Oleh: Cucum Suminar, S.S., M.Hum |
Setiap bulan April, ada satu hari yang seharusnya dirayakan secara istimewa bagi siapapun yang tinggal di Bumi. Hari tersebut adalah tanggal 22 April, yang sejak tahun 1970 didedikasikan sebagai Hari Bumi (Earth Day) untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi mahluk Bumi terhadap planet yang kita tinggali.
Hari tersebut digagas oleh Gaylord Nelson, seorang senator dari Wisconsin, Amerika Serikat yang juga pengajar lingkungan hidup. Sejak dirayakan pertama kali di Amerika Serikat, Hari Bumi kini menjadi sebuah gerakan global yang mendunia dan dikordinir oleh Earth Day Network’s – sebuah organisasi nirlaba beranggotakan berbagai LSM di seluruh dunia.
Bumi berasal dari Bahasa Sansekerta bhumi yang berarti tanah, sementara earth (Bumi dalam Bahasa Inggris) berasal dari kata Anglo-Saxon erda yang juga memiliki arti tanah. Bumi adalah planet terdekat ketiga dari Matahari dan planet terpadat sekaligus terbesar kelima dari delapan planet Tata Surya.
Berdasarkan Wikipedia, Bumi diperkirakan sudah terbentuk sejak 4,54 milyar tahun lalu. Hal tersebut berdasarkan rasio uranium dalam sampel batuan kuno. Namun, ada ilmuwan Australia yang menyatakan bahwa usia bumi diperkirakan 3,5 milyar tahun, sementara beberapa ada yang berpendapat bumi baru berusia ratusan tahun.
Bumi merupakan salah satu planet layak huni yang mendukung kehidupan. Planet ini tidak hanya menyediakan sumber daya alam seperti air, mineral, logam, batu bara, dan minyak bumi, namun juga memproduksi produk biologi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti oksigen, makanan, kayu, hingga obat-obatan.
Saat ini, Bumi yang diperkirakan memiliki berat 5.972 triliun kg tersebut, merupakan satu-satunya planet yang dapat (dan sudah terbukti) dihuni manusia, tidak tahu beberapa tahun ke depan setelah para ilmuwan dan astronot berhasil meneliti tempat kehidupan lain diluar Bumi. Lalu apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga Bumi sehingga tetap ramah ditinggali mahluk hidup?
Sejak 2007 lalu, digalakan Earth Hour (Jam Bumi), yaitu pemadaman lampu di rumah dan perkantoran selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan serius menghadapi perubahan iklim. Program tersebut dijalankan setiap Sabtu terakhir di bulan Maret. Earth Hour 2014 memberi dampak yang cukup baik, PLN bahkan menurut salah satu koran mampu menghemat anggaran hingga Rp1 miliar karena pemadaman lampu tersebut.
Selain itu, warga dunia juga sudah semakin peduli dengan kebersihan udara di Bumi. Saat ini, hampir setiap kota rutin mengadakan Hari Tanpa Kendaraan Bermotor (car free day) untuk mengurangi emisi karbon/polusi udara akibat pembuangan gas kendaraan bermotor, dan memberikan alternatif ruang terbuka yang dapat digunakan masyarakat untuk berolahraga dan bermain. Kota Batam sendiri rutin mengadakan kegiatan tersebut pada hari Minggu kedua di Jl. Imam Bonjol, Nagoya.
Tak hanya itu, masyarakat juga sudah semakin peduli menjaga dan melestarikan lingkungan dengan menanam pohon secara berkala. Perusahaan-perusahaan besar seperti Antam, Holcim, hingga Pertamina seolah berlomba untuk berkontribusi menghijaukan kota dengan Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon. Perusahaan di Kota Batam juga demikian, ada McDermott, Ecogreen hingga PT. Adhya Tirta Batam (ATB) yang rutin melakukan penanaman pohon.
Meski program-program berkala tersebut baik, akan lebih baik bila kita menjaga Bumi dari kesadaran kita sendiri, bukan karena himbauan pemerintah atau institusi tertentu. Perlu diingat – dan semua orang pasti sudah tahu – kita hanya memiliki satu Bumi. Bila Bumi sudah tidak lagi layak untuk dihuni, lalu dimana kita akan tinggal?
Berdasarkan data yang dirilis VOA (Voice of America), pada tahun 2012 ada 7 juta orang tewas karena terpapar polusi udara, jumlah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dari tahun 2008. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan bahwa satu dari delapan orang di seluruh dunia meninggal karena polusi udara.
Oleh karena itu, sebelum semua menjadi terlambat, ayo kita bersama-sama melakukan hal sederhana untuk menjaga Bumi tercinta. Mari kita merawat bumi untuk diri kita dan anak cucu kita kedepan sehingga dapat menghirup udara sehat dan segar. Ayo kita matikan lampu bila tidak terpakai dan jangan tinggalkan keran dengan air yang masih menetes.
Selain itu, jangan mudah berganti alat elektronik yang memiliki fungsi sama; maksimalkan pencahayaan dari alam, gunakan warna terang di tembok, gunakan genteng kaca di plafon, maksimalkan pencahayaan lewat jendela; daur ulang aluminium, plastik, dan kertas; gunakan lampu hemat energi; gunakan bahan bakar alami atau yang dapat diperbaharui seperti bio solar, bio pertamax, atau hydrogen; gunakan air dingin untuk mencuci pakaian dan cucilah dalam jumlah banyak. Bila mencuci sekaligus akan menghemat air, mengurangi pemakaian listrik dan juga mengurangi pencemaran akibat detergen dibanding mencuci secara sedikit demi sedikit.
Selain itu, tanamlah pohon tiap ada kesempatan, gunakan kertas lebih sedikit, hindari membungkus makanan dengan plastik atau stereofoam yang sulit diurai, dan bawalah tas yang bisa dipakai ulang. Penggunaan ulang tas dapat mengurangi jumlah tas plastik/kresek bekas pakai yang terkadang menggunakan bahan yang sulit diurai.
Tahun 2014 ini, Hari Bumi mengambil tema Green Cities (Kota Hijau). Tema tersebut diambil untuk membantu kota-kota diseluruh dunia untuk lebih bersih, sehat dan ekonomis di masa mendatang, terutama pada tiga elemen utama, yaitu bangunan, energi dan transportasi, melalui efisiensi, investasi dalam teknologi terbaru.
Yuk, kita jadikan Hari Bumi sebagai momentum untuk lebih peduli pada Bumi yang hanya satu-satunya ini. Peduli Bumi, berarti kita peduli kehidupan! *** salam kenal ya PLH Indonesia