plh Silajara Cab Batam~Wisata hutan mangrove atau hutan bakau yang terletak di Sungai Carang, Tanjungpinang kondisinya cukup mengenaskan. Pelantar yang mengitari kawasan cagar budaya peninggalan Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga ini mengalami kerusakan.
Seperti yang nampak, Selasa (2/7), terdapat cukup
banyak lantai pelantar yang bolong. Demikian pula dengan pagar pengaman
pelantar. Sebagian besar pagar sudah tak ada lagi, terlepas dan kayunya nampak
berserak di bawah jembatan. Kondisi ini tentunya cukup membahayakan bagi
wisatawan yang melalui pelantar. Selain kondisi lantai yang nampak rapuh, pagar
pelantar yang tersisa membahayakan wisatawan yang melintas lantaran sudah tidak
kokoh lagi. Pengunjung harus ekstra hati-hati saat melalui pelantar.
“Bahaya. Sayang sekali ya. Padahal tempat ini
asyik,” kata Novi Amalia, seorang wisatawan asal Palembang, Sumatera Selatan.
Menurut salah seorang pengelola kawasan wisata
hutan mangrove, sejak kawasan wisata mangrove itu dibangun pada tahun 2010,
belum ada perawatan terlebih lagi perbaikan dilakukan pemerintah, dalam hal ini
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang.
Untuk kembali mengingatkan, wisata hutan mangrove
ini dioperasikan mulai Januari 2010. Dibangun sebagai kawasan wisata alternatif
bagi wisatawan untuk menikmati keindahan alam hutan mangrove sekaligus
mengingat kembali memori kolektif sejarah masa lampau yang ada di kawasan cagar
budaya peninggalan Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga yang dibangun pada masa
Sultan ke-VIII, Sultan Abdul Jalil Syah III (1623-1677).
Kawasan ini dulunya merupakan pusat kerajaan yang
secara resmi dipindahkan dari Johor pada masa Sultan Ibrahim Syah pada tahun
1677 sampai tahun 1685, dikenal berbagai kalangan dengan Kota Raja, Kota Lama
dan terakhir dikenal dengan Kota Rebah. Menurut Suryatati A Manan yang menjabat
Walikota Tanjungpinang ketika itu, hutan bakau di kawasan Kota Rebah ini
memiliki keunikan tersendiri. Dari 12 jenis hutan bakau di kawasan ini, ada
jenis bakau yang disebut masyarakat lokal dengan nama Terutum. Jenis bakau ini
menjadi tempat berkembangnya habitat kunang-kunang sehingga indah saat dilihat
pada malam hari.(ame)