Sunday, October 20, 2013

Perjalanan Menggapai Puncak Mahameru

Perjalanan dimulai, track awal pendakian ialah menyusuri jalan aspal di sekitar base camp Ranu Pani dengan perkebunan penduduk di sisinya. Jalan aspal berakhir saat kami menjumpai gerbang selamat datang bagi pendaki gunung Semeru.

The Journey Begin
Rute awal

Mulai dari titik ini perjalanan dilanjutkan dengan melewati jalan setapak, dari jalan utama perjalanan menuju puncak dilanjutkan dengan mengambil jalur yang berbelok ke arah kiri melewati bukit. Setelah beberapa saat berjalan, kami tiba di pos 1 Lendengan Dowo. 

Rute Awal
Pos I Lendengan Dowo
Pis I Lendengan Dowo
Lendengan Dowo

Istirahat sejenak di sini kamipun melanjutkan perjalanan, tak lama kemudian kami sampai di sebuah tempat yang memiliki pemandangan nan indah. Di sini puncak Mahameru terlihat tegar berdiri, beruntung bagi kami karena saat kami sampai di tempat ini puncak Mahameru meletup dan mengeluarkan awan panas yang mengepul di puncaknya, tentu saja kesempatan ini diabadikan melalui foto. Di tempat inipun terlihat pula pos selanjutnya yaitu “Watu Rejeng”.

Watu Rejeng di depan
Atap Pulau Jawa
Meletus Gan
Zoom

Keadaan sudah semakin gelap saat kami melanjutkan perjalanan dikarenakan matahari semakin tenggelam di ufuk barat. Pos selanjutnya ialah Watu Rejeng, sayang dikarenakan sudah gelap maka pemandangan di sini tidak terlihat, padahal jika terang pemandangan di tempat ini ialah berupa tebing. Selain gelap, suhu udara juga menjadi semakin dingin seiring dengan hadirnya sang malam yang semakin dekat terlebih lagi perjalanan kami semakin mendekati “Ranu Kumbolo” yang memang merupakan titik terdingin di gunung Semeru. Dari kejauhan nyala senter dan api unggun pendaki yang mendirikan camp di sekitar Ranu Kumbolo sudah mulai terlihat, pertanda bahwa pos Ranu Kumbolo sudah dekat. Tentu saja kami semakin bersemangat untuk terus melangkahkan kaki supaya segera sampai di Ranu Kumbolo walaupun udara dingin semakin menggigit kulit dan menusuk sampai ke tulang. Saat kami tiba di Ranu Kumbolo terlihat danau tersebut seakan-akan mengeluarkan asap yang sebenarnya itu adalah kabut. Pemandangan sebenarnya sangat indah di sini, walaupun malam cahaya bulan purnama mampu untuk menerangi danau Ranu Kumbolo dengan selimut kabutnya. Sayang dinginnya udara membuat kami tidak bisa menikmatinya, fokus kami ialah segera mendirikan tenda, mengisi perut, dan tidur sekaligus menghangatkan diri dari dinginnya Ranu Kumbolo.

Malam semakin larut, tendapun sudah berdiri lengkap dengan “flysheet”nya. Pada malam itu aku mendapat kenalan teman-teman baru yaitu Yanah, Doni, dan Yasir, mereka semua berasal dari Jakarta. Usai tenda digelar kami segera makan lalu tidur mengisi tenaga untuk perjalanan yang masih panjang di keesokan harinya. Jam 2 pagi aku terbangun dari tidurku, bukan karena rasa kantuk yang sudah terobati, namun karena udara dingin yang semakin menjadi-jadi, ditambah lagi kondisi tenda saat itu basah karena kabut tebal Ranu Kumbolo yang ternyta sampai ke dalam. Rasanya udara dingin benar-benar menusuk hingga ke dalam tulang, benar-benar dingin udara pagi itu sehingga kami harus berdempet-dempetan saat tidur agar tidak kedinginan.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Perjalanan Menggapai Puncak Mahameru Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad