Merapi tetaplah Merapi. Kita harus menghormat karena sejatinya kita bagian dari alam, seperti kodrat Merapi adalah alam. “Kedepan, kita harus hati - hati karena Merapi telah memberi tanda Waspada yang harus kita cermati,”.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ( PVMBG ) merekomendasikan penutupan aktifitas pendakian di Gunung Merapi, menyusul peningkatan status gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu menjadi Waspada level II terhitung Selasa 29 April 2014 pukul 24.00 WIB.
Pendakian hanya dibolehkan untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana erupsi Merapi.
Berdasarkan laporan PVMBG dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) Yogyakarta, selama rentang 20 April 2014 sampai 29 April 2014, telah terjadi 37 kali gempa guguran, 13 gempa multifase, 4 hembusan awan panas.
Juga terjadi 24 gempa tektonik, dan 29 kali gempa berfrekuensi lemah. Selain itu, pemantauan visual dari sejumlah pos pengamatan Gunung Merapi mendengar berulang kali suara dentuman yang menunjukkan peningkatan signifikan aktivitas gunung tersebut.
Surono menjelaskan, pasca erupsi tahun 2010, Gunung Merapi kini berubah secara fisik maupun karakter erupsinya. Untuk itu, masyarakat di sekitar Merapi dan ahli gunung api harus mengubah cara pandang terhadap Merapi dan menyesuaikan diri dengan karakter baru tersebut.
Surono mengatakan, data - data vulkanik tentang Merapi tidak akan sama dengan sebelumnya, seperti data - data menjelang letusan Merapi 2010 dibanding sebelumnya. “Merapi kini tidak bisa diprediksi, kapan dan berapa besar letusannya, hanya sangat bergantung aktivitas terkini,” ujar Surono.
Surono menjelaskan, saat ini sistem Merapi berbeda, termasuk jika dibandingkan dengan Merapi tanpa topi ( sumbat pada kawah berupa kubah lava ). “Kita harus melihat Merapi yang selalu memberi dan tidak pernah meminta kembali, juga selalu menepati janji. Janji Merapi kali ini akan beda dengan janji - janji sebelumnya, ujar dia
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ( PVMBG ) merekomendasikan penutupan aktifitas pendakian di Gunung Merapi, menyusul peningkatan status gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu menjadi Waspada level II terhitung Selasa 29 April 2014 pukul 24.00 WIB.
Pendakian hanya dibolehkan untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana erupsi Merapi.
Berdasarkan laporan PVMBG dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) Yogyakarta, selama rentang 20 April 2014 sampai 29 April 2014, telah terjadi 37 kali gempa guguran, 13 gempa multifase, 4 hembusan awan panas.
Juga terjadi 24 gempa tektonik, dan 29 kali gempa berfrekuensi lemah. Selain itu, pemantauan visual dari sejumlah pos pengamatan Gunung Merapi mendengar berulang kali suara dentuman yang menunjukkan peningkatan signifikan aktivitas gunung tersebut.
Surono menjelaskan, pasca erupsi tahun 2010, Gunung Merapi kini berubah secara fisik maupun karakter erupsinya. Untuk itu, masyarakat di sekitar Merapi dan ahli gunung api harus mengubah cara pandang terhadap Merapi dan menyesuaikan diri dengan karakter baru tersebut.
Surono mengatakan, data - data vulkanik tentang Merapi tidak akan sama dengan sebelumnya, seperti data - data menjelang letusan Merapi 2010 dibanding sebelumnya. “Merapi kini tidak bisa diprediksi, kapan dan berapa besar letusannya, hanya sangat bergantung aktivitas terkini,” ujar Surono.
Surono menjelaskan, saat ini sistem Merapi berbeda, termasuk jika dibandingkan dengan Merapi tanpa topi ( sumbat pada kawah berupa kubah lava ). “Kita harus melihat Merapi yang selalu memberi dan tidak pernah meminta kembali, juga selalu menepati janji. Janji Merapi kali ini akan beda dengan janji - janji sebelumnya, ujar dia