Tuesday, October 29, 2013

Pulau Durai Anambas, Surganya Penyu


Anambas memang menyimpan sejuta pesona. Saking banyaknya, Divemag membagi cerita Anambas ini di dua edisi Divemag; 500.000 pesona di edisi Divemag 007 dan 500.000 pesona lagi di Divemag 008 (hiii gariiing :p .red) . Bila kemarin saya telah menceritakan keindahan spot-spot diving di kepulauan terdepan Indonesia ini, sekarang saya akan menceritakan tentang perjuangan sang induk penyu dalam memperjuangkan kelangsungan spesiesnya.

Semua bermula dari penemuan saya di pasar ikan kota Tarempa (Tarempa adalah ibukota kabupaten kepulauan Anambas). Di sini saya melihat seorang nelayan menjajakan telur penyu, bentuk telurnya yang penyok-penyok kenyal dan rapuh itu sangat khas. Ironisnya, di depan nelayan tersebut, terdapat spanduk yang mengajak masyarakat untuk tidak mengkonsumsi apapun yang berasal dari penyu
.
Meski begitu, berdasarkan hasil ngobrol-ngobrol dengan warga setempat, konsumsi telur penyu ini sudah jauh menurun dibandingkan dulu. Adanya penyuluhan yang dilakukan DKP dan perusahaan-perusahaan minyak yang terdapat di Anambas, membuat masyarakat sadar dan akhirnya mengerem keinginannya untuk mengkonsumsi telur penyu dan bagian-bagian lain dari penyu.

Kepulauan Anambas memang beruntung, beberapa pulau yang terdapat disini menjadi tempat favorit para penyu untuk bertelur,salah satunya pulau Durai. Di pulau ini, dapat dipastikan setiap hari ada penyu yang “naik” untuk bertelur. Betapa senangnya saya ketika akhirnya tim Divemag (saya dan Adita) mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kebenaran dari kabar ini.





Keesokan harinya seluruh anggota rombongan tour to Pulau Durai sudah stand by di dermaga, rombongan ini terdiri dari Adita, Pak Agus Widayanto dari DKP, Pak Yus dan Pak Yanin dari Premier oil. Kendaraan yang kami gunakan adalah pongpong, dinamakan pongpong karena bunyi mesinnya pong pong pong..(males bgt ya cari namanya hehe red.).

Pulau Durai dapat dicapai dalam waktu kurang lebih 3 jam. Cukup lama memang, selain karena letaknya yang lumayan jauh, faktor ombak yang besar menambah lamanya perjalanan. Ngomongin soal ombak, ada kejadian lucu juga, Adita bener-bener gampang mabok laut, saya hitung, dia “ngasih makan lele” sampai lima kali hehehe..piss Diitt..;), (baru saya ketahui kemudian, rekornya adalah 7 kali jack-pot, damn belum memecahkan rekor! Piss sekali lagi dit hehe)

Akhirnya setelah terombang ambing di laut dan di siram oleh air laut yang menerpa masuk dalam kapal, kita sampai juga di Pantai Pulau Durai. Tunggu..! ternyata ga ada dermaganya..:( yup! Kita harus pake jongkong..nah apalagi nih..hihi ternyata perahu kecil..selain tidak ada dermaga, pesisir pulau Durai sangat landai, karena itu kita harus nunggu jemputan dari penunggu di pulau Durai. Kapal yang sudah berhenti, semakin keras di goyang ombak..saya dah ga sabar lagi nunggu jongkong, dan sudah ga kuat lagi berdiam di kapal, akhirnya terjun ke laut dengan peralatan snorkle, sekalian liat-liat bawah laut..ngeless..hehe. Tubuh saya dibawa ombak sampai akhirnya dengan selamat terdampar di pantai Pulau Durai, dengan sisa tenaga yang ada..lebayy hihi..saya menginjakkan kaki di satu-satunya rumah yang ada di pulau Durai. Rumah Pak lani! Pak Lani adalah penjaga telur-telur penyu di pulau Durai. Dengan ditemani istrinya, anak angkatnya, Amelia dan dua orang saudaranya, Sudirman dan Teli, ia menjaga sarang-sarang penyu yang ada di pulau Durai dari tangan-tangan jahil yang ingin mencuri telur penyu tersebut. Dulu, Pak Lani hidup sendirian, hanya ditemani oleh puluhan kucingnya. Namun sekarang, Pak Lani ditemani istrinya dan kedua orang saudaranya, dan puluhan kucingnya? Dilepaskan disebuah pulau tak berpenghuni (mudah-mudahan bisa cari makan sendiriii, Adita sampai kepikiran ama kepikiran hidup kucing-kucing itu)

