 |
| Pulau Kenawa |
Pulau seluas 13.8 hektar ini terletak di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di dekat Pelabuhan Laut Poto Tano di Pulau Sumbawa. Memiliki pantai berpasir putih, Pulau Kenawa menjadi pilihan bagi traveller untuk menikmati kesunyian. Gazebo kecil di pulau itu dan padang rumput yang memenuhi hampur seluruh pulau menambah kenyamanan berdiam di pulau ini.
Pulau Kenawa berjarak sekitar 15 menit naik kapal motor nelayan dari Pelabuhan Poto Tano Sumbawa. Dermaga untuk menyeberang ke pulau ini berbeda dengan dermaga kapal feri penyeberangan Lombok-Sumbawa. Lokasinya sekitar 200 meter sebelah utara pelabuhan Poto Tano, jadi pastikan jangan sampai salah.
Pototano Setelah berbelanja air mineral, beras dan ikan segar untuk dibakar di pulau nanti, saya dan teman-teman traveller lain yang berjumlah 12 orang menyeberang ke Kenawa dengan menyewa kapal nelayan setempat. Rencananya kami akan menginap satu malam di pulau tersebut.
Pak Soleh, nelayan yang mengantar kami menyeberang dengan kapal kayunya, sangat ramah dan bersahabat. Kebetulan beberapa anak nelayanpun ingin ikut mengantar kami ke pulau Kenawa. Jadilah kami ramai-ramai menuju Kenawa.
“Di kampung saya ini, banyak orang yang pekerjaan sehari-hari menangkap ikan, namun ada juga beternak,” kata Pak Soleh bercerita dalam perjalanan mengantar kami ke Kenawa.
“Rumah rata-rata dibangun di atas air, khawatir jika terjadi air pasang,” lanjut Pak Soleh.
“Kalau rumah di atas air, untuk minum dan mandi bagaimana Pak?” tanyaku.
“Itulah… jadi untuk air kami harus membeli air, karena pasokan air bersih tidak sampai ke rumah-rumah kami. Air sumur juga rasanya payau, nggak cocok buat diminum,” jawab pak Soleh.
Kampung-PototanoSaya membayangkan betapa bersyukurnya saya selama ini, yang masih mudah mendapatkan akses air bersih. Di sini, bahkan untuk mandi saja harus bayar. Jadi teringat tadi siang, ketika ingin bersih-bersih sepulang dari keliling Sumbawa Barat, kami ingin mandi. Jadi berbondong-bondong kami mencari mesjid yang dekat dari pelabuhan. Dan kami antri dengan rapi untuk bergantian menggunakan kamar mandinya.
“Itu pulau Kenawa !” ucap Pak Soleh sembari menunjuk ke depan.
kenawaDari kejauhan kami bisa melihat pulau kecil tersebut dengan bukit kecil serta dermaga kayu yang khas tepat berada di tengah pulau. Semakin mendekat, semakin terlihat pasir putih yang seakan memeluk pulau ini. Di tengahnya tampak rumput ilalang tinggi. Menakjubkan !
Belum sempurna kapal merapat di pasir putih, kami sudah berloncatan keluar dari kapal, berlarian seperti anak kecil. Tampak beberapa rumah gazebo kosong berbentuk panggung. Gazebo ini muat sekitar 5-10 orang. Agak ke tengah, terdapat rumah dengan teras kecil. Di sampingnya terdapat bangunan WC. Kondisinya kurang terawat dan kotor. Kami pun meletakkan perbekalan dan ransel di gazebo dan bergegas menuju bukit di bagian belakang pulau.
Hari sudah sore, mataharipun bergerak turun. Beberapa teman kelihatan seperti titik kecil berada di puncak bukit. Saya sendiri lebih memilih esok pagi untuk naik ke atas bukit sambil menyaksikan sunrise. Malamnya kami habiskan waktu dengan tidur lebih cepat. Meski tidur berdempet-dempetan karna sempit, kami tetap nyaman. Mungkin karna suasana pulau yang hening dan gelap, kami cepat tertidur.
Heningnya pulau ini karena memang tidak berpenghuni. Pulau ini juga belum mempunyai sumber listrik dan air bersih, yang mengakibatkan tidak tersedianya prasarana seperti toilet dan penginapan. Namun yang membuat kami terhibur adalah sinyal salah satu provider masih tertangkap, jadi aktivitas mengirim kabar ke saudara dan teman tetap lancar, termasuk update status beserta foto narsis ;)
bukit-kenawa
Pagi hari jam 5 selepas shalat Subuh, saya dan beberapa teman bergegas mendaki bukit. Suasana masih remang-remang, ilalang masih basah oleh embun. Namun kami tetap berjalan membelah rerumputan Kenawa. Tidak terasa 15 menit mendaki membawa kami berdiri di atas bukit, matahari belum tampak.
KenawaSepotong roti, sebotol air mineral serta gagahnya Gunung Rinjani menemaniku menunggu sunrise. Perlahan, matahari mulai muncul di balik pegunungan Sumbawa. Perlahan pula menghampar pemandangan indah di depan mata.
Dari titik kami berdiri, seluruh landscape pulau terlihat. Lautan yang tenang seakan Begitu sempurna menyajikan keindahan Kenawa. Kami pun berjalan menyusuri sampai ke belakang bukit. Tetap indah. Dari sudut manapun, Kenawa tetap memberi decak kagum kami.
KenawaSetelah puas mengabadikan foto, kami pun bergegas turun dari bukit, berkumpul dengan teman-teman lainnya untuk sarapan di gazebo dan kemudian berenang di pinggir darmaga kayu. Saya sendiri melewatkan sarapan dan langsung nyebur ke jernihnya laut pantai Kenawa.
Ternyata tidak hanya pemandangannya, Pulau Kenawa juga memiliki kekayaan laut yang melimpah. Dengan pantai pasir putihnya dan kerang-kerang yang bertebaran di pantai, saya juga menemukan binatang-binatang laut seperti kepiting kecil dan bintang laut yang unik.
Tanpa terasa, matahari sudah makin tinggi. Kami harus kembali ke Poto Tano untuk mengejar kapal penyeberangan sore menuju Pelabuhan Kayangan Lombok. Kapal kayu pun bergerak pelan, siap membelah perairan untuk kembali ke Pototano
Transoprtasi menuju Pulau Kenawa Sumbawa (Data tahun 2013)
– Dari kota Mataram menuju Pelabuhan Kayangan angkutan umum Rp 20.000-35.000.
– Dari Pelabuhan Kayangan Lombok menyeberang ke Pelabuhan Poto Tano Sumbawa naik kapal feri Rp 20.000.
– Sewa kapal nelayan Rp 250.000-400.000/kapal.
Obyek wisata lain di Sumbawa
– Danau Lebo Taliwang
– Air terjun Mata Jitu Pulau Moyo
– Desa Mantar, salah satu desa tertinggi di Sumbawa, lokasi syuting film Serdadu Kumbang dengan Pohon Harapan-nya
– Deretan pantai pasir putih Pantai Sekongkan, Pantai Maluk dan Pantai Tropical
– Pulau Bungin, pulau kecil seluas 8 hektar terpadat didunia melebihi kepadatan pulau Jawa
“Aku seorang petualang, ragaku selalu berpindah dari satu tempat ketempat yang lain, jiwaku selalu berjalan mencari keindahan.” smbr info, Klik Here
