Penelitian orang utang ternyata sudah dilakukan 10 tahun lalu |
Adanya perhatian internasional untuk mengadakan riset biologi sangat membuka kesempatan untuk bekerja sama, ditambah lagi dalam era globalisasi ini perguruan tinggi ditantang untuk meningkatkan kajian ilmu pengetahuan dan dapat pula berperan dengan reputasi ilmu pengetahuan secara global. Oleh karena itu bekerja sama secara bermitra sejajar dengan perguruan tinggi internasional adalah salah satu cara guna saling berbagi: pengalaman, metodologi penelitian dan bantuan pendidikan.
Universitas Nasional, dalam hal ini Fakultas Biologi yang sejak lama peduli terhadap pelestarian keanekaragaman hayati dan riset biologi lapangan telah membuka diri dan bermitra dengan berbagai universitas skala internasional. Kesempatan ini sangat membantu peningkatan ilmu pengetahuan, kemampuan riset biologi lapangan dan kemampuan untuk menulis para mahasiswa dan pengajar, serta kesempatan melanjutkan pendidikan.
Orangutang terancam kepunahannya apabila tidak dilestasikan |
Dengan adanya kepedulian dan idealisme yang sama antara kedua belah pihak terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian keanekaragaman hayati, khususnya orangutan, maka Prof. Dr. Carel van Schaik dan Dr. Maria van Noordwijk dari Anthropological Institute & Museum, Zurich University, Switzerland dan Dr. Erin Vogel dari The Departement of Anthropology Rutgers University New Jersey, USA bersama Fakultas Biologi Universitas Nasional telah menanda tangani kesepakatan kerjasama kemitraan (MoU) dalam Program Riset Orangutan di Indonesia.
”Penelitian menjadi strategi penting dalam mendukung konservasi orangutan. Penelitian akan memberikan informasi kepada pengelola bagaimana harus melakukan pengelolaan konservasi orangutan disesuaikan dengan tingkat ancaman dan permasalahan pada orangutan dan habitatnya. Habitat yang semakin sedikit dan timbulnya berbagai penyakit merupakan salah satu ancaman bagi orangutan.
Disamping itu, juga dibutuhkan adanya penelitian yang memadai tentang apakah orangutan dapat bertahan hidup pada hutan-hutan yang rusak (degraded forest areas). Selama ini, hampir semua penelitian orangutan dilakukan di hutan primer atau hutan yang gangguannya relatif kecil.
Terkadang orang utang jadi lumbung uang dalam penjualan illegal ke luar negeri |
Penelitian di hutan-hutan yang terdegradasi perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangutan bisa dapat bertahan hidup pada kondisi habitat yang kurang layak.
Penelitian yang dilakukan harus terkait dengan perkebunan dan areal pengusahaan hutan. Salah satu contoh penelitian di kawasan yang terganggu adalah penelitian orangutan liar di Pusat Penelitian Orangutan Tuanan sejak Agustus 2003. Areal penelitian ini terletak di area Mawas, Kapuas, Kalimantan Tengah.
Penelitian ini dilakukan melalui kerjasama antar beberapa universitas (dalam dan luar negeri) dan LSM lokal. Lokasi penelitian ini merupakan bekas areal PLG dan bekas HPH. Pada sisi lain, keberadaan penelitian di suatu kawasan ternyata dapat membantu melindungi kawasan tersebut baik secara langsung maupun tidak dari berbagai ancaman. Keberadaan peneliti dan aktivitasnya paling tidak dapat terus memonitor langsung kondisi kawasan serta ekologi satwa yang ada di kawasan tersebut” (Renstra OUAP, 2009 hal 39)
Dalam pelaksanaannya sejak tahun 2003, peneliti dari berbagai negara secara terpadu turut berpartisipasi bersama mahasiswa dari Fakultas Biologi UNAS dan juga dipantau oleh koordinator riset atau staf pengajar/peneliti UNAS.
Semua kegiatan dalam program riset bersama ini secara ilmiah dibimbing oleh Prof. Dr. Carel van Schaik, Dr. Maria van Noordwijk dan Dr. Erin Vogel. Kerjasama multipihak untuk mendapatkan dukungan juga dilakukan dengan pihak terkait, diantaranya adalah Universitas Palangka Raya, BKSDA Kalimantan Tengah, KPHL-Kapuas, BOS Foundation, Balit Zoologi, Puslit Biologi LIPI Cibinong, FKH-IPB, dan PSSP-IPB, serta Universitas luar negeri lainnya (Utrecht University-Belanda, Birmingham University, Kent University, Oxford Brooks University-UK).
10 tahun melakukan penelitian bersama, telah banyak hasil dan inovasi penelitian yang dipublikasikan secara nasional dan internasional. Berdasarkan hal tersebut, kami bermaksud untuk menyampaikan hasil sebuah karya terbaik ke dalam sebuah simposium bertaraf internasional, dengan melibatkan peneliti-peneliti dari Universitas Nasional, Zurich University, dan Rutgers University. Hasil penelitian tersebut juga akan dirumuskan menjadi sebuah kemajuan inovasi ilmu pengetahuan dan manfaatnya bagi dunia konservasi keanekaragaman hayati Indonesia.
Lestarikan kami, kami juga ingin hidup bebas di rumah kami |
"The main results of the orangutan project emerging from the recovering forest of Tuanan are diverse. The concern the ability of Bornean orangutans to deal with scarcity by exploiting non-fruit foods, made available using strength oe stealth (cunning). This allows the females to nurting their babies over the years, despite drastic fluctuations in food supply, and conceive and give birth virtually independently of current food availability. Another important set of results concern the development of their survival skills. Orangutan babies, like human babies, are born ignorant and naive, and must learn their skills over the years. Like in humans, much of this learning is social. As a result, skill repertoires can vary from place to place, similar to human cultural variation,” says Prof. Dr. Carel van Schaik from Zurich University.
“Beberapa penelitian telah dilakukan, terutama penelitian lapangan dalam rangka penilaian habitat, namun masih banyak kegiatan penelitian dari berbagai disiplin ilmu dibutuhkan sebelum tingkat keterancaman pelestarian orangutan dapat dikurangi. Informasi mengenai ekologi orangutan, perilaku, genetik, penyakit, sebaran geografi, dan perkiraan populasi masih sangat diperlukan untuk menunjang manajemen konservasi”, Drs. Tatang Mitra Setia,MSi, Ketua Pelaksana.
Konservasi orangutan di Indonesia memiliki banyak kendala, mulai dari terbatasnya penelitian orangutan yang dilakukan, terutama penelitian di luara kawasan konservasi kehilangan habitat akibat perubahan fungsi hutan alam menjadi kawasan budidaya dan illegal logging, perburuan, perdagangan illegal serta masih rendahnya apresiasi masyarakat luas terhadap keberadaan dan fungsi ekologis orangutan di habitatnya.
Tentunya mereka juga butuh kebahagiaan |
“Oleh karena itu kerjasama kemitraan penelitian sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan konservasi, sekaligus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia generasi muda Indonesia. Kerjasama kemitraan ini telah membawa manfaat positif bagi Fakultas Biologi Universitas Nasional, diantaranya berupa beasiswa riset untuk skripsi S1, beasiswa studi S2 dan S3 “Drs. Imran SL Tobing, MSi, Dekan Fakultas Biologi Universitas Nasional (UNAS)