Monday, July 15, 2013

Makam Sultan Hasanuddin Makassar Yang Terlupakan Kelestariannya

Salam buat plh Indonesia 
LANGIT Gowa dini hari Kamis itu masih sama dengan hari sebelumnya, tenang, langit bersih, dingin seperti biasa mengapung di kesunyian Bukit Tamalate. Namun, siapa sangka, di hari yang masih gelap itu, rencana tak terpuji sedang berlangsung. Makam Sultan Hasanuddin yang berdiam di Bukit Tamalate dirusak oleh oknum yang tak pantas disebut “to barani”.
Makam Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin dan garis polisi: Tiga ratus empatpuluh dua tahun sejak Sultan dikebumikan.
Makam Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin dan garis polisi: Tiga ratus empatpuluh dua tahun sejak Sultan dikebumikan.









Dengan kata lain: “Hanya pengecut yang berani dengan orang yang sudah meninggal”.

Tiga ratus empatpuluh dua tahun sejak kematian Sultan Hasanuddin, baru kali ini secara terang-terangan kepengecutan itu ditunjukkan oleh perusak tersebut, dan beberapa oknum, entah siapa, yang menjadi otak perusakan makam sultan yang wafat 12 Juni 1670 itu.

Orang pintar itu juga berpesan agar kontestan pilgub diminta berhati-hati


Kuping Macan Dipotong
Hanya pengecut yang bisa melakukannya. Dirusak dari sisi kiri makam.
Hanya pengecut yang bisa melakukannya. Dirusak dari sisi kiri makam.
Kamis, 24 Mei 2012 dinihari, Makam Raja Gowa XVI, Sultan Hasanuddin dirusak orang tak dikenal. Abdul Khalik sang penjaga makam mengaku, makam sultan baru diketahuinya rusak pada pukul 08.00 pagi, saat sedang melakukan pengecekan rutin terhadap kompleks makam Raja-Raja Gowa yang terletak di Jalan Pallantikang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa tersebut. 

Apa saja yang dirusak?
Dua nisan yang berada di puncak makam diturunkan dengan cara dihantam oleh benda berat; kuat dugaan memakai linggis dan palu godam. Prasasti yang memuat nama sultan pecah menjadi delapan bagian besar, lalu marmer itu dibiarkan terhambur begitu saja di kaki makam. Seolah tidak puas dengan itu, pelaku juga merusak bagian dalam makam dengan mencabut nisan yang menjadi pusara Sultan Hasanuddin. Nisan itu ditemukan tergeletak di samping pendopo, tidak jauh dari makam pahlawan yang bergelar Ayam Jantan dari Benua Timur itu.
Hanya pengecut yang bisa melakukannya. Dirusak dari sisi kiri makam.
Hanya pengecut yang bisa melakukannya. Dirusak dari sisi kiri makam.









Tidak itu saja, bahkan cincin replika yang dikenakan patung Sultan tak luput dari perusakan. Meski tidak berharga, cincin yang terbuat dari fiberglass itu raib dengan cara dicungkil dari jari tengah tangan kiri patung Sultan yang terletak di dalam pendopo. Gembok utama dirusak, bahkan kuping macan putih yang terbuat dari plat baja yang terdapat di pintu masuk makam pun dipotong, entah mau diapakan. 
Macan putih di salah satu pintu makam. Dipotong untuk maksud mengelabui(?)
Macan putih di salah satu pintu makam. Dipotong untuk maksud mengelabui(?)







Kalau ingin dicermati secara teliti, kepengecutan yang dilakukan oleh oknum perusak ini sebenarnya bisa dianalisa dengan baik, setidaknya dengan melakukan analisa lapangan secara detil, sehingga bisa diperoleh motif atas apa maksud dan tujuan dilakukannya perusakan terhadap makam Sultan Hasanuddin.
Perbandingan cincin pada patung Sultan. (1). Cincin fiberglass; (2) Dicungkil lalu dicuri; (3) Cincin baru. Terbuat dari logam dan berisi batu bermotif abstrak berwarna coklat tanah; (4) Patung Sultan Hasanuddin, terbuat dari fiberglass.
Perbandingan cincin pada patung Sultan. (1). Cincin fiberglass; (2) Dicungkil lalu dicuri; (3) Cincin baru. Terbuat dari logam dan berisi batu bermotif abstrak berwarna coklat tanah; (4) Patung Sultan Hasanuddin, terbuat dari fiberglass.








