Para skeptis percaya, peningkatan suhu bumi tidak benar-benar terjadi. Mereka juga percaya bahwa peningkatan emisi karbon tidak menyebabkan pemanasan global dengan merujuk pada data suhu bumi yang saat ini terus menurun.
Isu ini sebenarnya sudah direspon oleh IPCC. Dalam laporan terbarunya, IPCC menyebutkan, suhu bumi terus meningkat sekitar seperlima derajat Fahrenheit per dekade dari tahun 1950-an hingga 1990-an. Namun kenaikan suhu bumi ini melambat hingga 50% sejak bumi mencatat rekor suhu tertinggi pada 1998.
Menurut analisis IPCC, perlambatan pemanasan global ini disebabkan oleh letusan gunung berapi, perubahan tingkat radiasi matahari dan penyerapan panas oleh samudra. Benarkan samudra menyimpan pemanasan global sejak 1998? Benarkan suhu bumi saat ini terus menurun?
Pertanyaan ini terjawab dari hasil penelitian terbaru yang dirilis oleh Earth Institute milik Columbia University yang diterbitkan dalam jurnal Science, Selasa (31/10). Dalam ekspedisi samudra menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII di Indonesia pada tahun 2003, tim peneliti mengumpulkan sedimen dari samudra Pasifik hingga samudra Hindia. Mereka mengukur kandungan magnesium hingga kalsium dalam cangkang Hyalinea balthica, organisme yang terkubur dalam sedimen laut di kedalaman antara 457 meter hingga 914 meter.
Hasilnya, tim peneliti internasional termasuk dari Lamont-Doherty Earth Observatory milik Columbia University berhasil merekonstruksi temperatur samudra Pasifik dalam 10.000 tahun terakhir. Mereka menyimpulkan, temperatur di tengah kedalaman laut memanas 15 kali lipat lebih cepat dalam 60 tahun terakhir, dibanding siklus pemanasan alami yang terjadi dalam 10.000 tahun sebelumnya.
Hal ini menguatkan pendapat IPCC yang menyatakan bahwa penyerapan suhu oleh samudra bertanggung jawab terhadap perlambatan pemanasan global akibat peningkatan emisi gas rumah kaca yang terjadi sejak 1970-an.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa selama ini ilmuwan telah meremehkan kemampuan samudra dalam menyerap panas di bumi. "Penyerapan panas oleh samudra memberi kita sedikit waktu, entah sampai kapan, namun tidak akan menghentikan pemanasan global," ujar Yair Rosenthal, ilmuwan iklim dari Rutgers University yang memimpin penelitian ini.
Redaksi Hijauku.com