Foto By Erland Erlangga
Senyum saya otomatis mengembang manis seiring dengan adrenalin yang terpompa tanpa diaba-aba. Merasa seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah ulang tahun.
Senyum saya otomatis mengembang manis seiring dengan adrenalin yang terpompa tanpa diaba-aba. Merasa seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah ulang tahun.
“Akhirnya, the pink
beach” saya berkata pada diri saya sendiri.
Lebih dari 3 tahun
keinginan untuk ke pantai ini menghantui pikiran saya, posisi kedua setelah
lamunan bertemu Maria Ozawa. Namanya saja sudah menggoda, Pantai merah atau
lebih terkenal dengan Pink/ Red Beach. Sesuai namanya pantai ini memiliki pasir
yang apabila dilihat seakan berwarna merah. Keunikannya itu membuat seorang
pencinta pantai yang mendengarnya terhasut. Terlebih mengingat pantai ini ada
di negeri sendiri, memecut rasa nasionalisme untuk masuk kedalam daftar wajib
dikunjungi.
Saya masih berdiri
diatas kapal seratus meter dari pesisir pantai. Air jernih membuat terumbu
karang yang berwarna warni dapat dilihat dari atas air. Bermacam ikan mengintip
malu dari balik karang, seolah menggoda saya untuk mengambil snorkel dan
menyatu dengan laut.
Pink Beach juga
memiliki keindahan alam bawah laut yang menawan dengan ikan yang beragam. Tidak
sulit untuk bertemu clown fish yang berlindung di anemone atau ikan laut lainnya.
Arus di bawah air yang sedang deras kala itu, membuat saya mengeluarkan tenaga
ekstra untuk berenang. Bagi kalian yang ketika SMP sering bolos pelajaran
praktek berenang seperti saya, ini adalah waktu membayar kelakuanmu nak!.
Pantai ini tidak panjang,
Mungkin hanya beberapa ratus meter saja, berbentuk sabit membuat terksturnya
lebih menawan. Diapit dua bukit kecil yang berbatu dan memunggungi perbukitan
hijau yang rapi bak taman teletubies. Membuat saya ingin menyanyi dan menari
riang di perbukitan itu dan diakhiri dengan pelukan, damai sepertinya hidup
menjadi sebuah boneka berwarna-warni. Diujung horizon terlihat bukit berwarna
keemasan karena bermandikan matahari, seolah 360 derajat pantai ini tidak
meninggalkan celah untuk dihias. Ah, Indonesia memang cantik kawan!.
Warna merah pantai ini
disebabkan oleh Foraminifera atau forams, yaitu sejenis plankton yang
memproduksi semacam kerang berwarna merah dan terpecah menjadi serpihan kecil.
Serpihan inilah yang bercampur dengan pasir putih dan menjadikan seluruh
pesisir pantai ini berwarna warna kemerahan, meninggalkan identitas pada sebuah
pantai yang mendunia.
Ah, satu lagi pantai
yang saya coret dari wist list saya, dan perasaan saya campur aduk. Senang
karena akhirnya saya bisa sampai disini. Namun juga sedih karena harus
meninggalkan lamunan yang sudah akrab dengan pikiran saya. Karena sejujurnya
lamunan berada di pantai ini sudah menjadi candu, seakan pembangkit semangat
ketika saya sedang butuh liburan. Dan saya baru saja menelan pil detoksnya.