Lokasi makam yang terletak di bukit Tamalate adalah lokasi yang relatif sunyi meski berada di daerah pemukiman warga. Penjagaan pun sudah tidak dilakukan jika malam tiba, saat dimana areal makam mencapai puncak kesunyiannya. Akses untuk masuk ke areal makam pun mudah. Pagar setinggi kurang lebih 150 cm yang mengelilingi makam tidak menjadi penghalang yang berarti bagi siapa saja yang ingin masuk, tak terkecuali anak-anak usia 10 tahun. Dari kenyataan ini, dirusaknya gembok utama hanyalah pengalihan saja. Tujuannya memang cuma satu, merusak makam Sultan. Adapun raibnya cincin di jari patung Sultan dan terpotongnya kuping macan putih, hanyalah upaya pengaburan maksud, agar analisa menjadi tidak tunggal. 
Bagian dalam makam Sultan. Nisan sebagai pusara Sultan dicabut, dan ditemukan di samping pendopo.
Bagian dalam makam Sultan. Nisan sebagai pusara Sultan dicabut, dan ditemukan di samping pendopo.
Harus diakui, penjagaan makam yang menjadi salah satu obyek wisata sejarah ini tidak begitu ketat. Sehari-hari, penjagaan mulai pukul 08:00 pagi hingga 17:00 sore atau sedikit agak malam sekitar pukul 20:00 malam. Selebihnya, makam dibiarkan tanpa penjagaan. 

Dari tataran ghaib, majalahversi.com berhasil menemui seorang ‘pintar’ yang mengaku diminta sukmanya datang menemui Sultan di makamnya. Hasil percakapan mereka, ‘orang pintar’ yang tidak ingin disebut namanya itu mengaku dititipi pesan oleh Sultan untuk tidak membesar-besarkan masalah ini. Namun keterangan yang bisa diperoleh dari ‘orang pintar’ tersebut antara lain, perusakan dilakukan saat dini hari, yang datang ke makam ada beberapa orang namun yang melakukan perusakan hanya dua orang; agak tua dan seorang lagi masih relatif muda (yang tua cukup berilmu). Orang pintar itu juga berpesan agar kontestan pilgub diminta berhati-hati, namun tidak ingin menyebut nama.

Menuai Kecaman
Makam Sultan ramai dikunjungi warga.
Makam Sultan ramai dikunjungi warga.
Berada di atas lahan sepanjang 155 meter, lebar 68 meter, makam beberapa Raja Gowa di Bukit Tamalate ini diakui sebagai salah satu peninggalan sejarah yang sangat penting, khususnya masyarakat Sulsel. Memiliki luas 13.330 meter persegi, berada di puncak bukit ini sebagian wajah Kota Makassar dapat dilihat dengan baik. 

Uniknya, meski ada beberapa Raja Gowa yang dimakamkan dalam komplek tersebut, bukit pemakaman itu lebih dikenal sebagai “Makam Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin”.  Ada 25 situs makam di dalamnya (lima makam besar, enam makam sedang, dan empatbelas makam kecil), delapan di antaranya adalah makam Raja Gowa, yakni
  1. Sultan Hasanuddin (Raja Gowa XVI)
  2. Ayah Sultan Hasanuddin: Sultan Malikus Said (Raja Gowa XV);
  3. Kakek Sultan Hasanuddin: Sultan Alauddin (Raja Gowa XIV);
  4. Putra Sultan Hasanuddin, Sultan Amir Hamzah (Raja Gowa XVII);
  5. Cucu Sultan Hasanuddin, Sultan Muhammad Ali (Raja Gowa XVIII);
  6. Sultan Abdul Jalil (Raja Gowa XIX);
  7. Karaeng Data Tunibatte (Raja Gowa XI);
  8. dan Tunatangka Lopi (Raja Gowa VI).

