WAMENA – Zona Damai: Tiga dari enam pemanjat tebing
Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), Minggu (27/1/2013),
berhasil menjejak di Puncak Trikora (4.750 mdpl), Papua. Keberhasilan tersebut
tercatat sebagai pemanjatan pertama yang dilakukan secara direct climbing
(pemanjatan langsung ke puncak) di Puncak Trikora.
Fandhi Achmad, salah satu pemanjat, dalam siaran pers yang
diterima Kompas.com di Jakarta, Rabu (30/1/2013) malam, mengungkapkan, sampai
berita ini diturunkan para pemanjat telah berada di Wamena untuk memulihkan
kondisi setelah dihadang badai salju dalam pemanjatan tersebut.
Pada Sabtu (26/1/2013) malam sebelum pemanjatan menuju
Puncak Trikora, base camp tim dihantam badai salju. Hal tersebut mengakibatkan
tenda, dapur, dan beberapa peralatan rusak parah. “Tapi kami bersyukur bisa
mengatasi hal tersebut dan berhasil mencapai puncak dengan pemanjatan jalur
direct serta kembali ke base camp melalui jalur normal,” ujar Fandi atau disapa
Agi.
Adapun anggota tim yang berhasil mencapai puncak adalah
Agung Rudiarto, M. Rinanda Bagus Pratama, dan Fandhi Achmad. Sementara tiga
anggota tim lainnya, yaitu Ridwan Hakim, Satrya Alfandi, dan Ina Diana bertugas
membersihkan jalur pemanjatan.
Ekspedisi Timur Nusantara merupakan ekspedisi pemanjatan
tebing Mapala UI ke Puncak Trikora, Papua. Ekspedisi yang dilaksanakan pada 19
Januari sampai 3 Februari 2013 ini bertujuan antara lain menggali potensi
wisata budaya di wilayah Wamena untuk memajukan perekonomian masyarakatnya.
“Serta menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil
mencapai Puncak Trikora melalui pemanjatan secara langsung ke puncak, dan ini
tentu semakin membangun karakter kami sebagai pemuda Indonesia untuk lebih
mengenal alam dan masyarakatnya,” ujar Ketua Mapala UI, Izmatullah.
Beragam ekspedisi
Puncak Trikora berada di zona inti kawasan Taman Nasional
Lorentz dan merupakan salah satu puncak tinggi (4750 mdpl) di Pegunungan
Jayawijaya.
Pada 1909, puncak bersalju abadi ini pernah dicoba daki oleh
Hendrikus Albertus Lorentz (1871-1944). Ekspedisi tersebut dikawal oleh Letnan
D Habbema serta beberapa porter dari suku Dayak. Mereka berhasil menginjakkan
kaki di ketinggian 4.461 mdpl, namun masih agak jauh dari puncak yang dahulu
bernama Puncak Wilhelmina.
Namun demikian, pencapaian ekspedisi Lorentz tersebut
dibayar dengan meninggalnya dua porter yang dibawanya. Lorentz sendiri nyaris
terjatuh dari tebing akibat tergelincir