Meski saaaangat sederhana, rumah pak Lani sangaaat nyaman, buktinya Adita yang mabok laut saja langsung asyik tanpa ba bi bu tiduran di ruang tv-nya, yaa maklum lah lemes abis jack-pot haha. Penerangannya dan sumber listrik di rumah ini berasal dari genset. Oh ya disini tapi ada tv dan parabola loh! keren kan hehe..




Malam itu kita sambil menunggu naiknya penyu, kita sempatkan untuk bertukar cerita dengan Pak Lani. Ternyata Pak Lani berasal dari pulau Binongko, salah satu pulau di Wakatobi, Sultra..!! Di tahun 1957 beliau sudah merantau dan sejak tahun 1990 sudah menghuni pulau Durai. Dulu dia adalah salah satu pengambil telur penyu, namun sejak diadakannya program pelestarian penyu di Kepulauan Anambas, Pak Lani pun sadar, dan akhirnya ditunjuk sebagai penjaga telur-telur penyu di Durai.

Tiba-tiba terdengar suara Sudirman dari balik rerumputan, pelan namun tegas ; “Penyu dah naik, tapi jangan ke situ dulu, karena penyu sebelum bertelor ga boleh di gangu, dia akan kembali ke laut dan ga jadi bertelor”. Setelah menunggu beberapa lama, dengan perasaan berdebar-debar kami mendekati penyu yang tengah bertelur itu..SHOWTIIIME! betul-betul haru rasanya, bisa menyaksikan penyu yang bertelur. Saya lihat banyak lubang-yang digali, oow ternyata kata pak Lani, lubang-lubang itu ditujukan untuk mengecoh para predator telur.

Dalamnya lubang saya lihat sekitar 30cm, didalamnya telah terdapat satu-dua telur yang masih segar dan basah, sang induk masih terus mengeluarkan telurnya. Proses peneluran ini cukup lama, hmmm sekitar setengah jam ada sihh…sang penyu pun menjadi artis dadakan, jepret sana, jepret sini…waaah heboh daaah.

Setelah bertelur penyu menutupi sarang-sarangnya dengan cara menimbunnya, naah kegiatan yang satu ini perlu diwaspadai, terutama bagi photographer, karena wiii pasir pasir saling berterbangan, kuat juga ya tenaga si ibu yang baru melahirkan.
Perasaan puas malam itu terbawa ke alam mimpi, kita tidur nyeyak di rumah Pak Lani. Kecuali Adita yang memutuskan untuk tidur dalam tenda, Pagi harinya kita menyusuri pantai yang berpasir putih dan lebut, sambil melihat kembali jejak-jejak penyu yang naik tadi malam. Ternyata ada delapan ekor. Beuuh banyak juga yah ☺

Kapal kita telah datang menjemput. Saya memilih untuk snorkling lagi menuju kapal. Sambil melihat pemandangan bawah laut pulau Durai. Waowww..visibilitynya..sampai 20 meter..!! mantappp.. walaupun banyak karang-karang yang hancur karena ombak besar yang sering melanda pulau Durai, namun banyak gugusan karang yang besar dan indah bagaikan pohon rindang di suatu taman..hehe..dan tiba-tiba saya melihat wall..!! sayang cuaca jelek dan waktu kita terbatas hingga ga memungkinkan untuk diving..:( next trip okay..hehe.

Keesokan harinya, kita harus meninggalkan Terempa..hiks..:(. Kita kembali naik speed boat menuju pulau Matak, dilanjutkan dengan naik pesawat menuju Tanjung Pinang. Karena ga ada penerbangan sore, kita harus menginap di Tanjung Pinang.





Pagi-pagi sekali saya dan Dita menuju bandara, dengan satu-satunya pesawat untuk kembali ke Jakarta. Perjalanan yang sangat mengesankan..tunggu kami kembali lagi untuk menikmati indahnya alam laut Kepulauan Anambas, we will be there soon..
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Pulau Durai Anambas, Surganya Penyu Rating: 5 Reviewed By: Awaluddin Ahmad