Dari beberapa makam tersebut, hanya makam Sultan Hasanuddin yang dirusak pelaku.

Perbuatan yang memalukan ini jelas menuai kecaman. Warga sekitar makam hingga Perdana Menteri Malaysia (PM) Najib Tun Abdul Razak marah besar. Najib Tun Abdul Razak adalah keturunan Sultan Gowa ke-19 atau cucu langsung dari Sultan Hasanuddin. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo prihatin dan mengecam aksi pelaku perusakan itu.

"Rusaknya cukup serius. Saya berharap pelakunya bisa ditangkap dan dihukum berat," harap SYL saat meninjau Makam Sultan Hasanuddin, usai salat Jumat, 25 Mei 2012. Beliau juga mengimbau kepada  masyarakat untuk tidak melakukan tindakan apa pun untuk menyikapi kejadian tersebut. "Percayakan saja kepada polisi. Biarkan polisi bekerja untuk mengungkap kasus ini," katanya lagi.
Pagar depan terluar dari makam. Siapa saja bisa sangat mudah masuk.
Pagar depan terluar dari makam. Siapa saja bisa sangat mudah masuk.







“Makam Sultan Hasanuddin bukan saja harus dilindungi oleh masyarakat Gowa. Sultan Hasanuddin adalah pahlawan nasional sehingga menjadi milik bangsa dan seluruh warga Indonesia. Karena itu, siapa pun berhak melindungi peninggalan Sultan Hasanuddin sesuai yang diatur oleh negara,” imbuh Gubernur Sulsel ini.
Sementara putra mahkota Raja Gowa XXXVI, Sultan Muhammad Abdul Kadir, Andi Kumala Andi Idjo, tidak menerima makam leluhurnya dirusak. Di lokasi makam, Camat Somba Opu ini mengutuk keras aksi pengecut itu. "Saya yakin ini bukan perbuatan orang Gowa. Orang Gowa tidak mungkin akan berbuat seperti ini," kata Andi Kumala dengan wajah menyembunyikan emosi. Lelaki santun berair muka tenang ini percaya bahwa pelaku pengrusakan itu memiliki tujuan tertentu. Alasannya sederhana, tidak ada sebutir pun benda atau barang pusaka bernilai tinggi yang tersimpan dalam komplek makam, terlebih dalam makam Sultan Hasanuddin. Semua peninggalan berharga kerajaan tersimpan aman di Balla Lompoa.  

"Kami dari keluarga keturunan Raja Gowa berharap polisi secepatnya mengungkap dan menangkap pelaku. Karena dia sudah menodai simbol kebanggaan orang Gowa," harapnya.
Pagar dalam dari makam. Anak kecil saja bisa dengan mudah memanjatnya.
Pagar dalam dari makam. Anak kecil saja bisa dengan mudah memanjatnya.







Kapolres Gowa AKBP Totok S Lisdiarto menegaskan kasus perusakan situs bersejarah ini akan menjadi prioritas utamanya. Penegasan ini disambut baik oleh Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo. Beliau akan menunggu hingga selesainya proses penyelidikan oleh polisi, dan berharap dapat dituntaskan dengan baik.

Perusakan dengan sengaja terhadap cagar budaya sudah diatur dalam undang-undang. Jika tertangkap, Polisi sudah menyiapkan UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya kepada pelaku perusakan. Dalam UU tersebut, perusakan benda cagar budaya bisa dipidana dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun atau denda Rp100 juta.

Saya tidak tahu apakah ini firasat atau tanda atau apa, tapi di Rabu dini hari saya bermimpi menjadi Sultan Hasanuddin.


Mengaku Bertemu Sultan
Lalu, adakah firasat atau tanda sebelumnya yang dialami oleh warga sekitar makam, bahwa akan terjadi sesuatu pada makam Sultan? Warga sekitar makam mungkin tidak, tapi warga Sungguminasa yang tinggalnya cukup jauh dari komplek makam, iya.

