Edelweis memang kerap
dihubungkan dengan keabadian lantaran bunganya yang tak pernah layu. Bahkan,
yang lebih menakjubkan umurnya mampu bertahan hingga seratus tahun. Tumbuhan
langka dan dilindungi ini sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan,
pengorbanan, dan keabadian.
Bunga Edelweis yang
dapat kita jumpai sewaktu mendaki Gunung Merbabu di Jawa Tengah ( Kristina Dewi
)
Di negara kita, kembang
ini kerap disebut Eidelweis atau Edelweis. Menurut sejarahnya, Edelweiss
berasal dari bahasa Jerman, ‘edel’ yang berarti mulia dan ‘weiss’ yang berarti
putih. Edelweis merupakan tumbuhan gunung yang sangat cantik dan terkenal.
Bunganya kecil - kecil,
yang tak layu dimakan waktu. Bunga Abadi bisa tumbuh menjulang delapan meter.
Dia tumbuhan endemik zona alpina montana di berbagai pegunungan tinggi
Indonesia, termasuk di Gunung Merbabu.
Dalam ‘Flora Pegunungan
Jawa’, C.G.G.J. van Steenis menyebutkan Edelweis ditemukan dariGunung Gede
hingga Gunung Tengger. Sebagai perintis, dia mampu bertahan hidup di atas tanah
tandus sekalipun.
Kemampuannya membentuk
mikoriza dengan jamur tanah tertentu, secara efektif dapat memperluas jangkauan
akar - akarnya. Inilah yang membuat dia meningkatkan efisiensi dalam mencari
zat hara.
Edelweis berdaun
panjang, tipis dan berbulu lebat; bagian tengah bunga berwarna oranye dan
kepala bunga yang menyerupai aster. Edelweis cocok tumbuh pada kondisi panas terik
di daerah terbuka di kawah dan puncak.
Sebaliknya tumbuhan ini
tidak akan mampu bersaing untuk tumbuh di hutan yang gelap dan lembab. Selain
itu, Edelweis sangat disukai serangga seperti kutu, kupu - kupu, lalat
danlebah.
Edelweis menjadi magnet
bagi pengunjung Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Edelweis bisa
dijumpai di jalur pendakian Selo, mulai dari Tuk Pakis hingga Sabana I
danSabana II. Edelweis tumbuh lebat terlihat dari Sabana I dan Sabana II pada
2.700 – 2.750 meter dari muka laut.
Hamparan Edelweis Di
Merbabu seluas 50 hektare ini memanjakan mata pengunjung yang sebagian besar
pecinta alam. Di tempat inilah pengunjung menyempatkan diri mengabadikansang
bunga abadi sebagai bukti petualangan ke Gunung Merbabu.
Bunga Edelweis biasanya
mekar pada April hingga Agustus. Pada bulan - bulan tersebut pengunjung bisa
menikmati keindahannya secara nyata. Terlebih pada 17 Agustus, saat
jumlahpendaki Gunung Merbabu mencapai puncaknya, selain momen pergantian tahun.
Keberadaan padang
Edelweis bukanlah tanpa ancaman. Lantaran identik dengan keabadian dan
kesetiaan cinta, tumbuhan ini menjadi incaran pengunjung Gunung Merbabu, yang
sebagian besar kaum muda. Para pendaki itu kerap memetik Edelweis untuk
dipersembahkan kepada seseorang yang dianggap spesial.
Tak jarang, sebagian
memetiknya untuk kenang - kenangan: sang pendaki pernah mendaki Gunung Merbabu.
Karena untuk mendapatkannya perlu perjuangan keras, Edelweis juga simbol
pengorbanan.
Ancaman lain yang juga
perlu diperhatikan adalah kebakaran hutan. Seperti yang terjadi belum lama ini,
api melahap Gunung Merbabu pada September dan Oktober 2012. Kebakaran seluas
630 hektare itu menghanguskan sebagian padang Edelweis.
Untuk menghindari
Edelweis dari kepunahan, Taman Nasional Gunung Merbabu melakukan berbagai
upaya. Salah satunya, membuat tata tertib bagi pendaki. Dalam tata tertib itu
disebutkan pendaki dilarang mengambil Edelweis di kawasan konservasi ini.
Upaya lainnya:
sosialisasi peraturan perundangan ke khalayak tentang tumbuhan yang dilindungi.
Sosialisasi juga sering dilakukan petugas secara langsung kepada calon pendaki
saat pengajukan Simaksi ( Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi ).
Untuk menghindari
terjadinya bahaya kebakaran, disampaikan pula himbauan untuk selalu memastikan
tidak meninggalkan bara api yang dapat memicu kebakaran.
Saat Tahun Baru dan 17
Agustus, jumlah pendaki di Taman Nasional Gunung Merbabu akan meningkat tajam.
Mengantisipasi hal itu, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu menggelar
pengamanan jalur pendakian secara rutin.
Salah satu tujuannya,
mengantisipasi pelanggaran seperti pengambilan Edelweis. Upaya menjaga
kelestarian sang Bunga Abadi tak pernah terhenti. Dengan kesadaran bersama,
niscaya keindahannya bisa selamanya dinikmati oleh anak cucu.
salam dari kami :
http://www.belantaraindonesia.org