From : Hijau.com
To : plh Indonesia
Kondisi hutan di Malaysia dan Brunei Darussalam menjadi bukti efektivitas kebijakan dalam mencegah pembalakan dan kerusakan hutan.
Lebih dari 80% hutan tropis Borneo di wilayah Malaysia rusak parah akibat pembalakan. Hal ini terutama terjadi di negara bagian Sabah dan Sarawak yang sudah lama dikenal sebagai lokasi utama degradasi dan kerusakan hutan dunia karena eksploitasi industri kayu dan minyak kelapa sawit.
Kondisi ini terbukti dari pengamatan lapangan maupun pengamatan via satelit oleh tim peneliti dari University of Tasmania, University of Papua New Guinea, dan Carnegie Institution for Science yang mendokumentasikan aktivitas pembalakan secara lengkap di wilayah ini. Tidak banyak perubahan dalam skala kerusakan yang terjadi. Hasil penelitian ini sudah diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, Rabu (17/7).
Tim peneliti menggunakan Carnegie Landsat Analysis System-lite (CLASlite) guna mengungkap lokasi pembalakan hutan yang sangat luas dan belum terpetakan. Satelit resolusi tinggi ini berhasil menemukan jejak jalan untuk akses pembalakan terutama di negara bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia yang sama-sama berlokasi di wilayah Borneo.
Analisis citra satelit yang dikumpulkan dari tahun 1990 hingga 2009 di atas wilayah Borneo milik Malaysia menunjukkan adanya pembangunan jalan sepanjang 364.000 km menembus hutan di wilayah ini.
Akibatnya, hampir 80% dari wilayah hutan di Sabah dan Sarawak terdampak aktivitas pembalakan dan pembersihan hutan dalam skala luas yang sebelumnya tidak pernah terdokumentasikan. Kondisi ini sangat berbeda dengan hutan Borneo di wilayah tetangga mereka yaitu Brunei Darussalam. Brunei masih memertahankan 54% tanah mereka sebagai wilayah hutan yang tidak tersentuh oleh aktivitas pembalakan.
Menurut Jane Bryan yang memimpin tim ini dalam berita Carnegie Institution for Science: “Saat ini terjadi krisis hutan tropis di seluruh dunia, dan tugas kami adalah mendokumentasikan tingkat krisis ini di hutan Borneo di wilayah Malaysia. Hasilnya, hanya sedikit wilayah hutan yang tersisa akibat aktivitas pembalakan oleh industri kayu dan perkebunan sawit.”
Hanya 8% dan 3% wilayah di Sabah dan Sarawak, yang masih tertutup oleh hutan dalam kawasan hutan lindung. Ekosistem hutan yang masih alami hampir tidak ada lagi. Brunei yang melarang aktivitas pembalakan oleh industri di wilayahnya sukses melindungi hutan Borneo.