Manusia adalah salah satu pemicu terjadinya
cuaca ekstrem dan anomali iklim. Kesimpulan ini terungkap dalam analisis
terbaru berjudul "Explaining Extreme Events of 2012 from a Climate
Perspective" yang diterbitkan pekan lalu di Bulletin of the American
Meteorological Society.
Sebanyak 18 tim peneliti dari seluruh dunia menyimpulkan, enam dari 12 cuaca ekstrem yang terjadi di lima benua dan wilayah Arktika tahun lalu, diperparah oleh faktor manusia. Laporan ini menggarisbawahi, selain karena penyebab alami, tim peneliti juga menemukan bukti kontribusi manusia dalam beberapa kejadian cuaca ekstrem pada 2012.
Kontribusi ini bersumber dari perilaku manusia yang meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan global.
"Laporan ini menunjukkan pemahaman mengenai penyebab cuaca ekstrem dan kondisi iklim baik yang dipicu oleh faktor alami maupun oleh faktor manusia semakin meningkat," ujar Thomas R. Karl, L.H.D, Direktur National Climatic Data Center (NCDC) dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration).
Selain meneliti 12 cuaca ekstrem di seluruh dunia, tim peneliti juga menganalisis empat kondisi ekstrem yang terjadi tahun lalu dari berbagai sisi. Keempat kejadian itu adalah panas di Amerika Serikat, sebaran es di benua Arktika yang mencapai level terendah dan curah hujan yang tinggi baik di Eropa maupun di Australia timur.
Walaupun menggunakan strategi yang berbeda, tim peneliti mencapai kesepakatan mengenai penyebab cuaca ekstrem. Kondisi cuaca ekstrem di satu wilayah dan di wilayah lain saling terkait. Faktor alami dan faktor manusia, menurut tim peneliti menyebabkan gelombang panas ekstrem pada musim semi dan musim panas di AS tahun lalu.
Frekuensi gelombang panas di AS naik empat kali lipat tahun lalu akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh faktor manusia. Sekitar 35 persen dari gelombang panas ekstrem di wilayah timur Amerika Serikat antara bulan Maret dan Mei 2012, semuanya terkait dengan perubahan iklim.
Demikian juga dengan badai Sandy. Tim peneliti menyimpulkan, kenaikan air laut yang dipicu oleh faktor alami dan faktor manusia telah melipatgandakan risiko banjir ekstrem, dipicu oleh meningkatnya frekuensi badai skala kecil yang terjadi setelah badai Sandy.
Sementara sebaran es di benua Arktika yang mencapai titik terendah pada musim panas 2012, tidak bisa dijelaskan hanya karena penyebab alami. Penyebaran es di benua Arktika pada musim panas akan terus berkurang pada masa datang dan sebagian besar akan menghilang pada pertengahan abad ini dipicu oleh faktor perubahan iklim.
Sementara itu, di Inggris dan Australia, curah hujan yang sangat tinggi tahun lalu juga dipicu tidak hanya oleh faktor alami namun juga oleh faktor perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Peningkatan suhu permukaan air laut dan kelembapan udara menjadi pemicunya.
Khusus di Australia bagian tenggara, curah hujan ekstrem antara bulan Oktober 2011 dan Maret 2012 sebagian besar dipicu oleh kondisi La Nina, namun peningkatan curah hujan pada bulan Maret yang di atas rata-rata - naik antara 5-15 persen - semua disebabkan oleh perilaku manusia yang memengaruhi iklim.
Solusinya tersedia. Jika dunia ingin menghindari dampak berbahaya dari cuaca dan perubahan iklim yang makin ekstrem, dunia harus mengambil langkah tegas dan cepat dalam satu dekade ini untuk mengurangi emisi gas rumah kaca guna mencapai target pengurangan emisi pada 2050.
Sebanyak 18 tim peneliti dari seluruh dunia menyimpulkan, enam dari 12 cuaca ekstrem yang terjadi di lima benua dan wilayah Arktika tahun lalu, diperparah oleh faktor manusia. Laporan ini menggarisbawahi, selain karena penyebab alami, tim peneliti juga menemukan bukti kontribusi manusia dalam beberapa kejadian cuaca ekstrem pada 2012.
Kontribusi ini bersumber dari perilaku manusia yang meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan global.
"Laporan ini menunjukkan pemahaman mengenai penyebab cuaca ekstrem dan kondisi iklim baik yang dipicu oleh faktor alami maupun oleh faktor manusia semakin meningkat," ujar Thomas R. Karl, L.H.D, Direktur National Climatic Data Center (NCDC) dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration).
Selain meneliti 12 cuaca ekstrem di seluruh dunia, tim peneliti juga menganalisis empat kondisi ekstrem yang terjadi tahun lalu dari berbagai sisi. Keempat kejadian itu adalah panas di Amerika Serikat, sebaran es di benua Arktika yang mencapai level terendah dan curah hujan yang tinggi baik di Eropa maupun di Australia timur.
Walaupun menggunakan strategi yang berbeda, tim peneliti mencapai kesepakatan mengenai penyebab cuaca ekstrem. Kondisi cuaca ekstrem di satu wilayah dan di wilayah lain saling terkait. Faktor alami dan faktor manusia, menurut tim peneliti menyebabkan gelombang panas ekstrem pada musim semi dan musim panas di AS tahun lalu.
Frekuensi gelombang panas di AS naik empat kali lipat tahun lalu akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh faktor manusia. Sekitar 35 persen dari gelombang panas ekstrem di wilayah timur Amerika Serikat antara bulan Maret dan Mei 2012, semuanya terkait dengan perubahan iklim.
Demikian juga dengan badai Sandy. Tim peneliti menyimpulkan, kenaikan air laut yang dipicu oleh faktor alami dan faktor manusia telah melipatgandakan risiko banjir ekstrem, dipicu oleh meningkatnya frekuensi badai skala kecil yang terjadi setelah badai Sandy.
Sementara sebaran es di benua Arktika yang mencapai titik terendah pada musim panas 2012, tidak bisa dijelaskan hanya karena penyebab alami. Penyebaran es di benua Arktika pada musim panas akan terus berkurang pada masa datang dan sebagian besar akan menghilang pada pertengahan abad ini dipicu oleh faktor perubahan iklim.
Sementara itu, di Inggris dan Australia, curah hujan yang sangat tinggi tahun lalu juga dipicu tidak hanya oleh faktor alami namun juga oleh faktor perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Peningkatan suhu permukaan air laut dan kelembapan udara menjadi pemicunya.
Khusus di Australia bagian tenggara, curah hujan ekstrem antara bulan Oktober 2011 dan Maret 2012 sebagian besar dipicu oleh kondisi La Nina, namun peningkatan curah hujan pada bulan Maret yang di atas rata-rata - naik antara 5-15 persen - semua disebabkan oleh perilaku manusia yang memengaruhi iklim.
Solusinya tersedia. Jika dunia ingin menghindari dampak berbahaya dari cuaca dan perubahan iklim yang makin ekstrem, dunia harus mengambil langkah tegas dan cepat dalam satu dekade ini untuk mengurangi emisi gas rumah kaca guna mencapai target pengurangan emisi pada 2050.