Keindahan Bahari Raja Ampat |
Lewat program Coral Reef
Rehabilitation and Management Program (COREMAP), Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) memadukan konservasi alam, pariwisata dan ekonomi di
Raja Ampat, Papua.
“Program Coremap sudah masuk tahap
III, dimulai pada tahun 2013 dan berakhir pada 2017,” demikian
pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, dalam
kunjungan kerja di kawasan konservasi Raja Ampat baru-baru ini (Sabtu
26/04).
Menurut Sharif, tahap II Coremap dimulai pada tahun 2003 hingga 2011, salah satu lokasinya di Kabupaten Raja Ampat.
Program Coremap merupakan bentuk
aktifitas pengelolaan kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat,
pengembangan mata pencaharian alternative, monitoring kondisi kesehatan
ekosistem terumbu karang yang dilakukan secara berkala, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya secara
lestari dan berkelanjutan.
Wujud nyata program ini diakui sudah
banyak dinikmati masyarakat. Disetiap kampung di kabupaten Raja Ampat
memiliki suatu Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK)
dengan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK).
LPSTK ini mengelola dana Village Grant
untuk pembangunan fisik di kampung, yang besarannya berkisar Rp 50 – Rp
100 juta. Disamping itu terdapat Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
mengelola dana Seed Fund (dana bergulir) di setiap kampung, yang
besarannya berkisar Rp 50 – Rp 100 juta. Dana ini dimanfaatkan
masyarakat untuk menunjang mata pencaharian alternatif masyarakat.
“Berbagai macam mata pencaharian
alternatif yang dikembangkan di lokasi COREMAP II diantaranya, ikan
asin, budidaya teripang, usaha minyak kelapa, usaha kue, usaha kerajinan
tangan. Selain itu, terdapat beberapa Kelompok Masyarakat (pokmas) di
setiap kampung, antara lain Pokmas Konservasi dan Pengawas, Pokmas Usaha
dan Produksi dan Pokmas Pemberdayaan Masyarakat,” paparnya.
Saat ini, urai Sharif, di 39 kampung
lokasi COREMAP II Raja Ampat terdapat 137 kelompok masyarakat. Di setiap
kampung lokasi COREMAP II didirikan Pondok informasi yang dimanfaatkan
sebagai pusat informasi dan kegiatan-kegiatan masyarakat. Di
Sekolah-sekolah diajarkan Muatan Lokal Pesisir dan Lautan.
Masyarakat diberikan
pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas SDM, antara lain
pelatihan tentang perikanan berkelanjutan, selam dan monitoring
kesehatan terumbu karang, sistem pengawasan berbasis masyarakat dan
teknik pengambilan data potensi perikanan dan tempat pendaratan ikan.
“Dalam rangka mendukung pengelolaan
pesisir dan laut khususnya terumbu karang di Raja Ampat telah
ditetapkan Rencana Strategis Terumbu Karang dan Peraturan Daerah Terumbu
Karang No. 19 Tahun 2010,” ujarnya.
Penting untuk diketahui, Raja Ampat
memiliki potensi bawah laut yang sangat menjanjikan: pemandangan bawah
laut yang indah, memiliki keanekaragaman hayati terumbu karan dan
keragaman spesies laut terkaya di dunia, termasuk 75 persen dari semua
spesies karang yang dikenal.
“Potensi kawasan konservasi Raja Ampat
tersebut masih sangat besar. Oleh sebab itu untuk menjaganya,
diperlukan langkah-langkah strategis yang mampu mengawinkan antara
pariwisata, keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.