Kesenangan yang ditawarkan Pancuran Hutan Mukakuning.
Melintasi sungai kecil di Hutan Mukakuning.
Kadang mendaki, kadang melintasi jembatan batang pohon.
By: http://esont.wordpress.com/ To plh Indonesia, Kalau ada waktu luang, boleh kita berkenalan kalau ada niat liburan, datanglah ke Pulau Batam
Bosan berlibur dengan suasana pantai atau jenuh dengan suguhan hiburan yang ditawarkan kota dengan mall-mallnya? Berlibur ke hutan gak ada salahnya. Sedikit menantang memang, karena jalurnya pasti tidak semulus jalan aspal. Tapi segarnya udara dan lebatnya daun-daun hijau dari pohon-pohonnya yang tinggi-tinggi akan menebus lelah selama perjalanan.
Di tengah hutan juga menyimpan keindahan yang tidak bisa ditemui di tengah kota maupun di pesisir pantai. Air terjun yang terletak di hutan Dam Mukakuning mungkin bisa jadi pilihan untuk mengobati kebosanan dan kejenuhan kita. Alamnya yang relatif masih hijau dan alami merupakan nilai plus yang patut kita hargai.
“Pertama kali ke sana, gak percaya di Batam ada yang seperti ini,” Ketua komunitas pecinta alam Batam, Cumfire (Courage Unity Men Friendship and Explorer), Muhammad Sandri Irawan, 23, menceritakan kekagumannya ketika pertama kali melihat air terjun Hutan Mukakuning, awal 2006 silam.
Lajang asal Tanjugpinang yang akrab dipanggil sandri ini, kerap mengunjungi air terjun yang belum ada namanya itu bersama komunitasnya.”Kami menyebutnya pancuran bukan air terjun, karena ketinggiannya hanya dua setengah meter,” katanya.
Airnya cukup segar karena airnya mengalir dari sumber mata air yang ada di hutan itu. Meskipun tidak sederas air terjun yang banyak di Pulau Jawa atau Sumatera, pancuran itu lumayan sebagai oasis di Batam yang panas. Mengalir melewati sungai kecil yang cukup panjang sebelum jatuh ke lubuk yang berdiameter sekitar delapan meteran. Menyusuri aliran air alami itu tentu akan memberi sensasi yang menarik.
Tak heran, jika Sandri dan rekan-rekannya di Cumfire selalu menjadikan pancuran itu sebagai jalur wajib ketika melintasi hutan kecil sekitar Mukakuning-Seiladi. “Pancuran itu keindahan yang tersembunyi,” ungkapnya.
“Layak untuk wisata alam, tapi kami juga khawatir, karena kalau sudah banyak orang yang berkunjung tentu akan membawa bekal yang akan meninggalkan sampah, sementara pancuran itu belum ada yang mengelola,” ujar Sandri dengan nada serius. “Sekarang saja, batu-batunya sudah ada coretan piloxnya. Dan kami juga sering menjumpai pohon-pohon besar tumbang di sekitar pancuran karena ulah penebang liar,” Sandri mengungkapkan kekhawatirannya.
Senada dengan Sandri, Putra juga berkomentar sama.”Kami kalau pulang dari pancuran itu selalu menyempatkan mengumpulkan sampah-sampah yang ada di sana,” ujar anggota Sekretaris Bersama Pecinta Alam (Sekber PA) Batam ini. Untuk melestarikan dan menjaga alam, Sekber PA Batam tidak mengganggu binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sana,”Kami juga mendata jenis-jenis tumbuhan yang ada di sana,”ucap Putra.
“Kami biasanya berangkat hari Sabtu dan bermalam di sana, Minggu paginya bikin track (jalan) ke Seiladi. Masih Putra, “Malam hari suhu udaranya cukup dingin dan pagi harinya berkabut,” ucapnya.***
Pintu masuk ke pancuran bisa melalui Kampung Aceh dan Seiladi. jalurnya baru bisa dilalui dengan berjalan kaki. Bisa ditempuh satu jam perjalanan jika masuk lewat Kampung Aceh, “Lima belas menit menyusuri pinggiran Dam Mukakuning, selebihnya menyusuri hutan,” terang Tofaneo Dean, 17, anggota Pramuka Batam yang pernah dua kali mengunjungi pancuran.
“Meskipun melintasi jalan hutan, pemandangannya semakin ke dalam semakin bagus. Pemandangan yang jarang dijumpai meskipun medannya kadang mendaki,” tambahnya. Jangan takut tersesat karena pecinta alam sudah menandai jalan-jalan di sekitar hutan Mukakuning dengan tali rafia.
Selain sebagai penunjuk jalan, tanda ini juga membantu menyingkat perjalanan. “Kalau sudah biasa, perjalanan bisa tembus 30 menit,” tukas Sandri. Melihat posisi pancuran, sebenarnya bisa dimasuki dari mana saja, seperti dari Kantor PBK (penanggulangan bahaya kebakaran) OB Pandanwangi, Sukajadi, Polrestabes Barelang,”Yang paling mudah memang lewat jalur Kampung Aceh atau Seiladi,” kata Sandri.
Karakteristik air pancuran mengikuti musim, jika musim hujan airnya akan relatif bersih dan deras, tapi jika sedang kemarau airnya akan berubah keruh dan mengering.”Air terjunnya kecil sekali jika sudah musim kemarau,” tukas Sandri. Berlibur ke pancuran akan lebih asyik jika jalan beramai-ramai. Tunggu apalagi, ayo berlibur sembari menyehatkan raga! (esont)
Galery Foto :
Kegiatan anak Pramuka Batam di Pancuran.
Melintasi sungai kecil di Hutan Mukakuning.
Kadang mendaki, kadang melintasi jembatan batang pohon.
By: http://esont.wordpress.com/ To plh Indonesia, Kalau ada waktu luang, boleh kita berkenalan kalau ada niat liburan, datanglah ke Pulau Batam