Dari Kegelapan Gua Ada Kehidupan Penting. Demikian diungkapkan Yayuk R Suhardjono, pakar Biospeleologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) dalam pemaparan keanekaragaman fauna
gua di Institut Pertanian Bogor Dramaga, Ciampea, Bogor 18 September 2013.
Namun, di Indonesia bidang biospeleologi baru mengeksplorasi fauna. Potensi mikroba ( jasad renik ) sama sekali belum tersentuh.
Keunikan ekosistem gua, yang berbeda dari ekosistem lainnya yang di atas tanah, membuat beragam fauna yang ditemukan di dalamnya pun sangat menarik. Selain unik secara morfologi, biodiversitas gua juga penting dikaji karena informasi mengenainya belum cukup banyak.
Tapi, fauna gua amat rentan perubahan lingkungan. Sebagian besar fauna gua berukuran kecil bahkan mikro sehingga mudah terinjak. Padahal, perannya bisa jadi besar.
Fauna gua sensitif akan cahaya dan kebisingan. Pengambilan spesimen juga riskan, karena invertebrata gua memiliki tingkat endemisme tinggi dan populasi kecil dalam suatu sistem gua. Pemadatan tanah mengurangi aerasi dan kemampuan organisme gua untuk menembus lapisan tanah, pendangkalan kolam gua, dan meningkatkan kekeruhan dan suspensi partikel.
Biota itu bernilai tinggi sebagai indikator hayati keadaan lingkungan. Sebetulnya manfaat itu besar sekali. Kalau ditambang, nilainya hanya saat sekarang, tapi 100 tahun dari sekarang? Tidak mungkin. Sementara kehidupan ini berkelanjutan.
Perhatikan Langkah
Bila mau masuk gua beramai - ramai untuk observasi pemetaan biota gua, jalanlah pelan - pelan, perhatikan tiap genangan. Yang kelihatannya tenang, bisa mengandung banyak spesies. Itu kita harus telaten.
Maka dalam urusan wisata gua, perlu pengelola memahami beberapa hal terkait daya dukung gua, seperti harus tahu berapa kapasitas ( caring capacity ) guanya dan menjaga keutuhan habitat. Apabila gua sudah di modifikasi bagi peneliti Biologi tidak masuk hitungan, karena sebagian besar biota sudah hilang.
Menurut Arzyana Sunkar, pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB mengatakan, untuk wisata gua yang benar, buatlah aturan mainnya agar wisata kawasan bentang alam karst tetap sejalan dengan perlindungan sumber daya.
Hindari menciptakan perubahan sirkulasi udara di dalam gua; hindari merusak struktur ornamen gua dan formasi gua; pencahayaan sebaiknya memiliki spektrum emisi paling minimal ( sekitar 440 - 650 nm ) sehingga tidak dapat terserap oleh klorofil untuk menghindari pertumbuhan lampenflora ( lumut, alga, pakis ); kunjungan ke gua yang belum dikelola harus ditemani pemandu; dan monitoring kondisi mikroklimat gua perlu dilakukan
Namun, di Indonesia bidang biospeleologi baru mengeksplorasi fauna. Potensi mikroba ( jasad renik ) sama sekali belum tersentuh.
Keunikan ekosistem gua, yang berbeda dari ekosistem lainnya yang di atas tanah, membuat beragam fauna yang ditemukan di dalamnya pun sangat menarik. Selain unik secara morfologi, biodiversitas gua juga penting dikaji karena informasi mengenainya belum cukup banyak.
Tapi, fauna gua amat rentan perubahan lingkungan. Sebagian besar fauna gua berukuran kecil bahkan mikro sehingga mudah terinjak. Padahal, perannya bisa jadi besar.
Fauna gua sensitif akan cahaya dan kebisingan. Pengambilan spesimen juga riskan, karena invertebrata gua memiliki tingkat endemisme tinggi dan populasi kecil dalam suatu sistem gua. Pemadatan tanah mengurangi aerasi dan kemampuan organisme gua untuk menembus lapisan tanah, pendangkalan kolam gua, dan meningkatkan kekeruhan dan suspensi partikel.
Biota itu bernilai tinggi sebagai indikator hayati keadaan lingkungan. Sebetulnya manfaat itu besar sekali. Kalau ditambang, nilainya hanya saat sekarang, tapi 100 tahun dari sekarang? Tidak mungkin. Sementara kehidupan ini berkelanjutan.
Perhatikan Langkah
Bila mau masuk gua beramai - ramai untuk observasi pemetaan biota gua, jalanlah pelan - pelan, perhatikan tiap genangan. Yang kelihatannya tenang, bisa mengandung banyak spesies. Itu kita harus telaten.
Maka dalam urusan wisata gua, perlu pengelola memahami beberapa hal terkait daya dukung gua, seperti harus tahu berapa kapasitas ( caring capacity ) guanya dan menjaga keutuhan habitat. Apabila gua sudah di modifikasi bagi peneliti Biologi tidak masuk hitungan, karena sebagian besar biota sudah hilang.
Menurut Arzyana Sunkar, pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB mengatakan, untuk wisata gua yang benar, buatlah aturan mainnya agar wisata kawasan bentang alam karst tetap sejalan dengan perlindungan sumber daya.
Hindari menciptakan perubahan sirkulasi udara di dalam gua; hindari merusak struktur ornamen gua dan formasi gua; pencahayaan sebaiknya memiliki spektrum emisi paling minimal ( sekitar 440 - 650 nm ) sehingga tidak dapat terserap oleh klorofil untuk menghindari pertumbuhan lampenflora ( lumut, alga, pakis ); kunjungan ke gua yang belum dikelola harus ditemani pemandu; dan monitoring kondisi mikroklimat gua perlu dilakukan