Tak ingin namanya ditulis, kecuali mengizinkan inisialnya saja yakni JAS, bermimpi melihat dirinya menjadi Sultan Hasanuddin, dan di saat bersamaan melihat sosok Sultan Hasanuddin secara jelas berdiri di depannya.
(1). Pagar belakang dari makam: “Bukan hambatan”; (2). Pagar belakang terluar: “Dilubang untuk akses jalan warga di kaki bukit Tamalate”.
(1). Pagar belakang dari makam: “Bukan hambatan”; (2). Pagar belakang terluar: “Dilubang untuk akses jalan warga di kaki bukit Tamalate”.








“Saya tidak tahu apakah ini firasat atau tanda atau apa, tapi di Rabu dini hari saya bermimpi menjadi Sultan Hasanuddin, dan disaat bersamaan melihat beliau berdiri dengan gagah di depan saya,” kisahnya. Menurutnya, wajah Sultan Hasanuddin sangat kharismatik. Wajahnya lebar, tinggi besar, berkumis dan bercambang.

“Tatapan matanya bagai elang, dalam dan lantang. Pancaran wajahnya gagah, berwibawa namun tenang. Beliau betul-betul seorang raja yang memancarkan keberanian,” ungkap lelaki berusia 45 tahun ini. “Sultan memakai baju kebesarannya. Berwarna merah, bersarung hijau, dan memakai penutup kepala berwarna merah pula,” sambung JAS sambil menunjuk patung sultan di dalam pendepo yang memakai penutup kepala khas bangsawan Gowa, ‘passappu’. 
JAS menuturkan, tidak satupun patung maupun lukisan wajah Sultan Hasanuddin yang serupa dengan apa yang dilihatnya dalam mimpi, bahkan patung Sultan yang berada di dalam pendopo sekalipun.
Police line di makam Sultan.
Police line di makam Sultan.
Lelaki berdarah Makassar-Medan ini mengaku baru kali ini menginjakkan kaki ke makam Sultan. JAS mengetahui makam Sultan Hasanuddin dirusak saat menyaksikan siaran teve di salah satu warung kopi di Sungguminasa. Ia terkejut, lalu bergegas ke Bukit Tamalate. Rasanya ingin tak percaya atas apa yang dilihatnya, makam Sultan Hasanuddin dirusak seperti itu. Secara khusus, JAS menuturkan mimpinya pada majalahversi.com dengan runut. 
Bahasanya yang santun dan jelas, pekerja seni ini menceritakan mimpinya dengan raut wajah sedih. Ia lalu menghubungkan mimpinya, sehari sebelum kejadian perusakan itu. Saat bercerita, pengunjung makam ramai mengerumuni JAS, dan menyaksikan bagaimana kulit tangannya merinding saat menceritakan pertemuannya dengan Sultan Hasanuddin. Matanya berkaca-kaca saat menyampaikan ketidakpercayaannya pada pelaku perusakan yang begitu tega  merusak makam yang didalamnya berbaring sosok yang dihormati dan dihargai bangsa besar ini.
Lelaki berinitial JAS. Bermimpi bertemu Sultan.
Lelaki berinitial JAS. Bermimpi bertemu Sultan.
Saat menjadi sosok Sultan Hasanuddin, dalam mimpinya lelaki gondrong dan berkumis ini melihat ada sosok perempuan cantik berambut panjang, berdiri di sisi kirinya. 

“Apakah Sultan mengatakan sesuatu?” tanya majalahversi.com. 

“Tidak. Beliau hanya menampakkan diri, tapi diam saja. Tidak menampakkan kesedihan, gusar, atau semacamnya. Beliau terlihat gagah sebagaimana raja yang sangat disegani.” 

“Cuma itu?”

Merinding, JAS bercerita.
Merinding, JAS bercerita.
“Cuma itu… Oh iya, saya sempat meminta sesuatu, dan diberi sarung hijau oleh perempuan itu. Saat terbangun, tidak lama kemudian saya shalat subuh,” kisah JAS. Bulu halus di tangannya masih terlihat merinding.
Makam Sultan Kembali Utuh
Sejak terjadinya perusakan pada Kamis, 24 Mei 2012, petugas cagar budaya sudah melakukan rekonstruksi bagian-bagian makam yang sudah dirusak oleh pelaku. Rekonstruksi tidak mendapat kendala yang serius, sebab bagian-bagian yang dirusak merupakan bongkahan-bongkahan yang cukup besar sehingga mudah disusun kembali.
Perbandingan prasasti di makam Sultan. (1) Saat belum dirusak; (2) Setelah dirusak; (3) prasasti baru.
Perbandingan prasasti di makam Sultan. (1) Saat belum dirusak; (2) Setelah dirusak; (3) prasasti baru.










