Di Indonesia sendiri sejarah pendakian
gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan
“Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju” di Papua.
Nama orang Eropa ini dikemudian hari digunakan untuk salah satu gunung
di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yaitu Puncak Carstensz. Pada tanggal
18 Oktober 1953 di Indonesia berdiri sebuah perkumpulan yang diberi nama
“Perkumpulan Pentjinta Alam” (PPA). PPA merupakan perkumpulan hobby
yang dimaksudkan sebagai suatu kegemaran positif terlepas dari sifat
maniak yang semata-mata ingin melepaskan nafsunya dalam corak negatif.
Perkumpulan ini bertujuan mengisi kemerdekaan dengan kecintaan terhadap
negeri ini selepas masa revolusi yang diwujudkan dengan mencintai
alamnya serta memperluas dan mempertinggi rasa cinta terhadap alam
seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Awibowo,
salah satu pendiri perkumpulan ini mengusulkan istilah pecinta alam
karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung
makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi.”Bukankah
kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini ?.” Satu kegiatan besar
yang pernah diadakan PPA adalah pameran tahun 1954 dalam rangka ulang
tahun kota Jogja, mereka membuat taman dan memamerkan foto kegiatan.
Mereka juga sempat merenovasi Argodumilah (tempat melihat pemandang di
desa Patuk) tepat di jalan masuk Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta. PPA
juga sempat menerbitkan majalah “Pecintja Alam” yang terbit bulanan.
Namun sayang perkumpulan ini tidak berumur lama, penyebabnya antara lain
faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung
hingga akhirnya pada tahun 1960 PPA dibubarkan.
Sejarah
pecinta alam kampus di Indonesia dimula pada era tahun 1960-1970 an.
Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan
dikeluarkannya SK 028/3/1978 tentang Pembekuan Total Kegiatan Dewan
Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan Konsep Normalisasi
Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan mula-mula pendirian Pecinta Alam kampus
dikemukakan oleh Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964 ketika
mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah bekerja bakti di TMP
Kalibata. Sebetulnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie
sendiri, diilhami oleh organisasi pecinta alam yang didirikan oleh
beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak
Gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam
Mandalawangi itu keanggotaannya tidak hanya terbatas di kalangan
mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah
melalui seleksi yang ketat, namun sayangnya organisasi ini mati pada
usianya yang kedua. Setelah berbincang – bincang selama kurang lebih
satu jam semua yang hadir antara lain : Soe Hok Gie, Maulana, Koy
Gandasuteja, Ratnaesih (kemudian menjadi Ny. Maulana), Edhi Wuryantoro,
Asminur Sofyan Udin, D armatin Suryadi, Judi Hidayat Sutarnadi, Wahjono,
Endang Puspita, Rahayu,Sutiarti (kemudian menjadi Ny. Judi Hidayat)
sepakat untuk membicarakan gagasan tadi pada keesokan harinya di FSUI.
Pada
pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun,
di depan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu semua yang sudah
disebut ditambah Herman O. Lantang yang saat itu menjabat sebagai Ketua
Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan
lahir itu
IMPALA singkatan dari
Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah pendapat ditampung akhirnya
diputuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA. Kemudian
pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan
diresmikan. Akan tetapi setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan
III bidang Mahalum yaitu Drs. Soemadio dan Drs. Moendardjito yang
ternyata juga menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan
agar merubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini
diberikan oleh Bpk. Moendardjito karena menggangap nama IMPALA terlalu
borjuis. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam, selain
itu MAPALA juga memiliki arti berbuah atau berhasil. Dan PRAJNAPARAMITA
berarti dewi pengetahuan. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan
segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil
berkat perlindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu
memang didasari oleh faktor politis selain dari hobi individual
pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah
muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan
perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar
organisasi. Sampai akhirnya diresmikanlah organisasi ini pada tanggal
11 desember 1964 dengan peserta mencapai lebih dari 30 orang.
Dalam
tulisannya di Bara Eka (13 Maret 1966), Soe Hok Gie mengatakan bahwa,
“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme
di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam,
tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa
yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui
slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan
mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh barulah
seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik.” Para mahasiswa itu
diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, mencoba
menghargai dan menghormati alam dengan menapaki alam mulai dari lautan
hingga ke puncak-puncak gunung. Mencoba mencari makna akan hidup yang
sebenarnya dan mencoba membuat sejarah bahwa manusia dan alam sekitar
mempunyai kaitan yang erat. Sejak saat itulah Pecinta Alam merasuk tak
hanya di kampus melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah
ibadah, lorong-lorong bahkan ke dalam jiwa-jiwa bebas yang merindukan
pelukan sang alam.
situs kami http://mapalaapache.blogspot.com
thank's to PLH.Indonesia