Panorama di Pulau Puteri di sisi selatan yang menghadap ke Selat Malaka, Selasa (15/2).
Panorama alamnya yang indah, menggoda hati untuk kembali.
Melihat Pulau Puteri jadi teringat Pulau Sentosa di Singapura. Sama-sama terpisah dari pulau utama dan sama-sama berada di garis depan perairan selat malaka.
Namun, fasilitas yang ada di dalamnya jauh berbeda. Jika di Pulau Sentosa memang digarap sebagai tempat tujuan wisata terpadu, dimana wisatawan yang datang berkunjung dimanjakan dengan fasilitas yang lengkap, dari atraksi hiburan, hotel-hotel yang nyaman, beragam kulineri, pesona pantai, hingga kasino.
Sedangkan Pulau Puteri hanyalah sebuah pulau kecil yang masih alami tanpa fasiltas. Satu dari empat pulau terluar wilayah Batam (Pulau Pelampung, Pulau Nipah yang kini dijadikan sebagai daerah pertahanan, Pulau Batu Beranti, dan Pulau Puteri).
Hanya ada instalasi menara suar dan empat rumah dinas penjaganya. Instalasi ini di bawah pengawasan Distrik Navigasi Klas I Tanjungpinang, Dirjen Perhubungan Laut.Mercuarsuarnya berfungsi menuntun kapal-kapal agar tidak kandas atau menabrak gugusan karang di sekitar pulau tersebut.
Pulau Puteri berada di koordinat 01 derajat 12′ 29′ Lintang Utara dan 104 derajat 04′ 47′ Bujur Timur, seperti yang terpahat di batu marmer segi empat yang ditempel di sebuah tugu setinggi 160 centimeter.
Di tugu itu, terpahat juga lambang negara garuda pancasila. Pulau Puteri masuk ke dalam wilayah Kecamatan Nongsa. Jika kita akan berkunjung kesana, kita harus menuju Kampung Nongsa Pantai, Kelurahan Sambau.Sebuah kampung pesisir masyarakat Melayu yang kini statusnya menjadi Kampung Tua.
Tidak jauh dari jembatan dan pelabuhan Ferry Nongsa Pura internasional. Dari kampung inilah kita menyeberang ke Pulau Puteri.
12 kapal pancung yang berderet di bibir pantai siap melayani warga yang akan mengunjungi Pulau Puteri. Ongkosnya tidaklah mahal, antara Rp10 hingga ribu-Rp15 ribu per orang, tergantung banyaknya rombongan. Jika kita pergi ramai-ramai, kita hanya butuh mengeluarkan Rp10 ribu pergi-pulang, tapi jika hanya berdua bisa Rp30 ribu PP.
Banyak alasan orang datang berkunjung ke Pulau Puteri. Dari yang hanya ingin melepaskan penat di hari libur, ingin cari suasana baru, hingga mancing. Ya, mancing. Selain panoramanya yang indah, Pulau Puteri juga terkenal banyak ikannya, sehingga pulau ini menjadi tempat favoritnya penghobi mancing. ”Kalau mancing ke sini pasti dapat, kalau gak dapat orangnya yang goblok,” kata Junaidi, 31, warga Perumahan Nusa Indah, Tanjungpiayu yang sedang mancing di Pulau Puteri, Selasa (15/2) bersama tiga rekannya, Agus, 33, Yoyok, 28, dan Agus, 28.
Tiga jam saja, sudah banyak ikan tokak, ikan cucut, ikan timun-timun, dan ikan kaci yang nyangkut di kail mereka.”Kami pernah dapat 1 kg ikan per orang mancing di sini. Hasilnya dibakar bareng kawan-kawan di komplek, kadang dibakar langsung di sini,” ujar Junaidi yang mengaku selalu mancing di Pulau Puteri setiap hari libur.
”Pemandangannya bagus dan refreshing ke sini murah meriah mas..,” timpal Yoyok dan disambut gelak tawa tiga rekannya. Menurut Junaidi, jika sedang beruntung, kita akan dapat bonus tontonan menarik ikan lumba-lumba yang beratraksi di perairan antara pantai Nongsa dan Pulau Puteri.”Lumba-lumbanya berputar-putar aja di situ, kadang melompat-lompat,” ungkap Junaidi serius sambil menunjuk ke laut berwarna biru itu.
Demikian juga menurut Rohana, 54, pemilik warung makanan dan minuman di Pulau Puteri, ”Kalau pas hujan dan ada angin, ikan lumba-lumbanya baru muncul,” tukas perempuan yang sudah 24 tahun berjualan di pulau tersebut.
