Kebakaran di kebun akasia di Sumatera |
APP telah membangun lebih 3.500 bendungan sejak tahun lalu. Apakah anda berharap dapat mengurangi risiko dan kebakaran secara signifikan?
Ya, saya harap begitu! Logikanya sederhana : lahan gambut basah tak akan terbakar.
Tantangannya, ada pada tahap pemantauan. Indonesia memiliki sistem kanal terhubung yang luas. Bagaimana kita bisa memantau level air dan tingkat hidrasi lahan gambut di seluruh lansekap? Itu pertanyaannya. Kami berharap, dengan membangun bendungan-bendungan, kami dapat memperlihatkan bagaimana praktik sistem pencegahan kebakaran ini bekerja kepada stakeholder lain. Pada dasarnya, semua tergantung pada pemantauan level air. Staf lapangan APP akan bertanggungjawab pada konsesi kami. Tetapi bagaimana yang terjadi di luar konsesi kami? Teknologi juga dapat berperan. Saya berharap, kita akan melihat kemunculan teknologi baru yang membantu pemantauan level air.
Mengapa APP mendanai inisiatif agroforestri masyarakat? Apakah ini akan mereduksi risiko kebakaran? Ataukah ada motivasi lain?
Sudah jelas bahwa, menjalankan bisnis seperti biasa tak lagi bekerja. Peningkatan insiden kebakaran hutan, penurunan kearagaman hayati, dan konflik lahan adalah bukti dari semua itu. Yang kita perlukan model bisnis baru bagi pengelolaan lahan di Indonesia dan APP ingin berperan dalam menciptakan model itu.
Tentu saja motivasi utama dalam mengembangkan model ini untuk mencegah kebakaran hutan tetapi kami juga memiliki tujuan lain. Pertama, melindungi investasi kami terhadap ancaman lain termasuk pelanggaran batas dan konflik lahan. Kedua, untuk bekerja lebih dekat dengan masyarakat dan memberikan alternatif mata pencaharian seperti mencampur perkebunan hasil bumi dan pertanian yang menghasilkan pendapatan jangka pendek, sedang, dan panjang. Kami ingin melakukan ini karena menyadari bahwa kami hanya akan berkembang jika masyarakat juga berkembang.
Konsesi pemasok APP yang luas – khusus di Sumatera Selatan– berpotensi terkena risiko usulan regulasi lahan gambut. Bagaimana APP menanggapi peraturan ini? Apakah APP mendukung target spesifik untuk kedalaman drainase?
Pedoman pemerintah Indonesia dalam peraturan lahan gambut belum cukup jelas. Kami berniat mematuhi pedoman yang nanti dibuat. APP telah bekerja dengan stakeholder kunci dalam praktik terbaik pengelolaan lahan gambut seperti Deltares dan Mott MacDonald. Kami berharap dua tahun latihan pengembangan praktik terbaik lahan gambut dapat memberikan kontribusi bagi strategi pemerintah nasional untuk lahan gambut.
ForestHints.news melaporkan, pemerintah pusat telah mengambil alih konsesi APP yang terbakar–sekitar 175.000 hektar–dan merestorasi area itu. Dapatkah anda mengkonfirmasi ini? Jika tidak, apakah rencana untuk lahan yang sudah terbakar?
Kami masih mencari kejelasan dari pemerintah terkait status dari tanah yang terbakar.
Apakah APP melakukan evaluasi terhadap spesies lain yang dapat menggantikan akasia jika tabel ketinggian air dimandatkan atau menjadi perlu sehubungan dengan permasalahan lingkungan?
Jawabannya adalah ya.
(APP telah menginisiasi) sebuah program berjangka empat tahun untuk pengembangan spesies alternatif–didukung oleh Euroconsult Mott MacDonald. Tahun pertama, fokus komponen spesies, pemilihan spesies cocok untuk lahan gambut dan pulp. Tahun kedua akan menjadi awal penanaman di lokasi percontohan.
APP mengumumkan pelatihan 400 staf APP dalam manajemen kebakaran, apakah ini sudah mencakup semua pemasok?
Ya, tetapi akan dilakukan bertahap. Sebagai permulaan, kami fokus pada daerah rawan kebakaran yang akan terpengaruh El-Nino tahun ini, yaitu Kalimantan Tengah, Jambi, dan Riau.
Apakah inisiatif-inisiatif baru diberlakukan pada perusahaan pemasok yang “dimiliki secara independen”?
FCP dan pendekatan lansekap kami diaplikasikan kepada seluruh pemasok APP.
Bagaimana dengan progres pemetaan lahan gambut?
Kami berada dalam track. Seluruh analisis data LiDAR harus diselesaikan sebelum akhir kuartal pertama. Digital terrain modelling dari lansekap lahan gambut kunci di Sumatera juga telah selesai dan hasil akhir akan digunakan bersama Pemerintah Indonesia.
APP telah menanamkan modal untuk Yayasan Belantara. Bagaimana anda memproyeksikan pendanaan dalam jangka panjang?
Kami memahami platform Belantara sebagai sarana inovatif menghubungkan publik dan pendanaan privat untuk konservasi lansekap di Indonesia. Desain dan misi yayasan yang dibangun berdasarkan pengalaman APP dalam kerja bersama aktor pemerintahan dan non-pemerintahan pada proyek konservasi dan restorasi lansekap di Indonesia. Ini merupakan upaya pendekatan kemitraan yang dibentuk APP dengan program yang didanai pemerintah seperti Norway’s International Climate dan Forest Initiative dan the UK’s Multi-stakeholder Forestry Programme. Tujuannya, untuk menemukan sinergi progam dan berkolaborasi dengan aktor-aktor yang ada di lansekap di seluruh Indonesia dan lebih luas lagi.
Komitmen APP pada FCP dan kesediaan memobilisasi pendanaan mereka sendiri akan menurunkan risiko beberapa proyek bagi donor pemerintahan untuk membuka pendanaan publik. Itu sebabnya mengapa kami mendanai yayasan ini.
Misi Belantara adalah menyediakan saluran langsung untuk melindungi dan mendukung hutan Indonesia melalui pembiayaan miliaran dolar yang telah dijanjikan secara global untuk konservasi hutan. Setelah desain kerja dilengkapi, kami berambisi Belantara mampu menerima pendanaan internasional (disamping pendanaan dari APP) baik dari sektor publik maupun swasta, dengan standar tata kelola, keamanan dan sistem monitoring, reporting and verification (MRV) meyakinkan donor bahwa uang mereka dimanfaatkan dengan baik.
Akhirnya, kami juga berkonsultasi dengan stakeholder kunci dalam perlindungan produksi model baru yang sedang dikembangkan, dengan maksud Belantara dapat berperan menarik mekanisme pasar seperti obligasi hijau.