbuh dengan baik jika di dalam tanah ada kandungan oksigen yang cukup, ikan dapat berkembang biak ketika di dalam air ada oksigen yang baik pula. Jadi bisa dibayangkan betapa pentingya peran “mesin” penghasil oksigen terbesar di dunia ini kan?. Tidak ada pohon-tidak ada hutan, tidak ada hutan-tidak ada oksigen, tidak ada oksigen-tidak ada kehidupan, tidak ada hutan-tidak baik.
Fungsi hutan yang tidak kalah pentingnya adalah mencegah terjadinya erosi pada tanah dan mencegah terjadinya banjir. Pohon-pohon besar yang membentuk hutan dengan akarnya yang kuat akan mengikat air. Pada lahan miring seperti lereng gunung atau kaki gunung, hutan juga dapat mencegah erosi. Erosi pada tanah dapat memicu terjadinya tanah longsor. Bagaimana proses tanah longsor terjadi? hujan yang turun akan menggerus tanah dan sebagian akan berinfiltrasi ke dalam tanah. Ketika tanah sudah jenuh dengan air, maka tanah di bawah permukaan akan menjadi tidak stabil dan sewaktu-waktu dapat terjadi land sliding pada daerah tersebut yang dapat menyebabkan terjadi bencana longsor. Di sinilah fungsi hutan, hutan akan menyerap air sehingga tanah akan tetap stabil. Hutan juga berfungsi untuk mencegah banjir. Hutan-hutan yang berada di hulu atau di puncak suatu daerah akan membentuk “bendungan raksasa” yang akan menahan air. Ketika terjadi hujan maka air yang jatuh tidak langsung mengalir ke bawah melainkan air akan “diikat” terlebih dahulu oleh akar pohon sehingga musibah banjir dapat dihindari.
Masih banyak fungsi-fungsi hutan lainya seperti sebagai habitat bagi hewan dan tumbuhan, tempat bagi cadangan air, tempat wisata, hasil hutan dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi, dan sebagainya. Pemanfaatan hutan harus dikontrol dan ditata secara baik dan bijak. Jangan sampai pemanfaatan fungsi salah satu hutan dapat menghilangkan fungsi hutan lainnya.
Sebuah dilema,
Dewasa ini banyak terjadi alih fungsi hutan. Hutan tidak lagi berfungsi sebagai mana mestinya. Banyak hutan di kaki-kaki gunung atau pun bukit berubah menjadi kebun sayuran, tempat berdirinya vila-vila mewah dan sebagainya. Dalam kasus alih fungsi hutan menjadi kebun sayuran, ironisnya, kebanyakan pengelola kebun sayur di kaki-kaki gunung ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan itu sendiri. Bagaikan memakan buah simalakama, hal ini menjadi sebuah dilema, tidak bisa menunjuk siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Biasanya orang-orang ini adalah petani kecil yang hanya menggantungkan hidupnya dalam bertani, tidak ada skill lain selain bertani untuk melanjutkan hidup. Kalau sudah begini, apa mau dikata. Di sini perlu dicarikan solusi bijak yang win-win solution supaya hutan tetap terjaga dan berfungsi sebagai mana mestinya, dan lebih penting lagi masyarakat sekitar hutan dapat bertahan hidup dengan layak.
Belajar dari Hutan Pinus Batu Kuda,
Beberapa waktu lalu saya mengunjungi sebuah hutan pinus . Siapa sangka ada tempat secantik ini di bawah kaki Gunung Manglayang Kab Bandung, Batu Kuda namanya. Di sana terdapat hamparan hutan pinus yang luas nan indah yang tertata dengan rapi yang membentuk suatu lukisan alam yang menakjubkan. Ngomong-ngomong soal pinus, katanya berdasarkan suatu penelitian di Jepang, ada fakta bahwa ketika seseorang berjalan-jalan di hutan pinus selama 15 menit per hari dapat menghilangkan stress beban pikiran yang dialaminya. Jelas saja gimana stress nggak hilang, wong udaranya super sejuk begitu hehehehe.
Balik lagi ke Batu Kuda, menurut sejarahnya, sebelum dikelola dengan baik seperti sekarang ini, di tempat ini juga terjadi pengambilan kayu secara berlebihan oleh masyarakat sekitar. Pengambilan kayu secara berlebihan mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan sekitar. Suatu ketika terjadi banjir bandang yang menyebabkan kaki gunung Manglayang tergenang banjir.
Musibah banjir menyadarkan masyarakat bahwa pengambilan kayu secara berlebihan dapat merugikan dirinya sendiri. Akhirnya tempat ini dikelola oleh Perhutani dan dibantu masyarakat sekitar untuk bersama-sama menjaga hutan Batu Kuda agar tetap hijau dan lestari.
Sekarang tempat ini dikelola dengan baik dan dijadikan tempat wisata alam walaupun belum begitu terkenal namanya. Hutan di sini kembali hijau dan lestari. Masyarakat sekitar hutan tidak lagi diperbolehkan untuk menebang hutan, hanya boleh mengambil rumput untuk pakan ternak di dalam hutan.
Dengan dijadikannya Batu Kuda sebagai tempat wisata, roda ekonomi pun berputar di wilayah ini. Masyarakat berjualan makanan dan minuman untuk para wisatawan yang berkunjung ke sini. Kondisi ini sangat ideal, masyarakat tidak lagi menebang hutan, namun mendapatkan manfaat lain dari pengelolaan hutan. Dengan demikian hutan tetap akan hijau dan tetap lestari.
Menanam Pohon Sejak Usia Dini,
Ketika saya mengunjungi Batu Kuda. Terus terang saya banyak “belajar” dari tempat ini. Ketika itu di sana banyak anak-anak SD Sekolah Alam yang lagi bermain dan belajar di tempat ini. Adik-adik ini kelihatannya sangat senang bermain dan belajar di alam terbuka seperti ini. Ada yang bernyanyi, berlari-lari, dan berteriak sekuat tenaga seolah-olah tidak punya beban sama sekali, semuanya larut dalam keceriaan.
Kata Pak Gurunya, sebelum anak-anak diberikan materi belajar, anak-anak dibiarkan terlebih dahulu bermain di alam terbuka. Metode belajar seperti ini membuat anak-anak lebih betah belajar dan lebih cepat menangkap materi yang diberikan. Malahan katanya ada anak-anak yang nggak mau pulang karena keasyikan di tempat ini walaupun waktu belajar telah habis.
Materi belajarnya pun tidak jauh-jauh dari kegiatan mencintai alam seperti menanam pohon, merawat pohon, peduli lingkungan , dan sebagainya. Ada juga materi yang mengajarkan dan melatih kerjasama serta kekompakan sesama anak satu sama lain.
Metode mengenalkan dan mencintai alam sedari dini oleh sekolah alam merupakan salah satu langkah yang sangat baik dalam rangka konservasi hutan. Semakin dini usia seseorang maka akan semakin mudah pula untuk didoktrinisasi, tentunya dengan memberikan materi-materi yang baik. Bagaikan “hard-disk” kosong pada komputer yang belum terinfeksi virus tentunya maka program akan running secara cepat, pastinya akan sangat mudah mengajari anak-anak untuk mencintai alam dari usia dini.
Mengajari anak-anak sedari usia dini untuk menanam pohon berarti juga menjaga hutan untuk tetap hijau. Menjaga hutan tetap hijau berarti juga menjaga kehidupan di bumi tetap lestari. Semua orang tanpa terkecuali wajib melestarikan hutan. Yuk lestarikan hutan yuk.
Lestari hutanku, lestari alamku, salam hijau!!!!