Wisata Kuliner - Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama Warung Sate Mbok Galak? Mungkin yang terbesit di pikiran adalah pelayan di warung tersebut akan memarahi Anda ketika memesan makanan.
Warung Sate Mbok Galak adalah sebuah tempat makan yang menyediakan kuliner seperti sate kambing, tengkleng, gule, sate buntel, dan tongseng. Warung tersebut terletak di pinggir Jalan Mangun Sarkoro No. 122, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Pemilik Warung Sate Mbok Galak, Sudarto (66) menjelaskan anggapan pelayan akan marah-marah sudah banyak ditanyakan oleh pengunjung. Ia sendiri hanya tersenyum ketika KompasTravel menanyakan hal tersebut.
“Disebut Mbok Galak ini sebenarnya karena warung sate terletak di jalan besar. Dulu istri saya ngomong-nya kenceng dan keras ketika koordinasi sama pelayan. Jadi supaya kedengaran pesanannya, bukan karena marah-marah,” kata Sudarto kepada KompasTravel saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (23/7/2016).
Ia menyebut, standar pelayanan di Warung Sate Mbok Galak harus memberikan senyum kepada pelanggan. Hal itu, menurut Sudarto, sangat bertolak belakang dengan sebutan Mbok Galak.
Pantauan KompasTravel saat mampir di Warung Sate Mbok Galak, bus-bus jurusan Semarang dan Surabaya; juga truk-truk kontainer kerap melewati depan warung sate yang terletak di pinggir jalan lintas provinsi tersebut. Suara deru mesin dan knalpot kendaraan terdengar bising memenuhi telinga.
Selain itu, ada kisah lain di balik nama Mbok Galak. Sudarto menceritakan, julukan Mbok Galak diberikan oleh salah satu bos agen salah satu rokok di daerah Singosaren, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1983.
“Dia dulu sering pesen sate hingga ribuan tusuk untuk dibawa gudang rokok di daerah Palur, Solo bagian timur. Biasanya dia pesan pada akhir tahun,” ungkap Sudarto.
Ia mengingat, ketika diberikan julukan Mbok Galak, Sudarto bersama almarhum ibu Sakiyem langsung memesan spanduk. Kala itu pada tahun 1983, lokasi Warung Sate Mbok Galak berada di rumah bertingkat di seberang sebuah pom bensin di Jalan Mangun Sarkoro tak jauh dari tempat warung satenya saat ini.
“Warung sate ini kan tiga kali pindah tempat. Pertama dulu di rumah dekat gedung Graha Saba Buana. Kedua pindah di depan pom bensin, lalu terakhir tahun 1990 pindah ke tempat yang sekarang,” jelasnya.
Pengalaman KompasTravel saat mencicipi olahan daging kambing di Warung Sate Mbok Galak juga tak menemukan pegawai yang melayani dengan sambil marah. Seorang pengunjung yang datang dari Malang, Amirushufi (26) berpendapat demikian.
“Pertama saya pikir orangnya judes pas melayani, tapi pas datang ternyata enggak,” kata laki-laki yang bekerja sebagai mekanik pesawat di Bandara Soekarno Hatta tersebut kepada KompasTravel saat ditemui di Warung Sate Mbok Galak.