Jenis Situs : Sarana pertahanan Lokasi Desa/Kelurahan : Balangnipa Kecamatan : Sinjai Utara Kabupaten : Sinjai
|
PLH Indonesia-Sebuah benteng peninggalan masa lampau di
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan ramai dikunjungi warga pada hari libur.
Benteng sebagai simbol bersatunya tiga kerajaan dan dijadikan benteng
pertahanan bagi kolonial Belanda ini masih menyimpan beregam pesona serta
misteri.
Benteng Balangnipa yang terletak di Kelurahan Balangnipa,
Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan ini didirikan pada
tahun 1557 oleh tiga kerajaan setempat yakni kerajaan Bulo-bulo, Lamatti dan
Tondong yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Tellulimpoe.
Dalam sejarah, tiga kerajaan ini berada dibawah naungan
Kerajaan Gowa yang merupakan kerajaan terkuat di kawasan Indonesia Timur pada
masa lalu. Secara geografis, benteng ini berada di pinggir Sungai Tangka yang
memiliki hulu dari gunung Bawakaraeng hingga ke lepas Pantai Mangngarabombang.
Sungai Tangka merupakan perbatasan wilayah antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan
Bone.
Di awal pembangunannya benteng ini terbuat dari bahan batu
gunung yang ditempel dengan lumpur dari sungai sebagai alat perekat dan
memiliki arsitektur sisi utara dengan luas 49,45 meter, sisi barat 49,10 meter,
sisi selatan 30,47 meter, sisi timur 49,27 meter, ketebalan dinding 0,50 meter.
Pintu benteng yakni pintu utama selebar 4 meter dengan 2 daun pintu.
Selain dijadikan sebagai benteng pertahanan, dahulu kala
benteng ini juga dijadikan sebagai pusat adiminstrasi tiga kerajaan lantaran
letaknya yang berada persis di depan pelabuhan kuno Sungai Tangka. Seiring
dengan perkembangan zaman benteng ini pun berubah fungsi seperti saat perang
maha dahsyat antara Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan
kolonial Belanda bersama sejumlah kerajaan kecil yang berada di bawah naungan
Kerajaan Gowa yang kemudian berafiliasi ke kolonial Belanda.
Benteng ini pun turut merasakan dentuman meriam penjajah
Belanda hingga akhirnya takluk pada tahun 1859-1961. Benteng ini pun kembali
dibangun oleh Belanda dengan arsitektur khas Eropa yang hingga kini bangunannya
masih tetap bertahan. "Dulu di sini ada pelabuhan di depannya. Jadi selain
pusat administrasi dan perdagangan benteng ini juga menjadi pusat persinggahan
bagi pembesar Kerajaan Gowa dan terakhir menjadi benteng pertahanan dari kepungan
penjajah," ujar Lukman Dahlan, Pelaksana Tugas Harian (PLT) Kepala Dinas
Pariwisata Kabupaten Sinjai.
Benteng yang berdiri kokoh dengan sejumlah bangunan ala
Eropa ini memiliki sejumlah gedung yang dahulunya menjadi pusat administrasi
bagi pemerintahan kolonial Belanda. Jika berada di dalam benteng ini maka
pengunjung akan merasakan kesejukan di antara pepohonan indang serta bangunan
kokoh peninggalan masa lalu.
Sekilas benteng ini juga memiliki berbagai macam misteri
dengan kerapnya terdengar rintihan tangisan serta tabuhan gendang perang serta
suara ringkikan kuda. Konon suara tersebut terdengar pada malam tertentu.
"Kalau suara tentang tabuhan genderang perang serta suara orang
berteriak-teriak sering kita dengar di sini tapi itu kami anggap sudah biasa
karena sejak dulu begitu," kata Arfah Punggawa, salah seorang warga yang
bermukim tidak jauh dari benteng tersebut.
galery fotonya :