Komplek Raja-Raja Gowa ini sontak menjadi pembicaraan masyarakat dan menjadi padat dipenuhi pengunjung yang ingin melihat langsung kerusakan terhadap makam Sultan Hasanuddin. Namun demi pengamanan dan kemudahan petugas cagar budaya melakukan tugasnya, makam ini sempat ditutup sejak 29 Mei 2012, dan mulai kembali dibuka untuk umum menjelang hari wafatnya Sultan Hasanuddin, 12 Juni 2012.
Kini makam pahlawan nasional Sultan Hasanuddin sudah kembali utuh. Arkeolog dari Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Sulsel serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gowa berhasil menyusun kembali pecahan-pecahan batu makam Sultan.  Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gowa, Andi Rimba Alam mengaku, dalam penyusunan batu tersebut digunakan lem batu yang khusus didatangkan dari China. Rekonstruksi makam Sultan Hasanuddin dilakukan tanpa mengubah bentuk aslinya. Bersyukur kita, kata Andi Rimba, seluruh bongkahan makam tidak ada yang hilang.
Pengunjung bersila di dalam makam Sultan. Sesaat setelah acara wafatnya Sultan selesai, pada 12 Juni 2012.
Pengunjung bersila di dalam makam Sultan. Sesaat setelah acara wafatnya Sultan selesai, pada 12 Juni 2012.
Cincin patung Sultan Hasanuddin yang berada di pendopo dibuatkan yang baru; yang sebelumnya terbuat dari fiberglass, kini cincin baru itu terbuat dari logam berwarna emas dengan batu bermotif abstrak berwarna coklat tanah. Pemasangan cincin dilakukan langsung oleh Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo dalam acara peringatan wafatnya Sultan Hasanuddin, Selasa 12 Juni 2012. Acara peringatan di bukit Tamalate itu diisi dengan pembacaan riwayat singkat Sultan Hasanuddin, dilanjutkan dengan tabur bunga pada pusara Raja Gowa ke-16 itu dengan khidmat.



Kepengecutan tidak tertinggal di masa lalu, tapi ikut hingga di masa sekarang. 

Pengecut Tidak Tertinggal
Perusakan makam Sultan setidaknya menyisakan hikmah bahwa, bukan perkara penjagaan yang tidak ketat yang disesalkan tapi penghargaan kita terhadap keberanian melawan kejahatan yang mulai surut. Selain itu, perusakan itu jelas meninggalkan pesan “Kepengecutan tidak tertinggal di masa lalu, tapi ikut hingga di masa sekarang, sampai kapanpun”.
Makam Sultan kembali dibuka untuk umum. Anak-anak yang bermain di sekitar makam. “Semoga menjadi generasi pemberani, bukan generasi pengecut”.
Makam Sultan kembali dibuka untuk umum. Anak-anak yang bermain di sekitar makam. “Semoga menjadi generasi pemberani, bukan generasi pengecut”.
Benar kata Michel de Montaigne, “Kepengecutan adalah ibu dari kekejaman”. Salah satu penulis paling berpengaruh dari Renaissance Perancis ini paham, hanya pengecut yang melakukan segala cara demi sebuah tujuan. Sejiwa dengan itu, penyair Perancis Jacques Audiberti menulis kalimatnya yang paling terkenal: “Kepengecutan yang paling besar adalah ketika kita membuktikan kekuatan kita kepada kelemahan orang lain.” Entah disebut apa pengecut yang berani pada sosok yang sudah lama wafat?  [V] 



 temukan kami di http://www.majalahversi.com
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Makam Sultan Hasanuddin Makassar Yang Terlupakan Kelestariannya Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad