Perang selama puluhan tahun terus merusak kondisi lingkungan dan sumber daya alam di Irak. Sebanyak 39% lahan pertanian di Irak mengalami penurunan produksi antara tahun 2007-2009 memicu kekurangan pangan.
Jumlah air yang tersedia bagi penduduk Irak anjlok dari 5.900 kubik meter per penduduk per tahun menjadi 2.400 kubik meter antara tahun 1977 ke 2009. Krisis kekeringan, perubahan iklim, polusi, pemborosan sumber daya alam dan pembendungan sungai di wilayah hulu memerparah masalah air ini.
Jika jumlah penduduk Irak saat ini diperkirakan mencapai 31,234 juta, maka air yang tersedia bagi penduduk Irak hanya 13 liter per penduduk per tahun!
Semua ini terungkap dari laporan Program Lingkungan PBB yang dirilis Minggu, 26 Januari di Baghdad, Irak. Sekitar 31% wilayah Irak adalah gurun dan sebanyak 39% lahan di Irak telah terdampak oleh penggurunan, sementara 54% terancam oleh penggurunan.
Menurunnya kelembapan tanah dan kurangnya tutupan tanaman atau vegetasi memicu peningkatkan fenomena badai debu dan pasir yang berasal dari wilayah Irak bagian barat. Pertumbuhan penduduk semakin menambah tekanan terhadap pangan, air dan energi. Pada 2030 jumlah penduduk Irak diperkirakan akan mencapai 50 juta orang.
Fasilitas sanitasi dan air yang aman untuk dikonsumsi terus menjadi barang langka di Irak. Sebanyak 83% air limbah di Irak, menurut laporan UNEP, tidak diolah mengotori saluran air dan lingkungan sekitar. Selama bertahun-tahun polusi kimiawi dan amunisi - baik yang belum dan telah meledak - mencabut nyawa dan merusak lingkungan. Konflik dan kekerasan yang tiada berakhir ini telah membawa korban 1,6 juta penduduk Irak.
Redaksi Hijauku.com