Pulau Puteri tidak hanya menjadi syurga penghobi mancing, pasir putihnya yang tidak kasar juga nyaman untuk bermain walaupun tidak sepanjang Pantai Melur di Pulau Galang.
Meskipun kecil, pohon pinus, kelapa, bakau, dan pohon lainnya tumbuh rindang di sini. Sehingga pengunjung bisa berteduh dengan nyaman dari sengatan matahari.
Seperti yang tampak di hari itu, puluhan pengunjung yang rata-rata datang berombongan, menggelar tikar di bawah pohon yang rindang tersebut sembari menikmati bekal makan siangnya.
”Di sini suasananya nyaman, apalagi datang bersama keluarga. Selain tidak terlalu ramai tempatnya juga teduh,” ucap Rino Indrimiranto, 29, warga Perumahan Kurnia Djaja Alam yang datang bersama keluarga dan tetangganya ini.
Ternyata, selain ikannya melimpah, kerang juga mudah ditemui di pulau memanjang ini. Meskipun matahari terasa menyengat, sejumlah pengunjung tampak asyik mengorek pasir dan mencongkel karang di pantai sisi selatan mencari kerang jenis kerang bulu.
”Kerangnya banyak, ini yang ke dua kalinya turun,” tukas Bella, 48, warga Perumahan Puri Mas yang sedang asyik mencongkel kerang bersama adik dan keponakannya, Sertali, 40, dan Fitri, 9, sambil menunjukkan timbanya yang sudah penuh dengan kerang bulu.
Tak hanya Bella yang mencari kerang hari itu, puluhan pengunjung lainnya juga asyik mengorek pasir dan mencongkel batu-batuan yang menghampar di pantai pulau itu.Dan rata-rata bisa membawa pulang sekantong kresek ukuran sedang dan besar.
Mancing, berenang, bermain sepak bola, atau hanya sekadar menikmati indahnya panorama pantai Nongsa yang banyak terdapat resort dan pohon-pohon kelapanya yang menjulang, atau sekadar menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit Singapura dan kapal-kapal yang hilir mudik di selat malaka. ”Pemandangannya asyik, apalagi kalau dilihat dari Nongsa. Tempatnya juga bersih,” komentar Yunan, 19, yang datang bersama kekasihnya, Mely, 19.***
Pulau Puteri tampak dari pantai Nongsa.
Dulu Ramai Dikunjungi Wisatawan Mancanegara
Panorama alamnya yang menggoda, selalu menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya warga Batam yang senang bertandang ke Pulau Puteri, bahkan wisatawan manca negara pun sering berkunjung ketika pulau ini dikelola oleh Batam View beberapa tahun yang lalu.
”Kalau sekarang sudah jarang, tapi ketika dikelola Batam View, banyak bule, Jepang, Korea, dan turis Singapura berkunjung ke sini. Kamipun kecipratan rezeki,”ungkap Arsyad, penarik pancung Nongsa-Pulau Puteri.
Tak hanya penarik pancung yang kecipratan rezeki oleh kunjungan wisatawan, pedagang kecil seperti Sahmudin, 56, juga merasakan nikmatnya kunjungan tamu wisata itu. ”Soft drink aja 1 dolar US waktu itu,” kata Sahmudin, suami Rohana ini tersenyum.
Menurut cerita Sahmudin, dulu, Pulau Puteri menjadi tempat mencari barang kadaluarsa yang hanyut dari Singapura dan kayu-kayu yang terdampar. ”Barang-barang yang sebenarnya masih layak itu mereka (Singapura) buang ke laut, kandasnya ya di sini (Pulau Puteri). Tapi sekarang gak boleh lagi, sekarang mereka bakar,” tukas pria yang tinggal di Nongsa sejak 1965 ini mengenang masa kecilnya. (esont)***
Foto Galery :
Pancung yang melayani Nongsa-Pulau Puteri.
Dua pengunjung Pulau Puteri berlatar belakang mercusuar.
Junaidi, 31, Agus, 33, dan Yoyok, 28, memancing di Pulau Puteri.
Yoyok nunjukin ikan cucut, hasil tangkapannya.
Asyiknya main bola di pasir yang tidak kasar.
Menikmati indahnya panorama selat malaka dari Pulau Puteri yg teduh.
Rino Indrimiranto, 29, (kanan) warga Perumahan Kurnia Djaja Alam menkmati liburannya bersama keluarga dan tetangganya di Pulau Puteri.***